10

977 149 9
                                    

Sekitar jam 9 pagi, Hyungwon terbangun oleh keributan di luar kamarnya. Dia kira suara tersebut berasal dari televisi, namun sayup-sayup ia bisa mendengar Wonho berbicara.

Karena penasaran, Hyungwon memutuskan bangkit dan melihat apa yang terjadi.

"Hyungwon! Akhirnya lo bangun," ucap Wonho menghentikan kegiatannya sejenak, "Lo ga keberatan kan kalau temen gue make dapur?"

Hyungwon mengikuti arah pandang Wonho dan mendapati dua wajah asing yang sedang berkutat dengan peralatan memasak. Dia tidak mampu berkata apa-apa lantaran nyawanya belum terkumpul sepenuhnya, ia masih mengantuk.

"Guys," panggil Wonho, membuat dua orang itu mengalihkan atensi kepadanya, "Kenalin, ini Hyungwon."

Salah satu dari mereka datang menghampiri Hyungwon dan menyodorkan tangannya.

"Yang ini namanya Hyunwoo, yang satu lagi namanya Kihyun," jelas Wonho.

"Nice to meet you, Hyungwon," ucap Hyunwoo ketika Hyungwon menyambut tangannya. "Lo pasti kebangun karena berisik ya? Tadi Wonho hampir mecahin piring, untung aja berhasil ditangkep sama Kihyun."

"Sarapan udah siap, ayo Hyungwon sini gabung," sahut Kihyun sembari mengangkat panci dari kompor dan meletakkannya di atas tumpukan kertas yang ada di meja ruang tengah.

Hyungwon hampir saja mengumpat saat menyadari kertas-kertas tersebut adalah dokumen miliknya, "Maaf banget, tapi itu kertas penting.. Jangan dijadiin tatakan."

"Kihyun, kan gue bilang jangan sembarangan," sungut Wonho.

"Sumpah, maaf Hyungwon, gue kira kertas bekas," ujar Kihyun panik, kemudian ia menyingkirkan panci dari sana. "Hyunwoo, ambilin apa gitu buat alas."

"Nih," Hyunwoo mengambil asal pakaian yang ada di bak cuci dan memberikannya kepada Kihyun.

"Itu baju gue.." lirih Hyungwon. "Ya udah pake aja, gapapa."

"Gue pikir punya Wonho," kata Hyunwoo, ia buru-buru mengembalikan kaus Hyungwon ke tempat semula.

Setelah sosok Hyungwon menghilang di balik pintu kamar mandi, Wonho menggelengkan kepalanya. "Nyesel gue ngebolehin kalian dateng ke sini."

_____

















"Pusing banget gue," keluh Hyungwon seraya mengacak rambutnya.

"Kenapa lagi ni anak."

Changkyun mengangkat kepalanya sebentar untuk melirik Jooheon yang baru datang. "Ga tau tuh."

"Tolong sekalian pesenin Ice Americano dong," pinta Hyungwon kala melihat Jooheon hendak memesan minuman.

"Kalau bukan karena lo lebih tua, pasti gue ga akan nurut," gerutu Jooheon sebelum berjalan meninggalkan kedua temannya.

"Lo kenapa sih? Biasanya hari libur gini tidur ampe sore, sekarang malah ngajak nongkrong, cuma buat marah-marah ga jelas pula," omel Changkyun, merasa kesal lantaran Hyungwon mengusik weekend-nya yang berharga.

"Tidur gue keganggu karena apartemen gue berisikk."

"Berisik gimana?"

"Gara-gara yang nyewa kamar apartemen gue tuh bawa temennya. Lo tau kan, gue ga suka banget deket-deket sama orang yang ga dikenal, apalagi mereka seenaknya nyentuh barang-barang gue," jelas Hyungwon panjang lebar. "Bayangin aja, laporan yang gue kerjain mati-matian malah dijadiin alas buat naroh panci. Gue pengen marah, tapi ga bisa."

"Temennya Gunhee udah pindah ke tempat lo ya? Siapa sih itu namanya.. Won.. Won-something," sela Jooheon yang kembali dengan membawa dua gelas Americano. Dia dapat mendengar ucapan Hyungwon dari counter karena jaraknya yang tidak begitu jauh.

"Wonho," jawab Hyungwon malas.

"Gue pernah ketemu dia sekali. Woah, badannya.." Jooheon mengacungkan ibu jari di hadapan Changkyun, "Bagus banget. Mukanya juga."

"Percuma cakep tapi ga punya adab," cibir Hyungwon.

"Bukan dia-nya yang ga sopan, lo-nya aja yang terlalu sensitif," celetuk Changkyun yang disambut Jooheon dengan anggukan kepala.

"Oh iya, lo pasti udah ada uang dong, terus kenapa mobil lo belum dibenerin?" tanya Jooheon lantas menunjuk mobil Hyungwon menggunakan dagunya.

"Abis ini gue mau ke bengkel. Makanya nelepon lo, biar baliknya nebeng."

Jooheon berdecak, ia melipat tangannya di depan dada, "Heran banget, kok gue mau-mau aja lo manfaatin gini."

between daylight and darkness | hyungwonho ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang