Karena sejatinya, orang yang terlihat baik belum tentu baik dan orang yang terlihat jahat belum tentu jahat.
Aku seneng deh part kemarin rame. Makasih yang masih setia sama couple gemes ini:)
__________________________________"Lo gak papa, Rin?"
Airin tersenyum tipis. Ia menggelengkan kepalanya. "Aku gak papa kok," jawabnya.
"Aileen gak ngapa-ngapain lo kan, Rin?"
Airin berdecak sebal. "Aku gak papa, ish! Kak Aileen gak ngapa-ngapain aku kok!" sungutnya.
"Ya kan bisa aja dia bully lo lagi. Kemaren aja dia bully lo. Ya ... walau gak sampe selesai sih."
Airin menghela napasnya dengan panjang. "Kalian tenang aja. Aku gak papa kok," ucapnya menjelaskan. "Tapi ... aku ngerasa ada yang aneh deh sama kak Aileen," sambungnya.
Clarissa, Arkano, Aksa, dan Rendy menatap Airin penasaran. "Ada apa?" Mereka bertanya hampir bersamaan.
"Gak tau bener apa enggak. Aku kayak ngerasa kak Aileen itu sedih. Terus ... aku juga liat dia nangis tadi. Tapi dia bilang dia cuma kelilipan."
Mulut Clarissa menganga tak percaya. "Serius lo?!" Ia bertanya dengan suara sedikit keras.
Airin mengangguk. "Trus ... dia sama sekali gak ada muka marah kayak biasanya. Dia malah ... beberapa kali senyum gitu ke aku. Tapi senyumnya kayak sedih gitu," lanjut Airin bercerita.
"Dia juga tanyain tentang kalung ini, Cla!" Airin menunjukkan kalung dengan liontin batu berlian kecil itu ke Clarissa dan Arkano, Aksa, serta Rendy.
"Oh gue inget! Kalung yang kata lo, satu-satunya peninggalan dari keluarga lo kan?"
Airin mengangguk. Kepalanya menunduk menatap liontin batu berlian kecil yang ada dalam genggaman tangan kanannya.
"Kira-kira ... kenapa ya kak Aileen jadi berubah gini?"
Clarissa mengedikkan bahunya. Arkano dan Aksa mengernyitkan kening. Sedangkan Rendy tetap dengan wajah tanpa ekspresinya.
"Dia nanyain apa tentang kalung itu, Rin?" tanya Aksa penasaran.
"Dia pengen nanya tentang kalung ini. Tapi aku udah jelasin duluan sebelum ditanya sama kak Aileen." Airin menunjukkan cengirannya.
"Kira-kira apa ya? Apa kak Aileen mau ambil kalung lo?"
Airin dengan cepat langsung memukul tangan Clarissa pelan. Ia mendelik pada sahabatnya itu. "Kamu jangan berprasangka buruk gitu. Siapa tau dia cuma pengen tau dan pengen beli yang modelnya sama kayak aku," katanya bersungut.
"Ya udah sih santai!" cibir Clarissa. "Lagian nih ya, Rin. Kalo dia emang mau beli kalung, kenapa harus yang modelnya sama kayak elo? Dia aja kayak benci gitu sama lo. Hayo, gimana coba?"
Airin terdiam. Begitu juga dengan yang lainnya. "Trus ... maksud Kak Aileen tanya tentang ini apa dong?"
Rendy tiba-tiba saja berdeham menyela pembicaraan. Mengalihkan keempatnya. "Kalung yang pernah aku pakein mana? 'Kan gak boleh dilepas." Mata Rendy menatap lekat pada Airin.
Airin menunjukkan cengirannya seraya menggaruk pipinya. "Aku simpen, Kak. Waktu itu ... pernah dilepas sekali, eh aku lupa naronya. Trus karna gak mau ilang-ilang lagi, jadi aku simpen aja deh," jelas Airin. "Kalung ini juga aku pake sekali-sekali doang kok. Aku gak suka pake kayak ginian. Makanya mendingan disimpen."
— My Cold Stalker —
Airin mengayuh sepeda birunya dengan senyum yang tersungging di bibir. Hari ini ia tak bersama Rendy. Jadi, ia membawa sepeda birunya ini.
Beberapa meter ia akan sampai di rumahnya, keningnya mengerut. Di depan rumahnya, terdapat sebuah mobil berwarna putih yang terparkir rapi. Airin sedikit menambah kecepatan kayuhannya.
Setelah tiba, dengan segera ia memarkirkan sepedanya di tempat biasa dan mulai melangkah pelan mendekati pintu.
"Assalamu'alaikum ...."
"Wa'alaikumussalam ...."
Terdengar lebih dari satu orang yang menjawab salamnya. Biasanya, hanya ibu pantinya. Sedangkan adik-adiknya yang lain, pasti sedang terlelap di kamar mereka.
Airin melepas sepatunya, dan meletakkannya di rak khusus sepatu. Kakinya mulai melangkah mendekati ibunya yang berada di ruang tamu beserta dengan dua orang lainnya.
Ruangan yang ada di rumahnya untuk menerima tamu itu terlihat sangat sederhana dan minimalis. Disana, hanya terdapat dua buah sofa panjang yang saling berhadapan dengan meja ditengahnya.
"Ibu?"
Bu Kinar menoleh padanya. Wanita paruh baya itu terlihat sedih.
"Ibu? Ibu kenapa? Ibu abis nangis?" Pertanyaan dari Airin hanya dibalas senyuman oleh Bu Kinar.
"Kamu masuk ke kamar. Bersih-bersih, abis itu ke sini lagi ya?"
Airin menganggukkan kepalanya. Sebelum melangkah ke kamar, ia lebih dulu menyalami tangan sang ibu.
Saat berada di kamar, otak Airin terus digunakan untuk berpikir tentang keadaan ibunya.
Ia kembali ke ruang tamu dan langsung membelalakkan matanya melihat siapa yang ada di ruang tamu itu.
Bu Kinar menyadari keberadaan Airin. "Sini, Nak!" ajaknya.
Airin menurut. Ia duduk di sebelah Bu Asri dan berhadapan langsung dengan tamu di rumahnya itu. Keningnya tetap mengerut seraya menatap bingung dengan kedua orang yang ada di ruang tamunya.
Ia menoleh pada Bu Kinar. "Ini ada apa ya, Bu?" Ia bertanya, tetapi tak dijawab oleh Bu Kinar.
"Loh? Kamu Arin 'kan?" Suara salah satu dari dua orang di hadapannya menginterupsi.
"I–iya, Bu. Saya Arin. Ibu kenal saya?"
Seseorang itu—wanita paruh baya—terkekeh mendengar jawaban Airin. "Kamu lupa? Saya yang waktu itu kamu tolong waktu keserempet motor. Inget gak?"
Kening Airin semakin berkerut. Ia menipiskan bibirnya. "Oh iya! Yang di serempet sama orang gak bertanggung jawab itu 'kan?!" Airin berseru kala mengingatnya.
"Nah iya. Perkenalkan, nama saya Asri. Dan ini perkenalkan, Aileen."
"Salam kenal Tante. Untuk kak Aileen saya udah kenal. Kebetulan ... dia kakak kelas saya di sekolah," ucapnya.
"Maksud kedatangan kami kemari—"
Jeng! Jeng! Jeng!
Kepo gak? Kepo gak? Kira-kira, ngapain Aileen sama Bu Asri ke panti? Ada yang tau? Comment!!! Yang tau aku kasih selamat:v
Inget sama orang yang ditolong Arin kan? Kalo enggak, kalian bisa cek prolog. Ternyata prolognya ada kaitan sama alur cerita
Sabar ya, maaf aku gantung hehehe...
Jangan marah-marahJangan lupa untuk vote and comment!!!
Salam,
nav06/06/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Stalker (COMPLETED✔️)
Teen Fiction[ Part Lengkap ] Diperkenankan untuk follow akun ini terlebih dahulu sebelum membaca^^ Pertemuan tidak sengaja antara dirinya dengan gadis cantik yang berbeda dengan gadis-gadis lainnya, mampu membuat ia tertarik. Gadis itu beda. Sangat, sangat berb...