Rendy merapikan rambutnya. Setelah memastikan bahwa semuanya lengkap, ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar.
"Morning," sapanya pada kedua orang tuanya yang saat ini sedang duduk di kursi meja makan.
Orang tuanya menoleh. Ibunya tersenyum menatapnya. "Morning juga."
"Hm." Ayahnya hanya membalasnya dengan dehaman.
"Nih. Tumben kamu jam segini udah rapi?" tanya ibunya setelah menyiapkan makanan untuk Rendy.
"Ada urusan."
Setelah menjawab itu, Rendy mulai menyantap makanannya. Tak ada suara lagi hingga makanan yang mereka santap habis.
"Rendy berangkat dulu, Ma, Pa. Assalamu'alaikum ...."
"Wa'alaikumussalam ...."
Rendy mengecup punggung tangan kedua orang tuanya.
Sembari mengenakan tasnya, ia merogoh saku celana mencari kunci motornya. Sekilas ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. 06.17. Itu waktu yang ditunjukkan jam tangannya.
Dengan segera ia menaiki motornya dan melajukannya. Delapan menit menempuh perjalanan, akhirnya ia memberhentikan motornya di tepi jalan. Tepat sekali! batinnya bersorak.
Tidak jauh dari tempatnya, nampak seorang gadis dengan seragam sekolah yang sama sepertinya sedang berpamitan kepada wanita paruh baya. Airin. Gadis itu adalah Airin Retya Anastasya. Gadis yang mampu memikat hatinya.
Rendy kembali bersiap dengan memakai helm-nya saat melihat Airin menaiki sepeda birunya. Setelah melihat Airin mengayuh sepedanya sampai beberapa meter dari rumahnya, ia ikut melajukan motornya. Dengan perlahan.
Beberapa menit akhirnya, mereka tiba di sekolah. Airin memarkirkan sepedanya, begitu juga dengan Rendy. Ah maksudnya, Airin lebih dulu memarkirkan sepedanya, setelah beberapa menit kemudian, Rendy ikut memarkirkan motornya.
Dengan langkah santai Rendy berjalan di koridor sekolah. Keadaan saat ini sudah nampak ramai, karena jam sudah menunjukkan pukul 06.41.
Tiba-tiba Rendy mengepalkan tangannya saat melihat sesuatu di depannya. Ia juga menghentikan langkahnya. Di sana, Airin sedang berbincang dengan siswa laki-laki yang pernah ia lihat saat itu.
Tanpa ingin berlama-lama melihat pemandangan yang membuat hatinya sakit, ia pergi menuju kelasnya. Setibanya di kelas, ia mendudukkan dirinya dengan kasar.
Aksa dan Arkano yang sudah datang mengernyit melihat Rendy yang tampak emosi.
"Kenapa lo, Ren? Dateng-dateng kayak orang emosi. Masih pagi ini."
Rendy menatap tajam pada Aksa yang membuat ia bertambah kesal. "Berisik!" ketusnya.
Aksa ingin kembali buka suara, namun Arkano dengan segera menghentikannya. "Udah biarin aja dulu si Rendy."
- My Cold Stalker -
"Tumben lo mau ke kantin, Ren? Kenapa gak ke taman?"
Rendy menghiraukan pertanyaan Aksa. Ia terus fokus memainkan ponselnya walau sesekali mata itu melirik ke arah meja diseberang sana.
Arkano sedang membeli makanan. Jadi, untuk menunggu makanan itu datang, ia memainkan ponselnya. Yah, walaupun mata itu sering melirik ke arah lain.
Aksa diam-diam melihat sikap Rendy. Ia tersenyum geli melihat sahabatnya bertingkah seperti ini. Tidak hanya terkenal dingin, Rendy juga ditakuti oleh siswa di SMA Pelita Harapan ini. Biarpun jarang berkelahi, tetapi kekuatannya sangat besar. Bahkan lebih besar dari Aksa yang sering berkelahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Stalker (COMPLETED✔️)
Teen Fiction[ Part Lengkap ] Diperkenankan untuk follow akun ini terlebih dahulu sebelum membaca^^ Pertemuan tidak sengaja antara dirinya dengan gadis cantik yang berbeda dengan gadis-gadis lainnya, mampu membuat ia tertarik. Gadis itu beda. Sangat, sangat berb...