"Padahal gue nggak keberatan kalau lo mau numpang sampai flat lo bisa ditempatin lagi," kata Gunhee sembari menghempaskan badannya ke atas sofa.
"Tiga bulan tuh lama," ujar Wonho tanpa mengalihkan atensi dari layar ponsel Gunhee, membaca percakapan lelaki itu dengan seseorang bernama Jooheon. "Dan gue udah capek jadi obat nyamuk tiap lo pacaran di sini."
Apartemen Gunhee merupakan tipe studio, tidak ada sekat yang membatasi kasur, sofa, dan dapur. Jika pacar Gunhee berkunjung, Wonho lebih memilih keluar, entah pergi ke rooftop atau ke mini market, pokoknya ke mana saja yang penting dia tidak berada di ruangan yang sama dengan dua orang yang dimabuk cinta. Cukup sekali Wonho menyaksikan make out session sahabatnya, dia tidak mau hal tersebut terjadi lagi.
Gunhee melirik Wonho yang masih serius menatap ponselnya, namun kini dia tampak mengetikkan sesuatu, "Ngapain lo?"
"Ngehubungin nomor yang temen lo kirim."
"Kan bisa pake hp lo!" sungut Gunhee.
Wonho menunjuk ponselnya yang tersambung kabel pengisi daya, "Hp gue mati."
Gunhee menghela napas, "Ya udah terserah," ucapnya sebelum beringsut menuju tempat tidur. Hari ini begitu melelahkan, dia sudah tidak punya tenaga untuk berdebat dengan Wonho.
"Kok ga dibales-bales sih," keluh Wonho tak sabaran. Dia mengecek ponsel Gunhee, tapi tidak ada satupun notifikasi yang masuk.
Akhirnya ia menyerah, Wonho membaringkan tubuhnya di atas sofa setelah mengambil selimut dari lemari, bersiap tidur.
Ketika dia hampir terlelap, suara dari ponsel Gunhee membuatnya kembali terjaga. Wonho menyambar benda itu dari atas meja dan melihat siapa yang mengirimkan pesan.
Temannya Jooheon
send a pictureTemannya Jooheon
ini foto-foto fasilitasnya
ada gym sama kolam renang juga di lantai bawahGun
oke
kalau soal kontrak dan lain-lain kayaknya mending diomongin langsung. kira-kira bisa ketemu kapan ya?_____
"Kok belum tidur?"
Hyungwon menoleh ke arah pintu kamar dan mendapati sang ibu tengah berdiri di sana.
"Besok pagi kan harus ke rumah sakit, jangan sampai kesiangan," lanjut Wanita tersebut seraya berjalan menghampiri anak sulungnya.
"Iya ini lagi siap-siap mau tidur," jawab Hyungwon lantas menarik selimutnya hingga sebatas dagu. Sebenarnya dia tidak mengantuk, karena sepanjang perjalanan di kereta ia menghabiskan seluruh waktunya untuk tidur.
"Ayah sakit dari kapan?" tanya Hyungwon memecah keheningan. Ibunya masih setia duduk di pinggir kasur, seolah menunggu anak laki-lakinya terlelap.
"Udah hampir seminggu, tapi dirawat inap dua hari yang lalu. Kata dokter kondisinya mulai stabil dan lusa boleh pulang ke rumah."
Hyungwon mengangguk sebagai jawaban. Kemudian ia menimbang-nimbang, haruskah ia memberi tahu mengenai kamar tamu apartemennya yang akan disewakan? Meskipun apartemen dibeli atas namanya, tetap saja tak etis apabila dia menyewakan kepada orang lain tanpa meminta izin dari orangtuanya.
"Dah sana tidur. Mau dimatiin ga lampunya?"
"Nanti biar aku aja yang matiin," ujar Hyungwon sambil menyingkap selimut yang menutupinya, "Pengen ke kamar mandi dulu, lupa belum sikat gigi."
Selepas sosok ibunya menghilang di balik pintu, Hyungwon menarik napas panjang. Mungkin ia akan memberi tahu orangtuanya, namun tidak sekarang, dia tidak ingin menambah pikiran mereka. Biar Hyungwon mengurus permasalahannya sendiri, kalau keadaan sudah membaik, barulah ia mengatakan hal itu ke ayah ibunya. Lagipula mereka pasti tidak keberatan jika dia mengajak seseorang untuk tinggal bersama di apartemennya.
_____
maaf ya kalau tiap chapternya pendek-pendek. karena menurutku nulis lebih dari 500 kata tuh susah banget
KAMU SEDANG MEMBACA
between daylight and darkness | hyungwonho ✔️
Short Storyhyungwon membutuhkan uang, sehingga dia terpaksa menyewakan kamar tamu apartemennya kepada orang asing.