Setelah bersusah payah membujuk Hyungwon, akhirnya Minhyuk berhasil membuat temannya itu setuju untuk bertemu orangtuanya.
Makan malam berjalan dengan baik. Hyungwon tertegun lantaran orangtua Minhyuk sangat ramah padanya, bahkan menganggap dia sebagai anak sendiri, padahal mereka baru bertemu dua kali.
"Ga nyangka, ternyata ayah dan ibu kamu ga benci sama aku," kata Hyungwon ketika dia dan Minhyuk berada di kamar.
"Kenapa kamu ngira mereka benci kamu?"
Hyungwon tidak menjawab, Minhyuk pun menghampirinya dan ikut duduk di pinggir kasur. "Orangtua kamu gimana kabarnya?"
"Baik. Bulan kemarin ayah masuk rumah sakit, tapi sekarang beliau udah sehat," sahut Hyungwon.
Kemudian, keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Hyungwon belum bisa menghilangkan perasaan bersalah akibat peristiwa beberapa tahun lalu, saat orangtuanya memarahi Minhyuk melalui telepon sehabis menemukan foto kebersamaan mereka.
Tak lama berselang, dering ponsel memecah keheningan. Tiba-tiba wajah Hyungwon berubah pucat kala mengetahui ibunya lah yang menghubungi.
"Siapa?" tanya Minhyuk yang menyadari perubahan ekspresi lelaki itu.
Hyungwon menunjukkan layar ponselnya kepada Minhyuk, sebelum menonaktifkan benda tersebut.
"Kok ga diangkat?"
"Orangtua aku pasti bakal nanya lagi di mana, dan aku ga berani bohong," jelas Hyungwon.
"Mereka masih ngelarang kamu buat ketemu aku?"
"Iya.."
Keluarga Hyungwon memang konservatif, mereka menentang hubungan sesama jenis dan menganggapnya hal tabu. Tidak heran kedua orangtua Hyungwon marah besar waktu melihat foto anaknya yang sedang berciuman dengan pria tersebar di media sosial. Mereka menyalahkan Minhyuk dan menuduhnya telah membawa pengaruh buruk.
"Minhyuk, I'm sorry," ujar Hyungwon menyesal. "Aku udah ngejelasin ke mereka kalau kita cuma pura-pura, tapi malah semakin memperparah keadaan."
"Seharusnya aku yang minta maaf. Seandainya dulu aku ga minta tolong ke kamuㅡ"
Hyungwon buru-buru memotong ucapan Minhyuk, "Nggak. Kamu ga salah, jadi jangan minta maaf."
"We can still be friends, right?"
"Ya iyalah!" Hyungwon terkekeh, "Udah bertahun-tahun semenjak kejadian itu, tapi sampai saat ini kita tetep temenan kan?"
Minhyuk tersenyum lantas bangkit menuju lemari pakaiannya, "Kamu mau pinjem baju ga? Pake kemeja gitu pasti gerah."
"Nggak usah, Min. Aku pulang aja."
"Kirain mau nginep?"
"Orangtua kamu di kamar sebelah, terus aku tidur di mana nanti?"
"Tidur di sini, kenapa emang? Pas zaman kuliah juga kamu sering tidur di kamar kosan aku."
Hyungwon menggeleng, "Ga deh, mungkin lain kali. Aku ga pengen ngeganggu quality time kalian."
"Kayaknya ayah ibu aku justru seneng ada kamu," Minhyuk berdiri untuk memeluk Hyungwon. "Janji, kapan-kapan main lagi. Udah lama banget sejak terakhir kamu nginep."
"Nggak janji, tapi aku usahain," ucap Hyungwon seraya membalas pelukan Minhyuk. "Aku balik sekarang ya. Makasih banyak makan malamnya."
_____
Hyungwon membuka pintu apartemen dan langsung disambut oleh keheningan. Padahal dia baru saja bertemu Minhyuk, namun entah mengapa ia kesepian. Sepertinya Hyungwon sudah terbiasa dengan eksistensi Wonho, sehingga dia merasa hampa ketika laki-laki tersebut tidak ada.
Lebih dari sebulan mereka tinggal bersama, jadi bukankah wajar apabila Hyungwon mulai nyaman akan keberadaan Wonho? Dia bahkan lupa bagaimana rasanya sendirian, karena Wonho selalu mengganggunya tanpa kenal lelah.
Sejenak Hyungwon menyesal tidak menerima tawaran Minhyuk untuk bermalam di tempat tinggalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
between daylight and darkness | hyungwonho ✔️
Short Storyhyungwon membutuhkan uang, sehingga dia terpaksa menyewakan kamar tamu apartemennya kepada orang asing.