MCS | 11 | •Modus!•

66.1K 5.3K 144
                                    

Jantung Airin tak henti berdetak cepat setelah kejadian di atap sekolah tadi. Ia terus memikirkan apa yang baru saja terjadi. Tak bisa hilang dari pikirannya itu semua.

Setelah Rendy mengungkapkan perasaannya dan mencium pipinya tadi, ia langsung mendorong laki-laki itu dan pergi ke kelas dengan jantung yang tak henti berdegup cepat dan pipi merona.

"Huh ...."

Airin menghembuskan napasnya panjang-panjang. Kenapa aku jadi kepikiran terus sih?

"Lo kenapa deh, Rin? Kayaknya gelisah dari tadi," tanya Clarissa memandangnya penuh selidik.

"Gak. Gak papa kok, Cla. Aku duluan yah? Dadah!"

Airin dengan segera pergi meninggalkan Clarissa menuju parkiran untuk mengambil sepedanya. Clarissa hanya bisa mengerutkan keningnya atas kelakuan Airin yang tak seperti biasa. Senyum jahil tiba-tiba tersungging di bibirnya. Jangan-jangan karna kak Rendy lagi? batinnya.

Sesampainya di parkiran, dengan segera Airin menaiki sepedanya dan hendak mengayuh sebelum seseorang menghentikannya. Laki-laki yang membuatnya malu kini sedang berada di hadapannya. Rendy. Dan di belakang laki-laki itu ada kedua sahabatnya, Aksa dan Arkano.

"Kenapa tiba-tiba pergi gitu aja tadi?" tanya Rendy dengan suara pelan karena takut terdengar oleh kedua sahabatnya.

Airin memalingkan wajahnya. Membuat Rendy gemas ingin terus menggoda gadis polos ini. "Aku ... kebelet tadi," jawab Airin dengan wajah yang masih berpaling.

"Kok liat ke sana sih? 'Kan yang ngomong disini," ucap Rendy seraya menolehkan wajah Airin menghadapnya dengan tangan.

Jantung Airin kembali berdebar keras. Perlahan, pipi mulusnya menampakkan semburat merah. Rendy semakin bersemangat dengan itu.

"Kok pipinya merah gitu? Kenapa?" goda Rendy dengan alis yang dinaik-turunkan.

Airin menepis tangan Rendy yang berada di dagunya. "Enggak! Aku gak papa kok!" kilah Airin dengan pipi yang semakin memerah.

Rendy terkekeh kecil. "Bukan karna baper sama aku kan?" tanya Rendy kembali menggoda Airin.

Airin membulatkan matanya. Ia menggeleng dengan tegas. "Enggak! Ge-er banget!" ketusnya. "Misi dong! Aku mau lewat nih!"

Rendy tersenyum kecil. Ia melangkahkan kakinya ke samping gadis itu. Mulutnya ia dekatkan dengan telinga gadis polos itu. "Hati-hati di jalan, pacar," bisik Rendy kemudian berlenggang pergi.

Pipi Airin bertambah merona. Tanpa mengatakan apapun pada Aksa dan Arkano, ia mengayuh sepedanya dengan cepat. Jantungnya terus berdetak cepat. Jantung aku kenapa sih? Dari tadi pagi begini terus.

— My Cold Stalker —

Airin sedang menyantap sarapannya dengan nikmat. Duduk di lantai yang hanya beralaskan karpet. Ia menyantap makanannya dengan tenang sebelum ibunya dengan tergopoh-gopoh menghampirinya.

"Arin?" panggil ibunya.

Airin menoleh. Ia minum sebentar kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada ibunya yang kini menatap penuh selidik. "Kamu udah punya pacar, ya?"

Uhuk! Uhuk!

Air yang belum sepenuhnya tertelan membuat ia tersedak. Ibunya dengan panik mengusap punggungnya. "Kamu kok malah batuk gitu?" tanyanya masih dengan tangan yang mengusap punggung Airin.

"Ibu kenapa nanya itu? Arin gak punya pacar sama sekali." jawabnya dengan perasaan ragu.

Mata ibunya kembali memicing. "Yang bener?"

My Cold Stalker (COMPLETED✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang