"ARIN?!"
Pekikan terkejut dari Clarissa membuat semuanya menoleh. Rendy dengan tergesa berlari ke arah Clarissa yang sedang membelalakkan matanya.
"Mana? Mana Ririn?!" Tanpa sadar Rendy mengguncang bahu Clarissa dengan cukup kuat.
Bibir Clarissa bergetar, telunjuknya mengarah ke depan sana. Sesosok gadis dalam keadaan berbaring dengan seragam khas SMA Pelita Harapan.
Rendy dengan cepat menghampiri gadis itu. Begitupun dengan yang lainnya.
Rendy tak mampu berkata-kata lagi melihat bagaimana keadaan Airin saat ini. Gadis itu pingsan dengan baju basah yang sebagiannya sudah mengering, pipi gadis itu terlihat bengkak, dan disudut bibir gadis itu ada bercak merah yang merupakan noda darah.Tanpa berkata apapun, Rendy menggendong Airin ala bridal style. Mengabaikan semua orang yang masih terkejut akan keadaan Airin.
Clarissa dengan cepat mengikuti Rendy. Air mata gadis itu keluar melihat bagaimana kondisi sahabatnya. Aksa, Arkano, Lala dan beberapa guru ikut mengikuti Rendy dari belakang.
Setelah Clarissa memberi kabar pada Arkano tadi, lelaki itu dengan cepat memberitahu sahabatnya. Rendy langsung bergerak cepat untuk mencari keberadaan Airin. Sedangkan Arkano lebih memilih untuk melapor hal ini kepada guru.
Rendy berhenti disela berjalannya. Ia menoleh ke belakang. "Siapa yang bawa mobil?!" Tanyanya tergesa.
Lala dengan segera memberikan kunci mobilnya pada Rendy. Rendy ingin mengambil namun didahului oleh Arkano. "Biar gue yang nyetir. Lo jaga dia dibelakang. Lo ikut gue, Cla! Lo pake motor lo aja, Sa. Bonceng dia!" Telunjuk Arkano mengarah pada Lala sembari memberi perintah yang langsung diikuti oleh semuanya.
Beberapa guru ikut dengan kendaraan masing-masing.
Dengan hati yang kalut, Rendy terus mendekap Airin sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Berharap gadisnya itu baik-baik saja. Clarissa juga tak bisa tenang selama berada di mobil. Ia berkali-kali menoleh ke belakang melihat keadaan Airin.
Setibanya di rumah sakit, Airin langsung dibawa oleh beberapa suster menuju salah satu ruangan.
Selama Airin diperiksa, Rendy tak henti bergerak dengan cemas. Sesekali ia melihat ke arah pintu ruangan. Ingin rasanya ia mendobrak pintu itu, tapi itu tidak mungkin.
"Gue rasa, gue tau siapa penyebabnya." Dalam keadaan cemas ini, tiba-tiba Aksa bersuara. Rendy menoleh dengan cepat mendengar itu. Ia menatap Aksa dengan rasa penasaran.
"Aileen. Cuma dia satu-satunya yang ngelakuin ini ke Arin." Pernyataan itu membuat Rendy tanpa sadar mengepalkan tangannya.
Clarissa hanya bisa memejamkan matanya. Ia merasa menjadi sahabat paling bodoh yang tak mengetahui bagaiman kondisi sahabatnya seperti tadi.
"Itu cabe emang bener-bener ya?!" Lala bermonolog dengan emosi. Ia menatap Aksa. "Gue juga yakin semua ini ulah si Alien itu. Tapi... kita gak ada bukti buat ngelaporin dia ke guru"
Perkataan itu makin membuat Clarissa menangis. Ia tak beguna menjadi sahabat. Ia tak bisa melakukan apa-apa untuk melindungi sahabatnya. Tanpa disangka, Arkano tiba-tiba memeluknya seraya mengelus puncak kepalanya.
Suara pintu yang dibuka mengalihkan semuanya dari perbincangan itu. Bertepatan dengan itu, para guru yang mengikuti mereka tadi tiba.
Rendy dengan segera menghampiri seorang dokter wanita yang melepaskan stetoskopnya. Wanita itu tersenyum. "Kondisinya sudah cukup membaik. Dia agak demam. Beruntung kalian membawanya kesini dengan cepat."
Fokus Rendy terbagi antara mendengarkan penjelasan dokter dan ingin melihat kondisi gadisnya. "Ini hanya luka ringan sebenarnya. Namun, bajunya yang basah itu mampu membuatnya seperti ini."
"Bengkak di pipinya sudah cukup membaik. Luka di sudut bibirnya pun sudah kami obati. Namun, ia tetap harus meminum obat. Ini resepnya, silahkan ditebus. Saya permisi.""Kita boleh jenguk?"
Pertanyaan dari Rendy membuat dokter itu mengangguk seraya berkata, "Setelah dipindahkan ke ruang rawat ya"
- My Cold Stalker -
Rendy, Arkano, Aksa, Clarissa, dan Lala memasuki ruang rawat Airin. Nampak gadis polos itu masih memejamkan matanya dengan wajah pucat dan infus yang terpasang di telapak tangan gadis itu.
Guru-guru yang ikut tadi sudah mihat keadaan Airin sebelum mereka. Mereka kembali ke sekolah dan menyerahkan Airin untuk mereka jaga.Mereka perlahan mendekati brangkar Airin. Tiba-tiba, Clarissa kembali mengeluarkan air matanya. Tangannya mengelus punggung tangan Airin. "Rin, maafin gue ya? Gue gak berguna banget jadi sahabat. Hiks..."
Perlahan, mata Airin bergerak. Gadis itu sedikit meringis sembari menyesuaikan penglihatannya yang terlihat buram.
Ia menatap sekelilingnya yang sedang menatapnya dengan helaan nafas lega. "Alhamdulillah lo udah sadar, Rin! Maafin gue yang gak berguna jadi sahabat lo, ya?"Airin menggeng lemah seraya tersenyum. "Kamu sahabat terbaik aku, Cla. Maaf ya udah repotin kalian," ucapnya pelan.
Lala menggeleng dengan tegas. Begitupun dengan Clarissa, Aksa, dan Arkano. "Kita khawatir banget sama lo, Rin. Lo kenapa bisa pingsan disana?" Tanya Lala penasaran. "Aileen yang bikin lo kayak gini?" Sambungnya.
Airin hanya tersenyum kecil. "Gak papa kok aku. Kalian tenang aja. Jangan apa-apain Kak Aileen ya? Kasian," papar Airin mengiba.
"Tapi dia udah bikin lo kayak gini, Rin!" Bantah Aksa cepat.
Airin menggeleng pelan. "Jangan, Kak. Aku gak apa kok. Pokoknya jangan apa-apain dia ya?" Pinta Airin memelas.
Semuanya menghela nafas pasrah dan menganggukkan kepalanya dengan paksa.
Mata Clarissa tanpa sengaja menatap Rendy. Lelaki itu sedang menatap lekat ke arah Airin, tanpa disadari oleh sahabatnya. Seakan ingin memberi ruang untuk Rendy dan sahabatnya, Clarissa memberi kode pada yang lainnya untuk keluar ruangan.Dengan beberapa alasan, mereka meninggalkan ruangan Airin.
Airin menoleh saat merasakan tangannya digenggam. Ia menatap Rendy yang juga sedang menatapnya."Kenapa?" Pertanyaan itu membuat Airin sedikit mengerutkan keningnya.
"Kenapa kamu seakan lindungin dia yang jelas udah bikin kamu masuk rumah sakit begini?"
Airin tersenyum lembut. "Gak baik buat nyimpen dendam, Kak. Lagian... aku juga gak tega kalo harus liat Kak Aileen sampe dihukum. Kasian, Kak" jelas Airin.
Rendy menghela nafasnya. Ia menatap mata Airin. Mata itu tetap terlihat indah walau sayu.
Cup
Ia mengecup kening Airin tiba-tiba. Gadis polos itu sedikit tersentak. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali menatap Rendy. Rendy tersenyum manis sembari menggenggam tangan Airin. "Get well soon, Ririn," ucapnya.
- My Cold Stalker -
Hay semuanya? Apa kabar? Baik-baik ya:)
Gimana sama part ini? Kayaknya makin lama ceritanya garing ya?:( Maap ya:(
Aku sengaja cuma kasih konflik ringan buat cerita ini. Kasian couple ini kalo harus hubungannya renggang:(
Btw, jangan lupa untuk vote and comment!!!
Voment dari kalian sangat berharga buat aku...Bye, and thanks guys!!!
Salam,
nav29/04/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Stalker (COMPLETED✔️)
Teen Fiction[ Part Lengkap ] Diperkenankan untuk follow akun ini terlebih dahulu sebelum membaca^^ Pertemuan tidak sengaja antara dirinya dengan gadis cantik yang berbeda dengan gadis-gadis lainnya, mampu membuat ia tertarik. Gadis itu beda. Sangat, sangat berb...