Sepulang dari kantor, Hyungwon langsung mengepak barang-barang dan membeli tiket untuk kembali ke kampung halamannya. Untung saja besok adalah hari libur, sehingga ia tidak perlu meminta izin atau mengambil cuti.
Hari sudah gelap ketika Hyungwon sampai di stasiun. Dia memutuskan mencari makan terlebih dahulu sembari menunggu kereta tiba.
"Terima kasih," ucapnya saat pelayan menaruh pesanan di atas meja. Dia tidak memiliki banyak waktu, jadi dia hanya membeli sepotong sandwich. Setidaknya perutnya tidak kosong selama perjalanan.
Selagi mengunyah makanan, Hyungwon sibuk memikirkan peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Ah, kepalanya terasa ingin pecah mengingat berbagai masalah yang menghampirinya.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi, menandakan bahwa ada pesan masuk. Selesai menghabiskan sandwich-nya, Hyungwon mencuci tangan dan mengambil ponsel dari tas untuk melihat isi pesan tersebut.
Jooheon
lo dimanaaHyungwon
stasiunJooheon
ngapainHyungwon
kenapa?Jooheon
haduh
tadinya gue pengen ajak lo ketemu buat ngomongin iniHyungwon
kereta gue bentar lagi datengJooheon
temennya temen gue ada yang nyari tempat tinggal. kalau lo berubah pikiran dan jadi mau nyewain kamar apartemen lo, bilang ke gueHyungwon menarik napas panjang, pikirannya kacau. Dia benar-benar membutuhkan uang, apalagi ia baru saja membeli tiket kereta. Keadaan keluarganya juga sedang tidak baik-baik saja, dia tak mungkin menambah beban mereka.
Hyungwon
kirim nomornya ke gueJooheon
serius?Hyungwon
iyaJooheon
bentar
gue tanya ke temen gue duluHyungwon
okeJooheon
btw dia mau nyewa selama tiga bulan
lo gapapa?Hyungwon
kenapa ga sebulan?Jooheon
ga tauHyungwon
sebulan tinggal bareng orang lain aja belum tentu gue sanggup. gimana tiga bulan?Jooheon
send a contactJooheon
omongin sendiri sama orangnya
gue ga ikut campur_____
Hyungwon terbangun dari tidur, merasakan kereta yang ia tumpangi telah berhenti. Sayup-sayup dia mendengar suara orang-orang yang sibuk mengambil bawaannya sebelum beranjak dari tempat duduk.
Menyadari bahwa dia sudah sampai di stasiun tujuan, Hyungwon segera mengirimkan pesan kepada adik laki-lakinya, meminta dijemput.
Keluar dari kereta, dia melangkah menuju salah satu tempat duduk yang kosong tak jauh dari pintu utama stasiun. Sambil menunggu kedatangan adiknya, Hyungwon mengecek ponsel dan melihat pesan terakhir dari Jooheon, haruskah ia menghubungi kontak yang dikirimkan oleh temannya itu sekarang?
Dia berpikir cukup lama, namun berakhir mengunci kembali layar ponselnya. Hyungwon sering mengalami kesulitan membuka pembicaraan dengan orang lain, terutama orang asing, dan kini dia tidak tahu apa yang mesti dikatakan pertama kali saat menghubungi calon penyewa kamar apartemennya.
Selain tertutup, Hyungwon juga socially awkward. Dia benci keramaian dan tidak suka berinteraksi dengan orang baru. Sebuah keajaiban ia bisa mempunyai teman di lingkungan kerja, meskipun butuh waktu berbulan-bulan bagi Jooheon dan Changkyun untuk dekat dengannya.
Setelah beberapa menit terdiam, Hyungwon mulai meragukan keputusannya. Lagi.
Apakah dia tidak memiliki pilihan lain?
Menurut Hyungwon, menyewakan kamar apartemen merupakan ide yang benar-benar buruk. Membayangkan tinggal bersama stranger saja mampu membuatnya berkeringat dingin. Dia tidak mengetahui sifat orang itu, bagaimana jika mereka tak akur?
Hyungwon mengambil napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Terkadang ia ingin memaki dirinya sendiri karena selalu overthinking.
Pikirannya buyar kala merasakan ponsel yang ia genggam bergetar. Hyungwon mengecek notifikasi dan mengerutkan dahi ketika menyadari pesan tersebut berasal dari nomor yang tidak ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
between daylight and darkness | hyungwonho ✔️
Short Storyhyungwon membutuhkan uang, sehingga dia terpaksa menyewakan kamar tamu apartemennya kepada orang asing.