"Lah, udah balik dari luar kota?" tanya Hyungwon ketika mendapati sosok Wonho tengah tidur-tiduran di atas karpet apartemen.
Wonho refleks bangun untuk menyambut Hyungwon yang baru pulang kerja. "Sebenernya udah dari pagi, tadi ke kantor dulu buat laporan."
Hyungwon melepas kaus kaki dan melemparkannya ke bak cuci. "Bagus ada lo. Pasangin gas dong, udah beli tapi ga berani masangnya."
"Gue juga ga bisa. Soalnya biasa tukangnya yang masangin.."
"Ya udah, ntar minta tolong ke satpam aja," kata Hyungwon sebelum menghampiri Wonho. "Gila sih, kita udah umur segini dan belum bisa masang gas sendiri."
"Mau belajar tapi serem, takut meledak."
"Iya makanya."
Selama beberapa saat, keduanya tidak saling berbicara lagi. Hyungwon sibuk dengan ponsel, sementara Wonho fokus memperhatikan televisi.
Merasa acara yang ditontonnya mulai membosankan, Wonho mengalihkan atensi ke Hyungwon. "Minhyuk cerita, kata dia, kemarin lo ketemu orangtuanya ya?"
Hyungwon menghentikan aktivitas dan menoleh untuk menatap Wonho, "Dia ngomong ke lo?"
Wonho mengangguk, "Minhyuk bilang ayah ibunya suka banget sama lo. Bahkan kayak lebih sayang ke lo daripada dia."
"Minhyuk kalau cerita sering melebih-lebihkan," decak Hyungwon. "Itu karena orangtuanya baik. Apalagi gue dan Minhyuk temenan bertahun-tahun, jadi mereka ngerasa berterima kasih karena gue selalu ada buat anaknya."
"Tapi lo emang tipe yang bakal disukai semua orang. Ibu gue juga kayaknya bakal seneng sama lo."
"Ngaco," sahut Hyungwon seraya bangkit dari duduk. "Tolong panggilin satpam, gue pengen mandi."
"Bentar, jangan pergi dulu," pinta Wonho.
"Kenapa?"
"Ayo ngobrol."
Hyungwon mengerutkan keningnya, "Barusan kan udah ngobrol?"
"Gue mau nanya sesuatu," balas Wonho sambil meneliti ekspresi Hyungwon, memastikan bahwa suasana hati teman serumahnya sedang tidak buruk.
"Ya udah tinggal nanya, gue punya telinga, pasti bakal denger kok."
"Serius, Hyungwon."
"Lo pikir gue ga serius?"
"Okay," Wonho mengubah posisinya sehingga kini ia berhadapan dengan Hyungwon. Dia terdiam sejenak untuk menimbang-nimbang, haruskan ia bertanya kepada lelaki di depannya ini?
"Sampai kapan lo liatin gue?" sinis Hyungwon, tidak tahan dengan Wonho yang terus memandanginya tanpa mengatakan apapun.
Wonho menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. "Do you.. have feelings for Minhyuk?"
"What?" Hyungwon tercenung, tidak menyangka akan menerima pertanyaan tersebut. Dia mematung cukup lama, sampai-sampai Wonho menjentikkan jari di depan wajah Hyungwon agar menyadarkannya dari lamunan. "Kenapa lo bisa mikir begitu?"
"Cara lo ngomong ke Minhyuk tuh beda, tingkah lo kalau ada dia juga ga kayak pas bareng gue," jelas Wonho. "Dan yang paling penting adalah, tiap lo natap dia tuhㅡ"
Hyungwon tidak ingin mendengarkan lebih jauh. Dia buru-buru mengangkat tangan guna menginterupsi ucapan Wonho. "Jangan menyimpulkan sendiri, lo ga tau apa-apa."
"Karena ga tau, makanya gue nanya."
"Lo ngerti kan, itu privasi, dan ga pantes untuk ditanya ke orang lain," ujar Hyungwon tenang. Sejujurnya dia tidak masalah jika Wonho menanyakannya, dia hanya merasa kurang nyaman membahas hal tersebut.
"Seandainya lo ga mau jawab, gapapa kok. Maaf kalau kata-kata gue ngeganggu lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
between daylight and darkness | hyungwonho ✔️
Historia Cortahyungwon membutuhkan uang, sehingga dia terpaksa menyewakan kamar tamu apartemennya kepada orang asing.