"Sebel banget iCloud gue penuh," rutuk Wonho yang tengah memandangi layar ponselnya.
"Gue malah ga pernah backup lagi gara-gara penuhnya udah dari lama," timpal Hyungwon.
"Padahal gue cuma nge-backup yang penting-penting doang loh?"
"Mending pake drive aja, memori penyimpanannya lebih gede."
"Iya juga sih," sahut Wonho. "Eh tapi upgrade iCloud harganya berapa ya?
Hyungwon mengedikkan bahu ke atas, menandakan bahwa ia tidak tahu. "Gue bukan karyawannya Steve Jobs."
"Nggak gitu maksudnya.."
"Coba liat di internet," ujar Hyungwon seraya meletakkan piring berisi omelet dan sosis di atas mini bar.
Wonho melirik makanan buatan Hyungwon lalu menggelengkan kepala, "Masa lo goreng sosis aja ga bisa? Kok sampe angus gini?"
"Ga usah banyak omong, syukur gue mau bikinin lo sarapan," sungut Hyungwon.
Hari ini Wonho bangun lebih siang daripada biasanya. Dan ketika mendapati Hyungwon sedang berkutat di dapur, dia meminta laki-laki itu sekalian menyiapkan sarapan untuknya.
"Kemampuan memasak lo kayaknya mesti di-upgrade juga deh," komentar Wonho. Namun dia tetap menyantap hasil karya Hyungwon, meskipun ia harus menahan rasa pahit di lidah.
"Berisik. Kalau lo ga pengen makan, mending gue buang nih," gerutu Hyungwon yang bersiap menyingkirkan piring Wonho dari hadapannya.
"Bercanda," kata Wonho sebelum memasukkan sepotong sosis ke dalam mulut. "Lain kali pas masak, apinya jangan gede-gede."
Alih-alih mengiyakan ucapan Wonho, Hyungwon justru mendengus. "Cepetan abisin, biar gue cuci piringnya."
"Hyungwon, sepertinya ada hal lain yang perlu kita upgrade," ucap Wonho, mengabaikan perkataan Hyungwon.
"Kalau lo ngatain lagi, gue pukul pake teflon."
Wonho terkekeh melihat raut kesal yang terlukis di wajah Hyungwon, "Bukan kok."
"So?"
"Our relationship."
"Pardon me?"
"From friends, to lovers."
Hyungwon menghela napas panjang, dia mulai muak dengan seluruh omong kosong Wonho. "Lo bener-bener ga waras ya."
"Kenapa sih lo ga pernah nanggapin pick-up line gue," keluh Wonho.
"Jangan main-main, gue ga mood buat bercanda."
"Ya udah iya," balas Wonho pasrah. Ternyata mendekati teman serumahnya itu jauh lebih susah dibandingkan mengerjakan ratusan soal matematika. Hyungwon benar-benar sulit ditebak.
Mulanya Wonho mengira Hyungwon merupakan tipe orang yang menyukai cheesy things (merujuk pada hobinya yaitu menikmati senja sambil meminum tehㅡyang menurut Wonho adalah hal cheesy).
Namun dugaan Wonho salah. Bukannya luluh oleh kalimat manis yang dia katakan, yang ada malah Hyungwon memberinya tatapan jijik atau melontarkan makian kepadanya.
"Sana berangkat, ntar dapur biar gue yang bersihin," ujar Wonho yang tidak tega melihat pakaian kerja Hyungwon terciprat air saat mencuci peralatan memasak.
"Oke, gue pergi ya," sahut Hyungwon sebelum mengambil tas dan kunci mobil dari kamarnya.
"Bentar, sini dulu."
"Apaan?"
Wonho berjalan mendekati Hyungwon lantas membetulkan kerah kemejanya yang tidak rapi. Kemudian ia tersenyum dan menepuk pelan pundak Hyungwon, "Have a nice day."
Hyungwon mengernyit, entah kenapa Wonho selalu berhasil membuat dia bingung dengan sikapnya. "Are you flirting with me?"
"Udah sebulan dan lo baru nyadar sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
between daylight and darkness | hyungwonho ✔️
Short Storyhyungwon membutuhkan uang, sehingga dia terpaksa menyewakan kamar tamu apartemennya kepada orang asing.