MCS | 15 | •Peringatan Pertama!•

50.6K 3.5K 151
                                    

Seperti biasa, Rendy menunggu Airin didepan kelas gadis itu. Kali ini, ia ditemani kedua sahabatnya, Aksa dan Arkano. Begitu gadis yang ditunggunya keluar bersama sang sahabat, segera ia menautkan jemarinya dengan jemari gadis itu sembari menunjukkan senyum tipis kepada Airin.

Mereka mulai berjalan. Diiringi dengan berbagai macam tatapan, membuat Airin segan. Tak nyaman rasanya. Dengan menunduk, sesekali ia melirik ke kanan dan kiri. Beberapa siswi menatapnya sinis, iri, dan benci. Ia mencoba mengabaikannya dengan menghela nafas beberapa kali sebelum ia menahan nafasnya. Ia meneguk ludahnya susah payah. Rasa panik, takut, dan khawatir mulai menyelimuti. Clarissa yang tepat berada disebelahnya juga mendadak gelisah. Langkah mereka terhenti.

"Rendy!" Seru seseorang dihadapan mereka yang tak lain adalah Aileen. Gadis dengan make up cukup tebal. Mata gadis itu melotot melihat tautan jari Rendy dengan Airin.

Airin yang tahu kemana arah pandang Aileen segera mencoba melepaskan tautan jemarinya. Sulit. Rendy dengan sengaja menahan agar tautan jari itu tak terlepas. Wajah Airin mendadak pias. Jantungnya berdetak cepat karena ketakutan. Ia merasa kakinya bergetar. Ucapan Aileen saat di toilet tadi kembali teringat olehnya.

"Rendy?! Kamu kenapa pegangan tangan sama dia?!" Aileen menujuk wajah Airin dengan telunjuknya. Rendy tak suka itu. Ia menepis kasar telunjuk Aileen yang mengarah pada Airin.

Emosinya tersulut. Aileen tidak suka melihat Rendy bergandengan tangan dengan gadis selain dirinya. Hanya ia yang boleh merasakan itu! Ia mendekati Airin dan Rendy, dengan paksa ia melepaskan tautan jari itu.

Rendy marah. Emosinya naik karena sikap lancang gadis itu. Clarissa sendiri hanya bisa berharap agar Airin tidak apa-apa. Aksa dan Arkano meringis melihat wajah penuh amarah Rendy. Dia telah membangunkan singa yang tidur!

Airin meneguk ludahnya. Ia memandang takut pada Aileen yang melotot marah padanya. Telunjuk Aileen kembali terangkat menujuk wajah Airin. "Lo itu cuma cewek kampungan!" Sentak Aileen membuat Airin tersentak.

Mata Aileen memandang dari atas sampai bawah penampilan Airin. "Cupu!" Gumamnya meremehkan setelah melihat penampilan Airin.

"Kenapa lo nunduk hah?! Lo takut?!" Aileen kembali berseru dengan suara lantang. Airin makin menundukkan kepalanya. Rendy ingin membantu, tapi ia tahan. Ingin melihat sampai mana keberanian gadis dengan make up cukup tebal itu.

Melihat Airin yang hanya diam menundukkan kepala, Aileen geram. Ia mendongakkan kepala Airin dengan kasar membuat Airin terpekik kecil. Gadis polos itu menatapnya takut.

"Lo udah main-main sama gue!" Bisiknya mendesis.

Airin menahan sakitnya cengkaraman yang dilakukan oleh Aileen pada dagunya. Ia tak berani untuk sekedar merintis saja. Sungguh ia sangat takut. "Ma-maaf, Kak..."

Ucapan lirih dari Airin tak membuat Aileen berhenti. Justru ia makin berani. "Maaf kata lo?"

"Dengerin gue baik-baik, cewek kampungan. Lo itu gak ada apa-apanya dibandingkan gue! Jangan coba-coba Lo deketin Rendy! Rendy itu gak selevel sama lo!" Masih dengan suara pelan, Aileen menggertak Airin yang nampak ketakutan.

"Lo pasti tau siapa gue kan?" Tanya Aileen masih dengan berbisik.

Airin yang masih dicengkeram dagunya mengangguk sekali. "Ta-tau... Kak," jawabnya pelan.

"Good!" Puji Aileen tersenyum sinis.

"Gue gak mau tau. Ini peringatan pertama buat lo! Mulai sekarang jauhin Rendy! Rendy cuma milik gue! Siapapun yang deketin dia, bakal gue bikin gak tenang hidupnya. Lo mau?"

Airin menggelengkan kepalanya. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Sekali lagi gue liat lo deket sama Rendy, apalagi sampai pegangan tangan kayak tadi, siap-siap idup lo gak tenang!"

Airin kembali mengangguk. Aileen tersenyum sinis sebelum melepaskan cengkraman tangannya pada dagu Airin dengan kasar. Clarissa menjerit kecil melihat itu. Ia berniat membantu, namun tangannya ditahan. Arkano sedang menatapnya dengan tatapan datar. "Jangan. Kita liat dulu sampe mana cewek gatel itu berani."

"Tap-tapi, Kak... Arin-" Clarissa menghentikan perkataannya saat tatapan mata Arkano menajam. Ia kembali menoleh pada Airin yang kini sudah meneteskan air mata.

Aileen semakin senang melihat Airin yang mengeluarkan air mata. Satu tangannya terangkat ingin menampar pipi mulus gadis polos itu. Namun, semua terhenti karena Rendy menatapnya dengan tatapan marah.

"Jangan berani lo apa-apain dia, sialan!"

Arkano dan Aksa membelalakkan matanya mendengar Rendy mengumpat. Ini pertama kalinya. Sedangkan Clarissa langsung maju mendekati Airin dan memeluk sahabatnya itu yang nampak sangat ketakutan. "Aku-aku... takut, Cla,"

Clarissa ikut menitikkan air mata. "Lo gak papa tapi kan?" Tanya Clarissa khawatir. Airin mengangguk pelan. Gadis polos itu menoleh pada Rendy yang kini mencengkram kuat pergelangan tangan Aileen, membuat Aileen merintih kesakitan. "Lo keterlaluan!" Geram Rendy menyentak pergelangan Aileen dengan kasar.

Aileen terjatuh karena sentakan kasar itu. Ia menatap Rendy dengan berkaca-kaca. Hanya untuk mendapatkan simpati dari Rendy tentunya.

Rendy tak peduli itu. Ia hanya peduli pada Airin. Dan gadis polosnya itu menangis karena gadis ular ini. "Sekali lagi gue liat lo pegang-pegang dia. Bahkan seinci aja. Gue gak segan berbuat lebih!"

"Tap-tapi, Rendy? Kamu cuma milik aku!" Bantah Aileen tak terima.

Airin yang menyaksikan itu menjadi bimbang. Ia menoleh pada Clarissa. "Kayaknya... aku putus aja ya sama Kak Rendy?"

— My Cold Stalker —

Hay guys!!
I'm back!!!

Gimana part ini? Gila ya Rendy bisa ngumpat juga! Tapi... Kasian juga sama Arin:(

Putus? Apakah itu bakal terjadi?
Penasaran kan ya? Tunggu terus oke?

Byeeeee...
And thanks...

Salam,
nav

14/04/2020

My Cold Stalker (COMPLETED✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang