maaf ya kalau ngebosenin dan alurnya kelambatan. aku kalau nulis emang sukanya yang slow burn gini.
_____
"Lembur lagi?" tanya Wonho yang mendapati Hyungwon tiba di apartemen ketika jam menunjukkan angka 9 malam.
"Iya," Hyungwon duduk di bar stool dan memandangi punggung Wonho yang sedang mencuci piring. "Lo udah makan malam?"
"Barusan banget selesai, kalau lo?" balas Wonho tanpa membalikkan tubuhnya.
"Udah, tadi sempet mampir dulu buat beli makanan."
Selama beberapa saat, tidak ada yang berbicara. Bukannya beralih ke kamar untuk mengganti pakaian dan beristirahat, Hyungwon malah sibuk memperhatikan gerak-gerik Wonho.
"You have a nice ass," ujar Hyungwon out of the blue.
Wonho mengernyit lalu melirik Hyungwon, ia mengira lelaki itu mabuk. Namun dugaannya salah, Hyungwon sepenuhnya sadar, tanpa tanda-tanda pengaruh alkohol.
"Thanks, wanna touch?"
Hyungwon memutar bola matanya malas, "Gue juga punya."
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Wonho beringsut duduk di seberang Hyungwon. "Lo kenapa? Tumben ga langsung masuk kamar."
"Gapapa, cuma kepikiran sesuatu aja."
Wonho menatap Hyungwon penasaran, "Apa?"
"Ternyata pulang ke rumah dan tau kalau kita ga sendirian tuh.." Hyungwon menggantungkan ucapannya untuk mencari kata-kata yang tepat, "feels good."
Bertahun-tahun hidup seorang diri, jauh dari keluarga, membuat Hyungwon terbiasa hingga ia tidak menyadari bahwa selama ini dia merasa kesepian.
"Lo udah berapa lama tinggal sendiri?"
"Empat tahun? Atau lima tahun? Gue lupa," jawab Hyungwon.
"Lama juga."
"Ya begitulah," sahut Hyungwon seraya bangkit dari kursi. "Gue mandi dulu, ntar lampu dapur jangan lupa dimatiin."
"Gue pengen bikin cokelat hangat, lo mau ga?"
Hyungwon terdiam sejenak untuk menimbang-nimbang tawaran Wonho, sebelum menganggukkan kepala. "Boleh."
Sepersekian menit berikutnya, Hyungwon keluar dari kamar mandi dan melihat Wonho berada di ruang tengah. Di hadapannya terdapat dua gelas yang mengepulkan uap, menandakan bahwa minuman tersebut masih panas.
"Abis ini lo langsung tidur?" ujar Wonho kala Hyungwon berjalan menghampirinya.
"Mungkin iya, gue capek banget soalnya."
"Mau tidur bareng?"
Hyungwon hampir saja tersedak, "Gue bener-bener ga paham isi otak lo."
"Apaan sih, ga ada salahnya kan dua orang teman tidur bersama?"
"Gue bahkan ga pernah tidur bareng Jooheon ataupun Changkyun," kata Hyungwon lantas beranjak menuju balkon. Wonho mengekori laki-laki itu, dan tidak lupa membawa minumannya.
"Oh iya, gue dari dulu pengen main ini tapi lupa mulu," ucap Wonho sembari menaruh gelasnya pada meja kecil yang tersedia di balkon.
"Main apa?"
"Tanya jawab. Gue ngasih pertanyaan, lo jawab, dan sebaliknya."
"Males ah, lo pasti nanya aneh-aneh nanti."
"Nggak, gue cuma penasaran hal-hal dasar, kayak warna kesukaan, hobi, dan lain-lain."
"Ngapain sih," rutuk Hyungwon. "Ga ada untungnya, informasi tentang gue ga akan bisa lo jual ke orang lain."
Wonho terkekeh, "Siapa bilang bakal gue jual? Mending gue simpen buat diri sendiri lah."
Hyungwon mengibaskan tangannya, "Terserah lo."
"Oke," Wonho melipat tangan di depan dada. "Tanggal lahir?"
"15 Januari. Jumlah saudara?"
"Satu. Tahun kelahiran?"
"1994. Duh, gue mau nanya apa ya bingung."
"Wow, ternyata lo lebih muda dari gue," celetuk Wonho.
"Makanan kesukaan?" tanya Hyungwon buru-buru, tidak ingin Wonho membahas mengenai umurnya.
"Ramen. Genre musik?"
"Gue dengerin apa ajaㅡnothing specific. Favorite movie?"
"The Shape of Water. Anjing atau kucing?"
"Ga dua-duanya. Spring or Winter?"
"Winter. Sweet or salty?"
"Salty?" jawab Hyungwon ragu. "Udahan dong, gue ga tau nanya apaan lagi."
"Baru juga bentar," keluh Wonho. "Ya udah gue yang nanya deh, daylight or nighttime?"
"Nighttime. Kalau lo?"
Wonho berpikir sebentar, "I prefer duskㅡthe time between daylight and darkness."
"Padahal ga ada di opsi," gerutu Hyungwon. "Tapi bukan seharusnya lo milih pagi? Soalnya lo pernah bilang suka sunrise."
"Sekarang gue lebih milih sunset," Wonho mengalihkan atensinya kepada Hyungwon, "Karena gue bisa menghabiskan waktu bareng lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
between daylight and darkness | hyungwonho ✔️
Cerita Pendekhyungwon membutuhkan uang, sehingga dia terpaksa menyewakan kamar tamu apartemennya kepada orang asing.