MCS | 3 | •Rendy Aditya•

83.6K 6.8K 148
                                    

Jangan lupa nabung!

-------------------------------------

"Kamu gak papa?"

Suara itu membuatnya mengalihkan perhatian. Tampak seorang gadis cantik dengan wajah paniknya. Bahkan di wajah itu juga terlihat raut khawatir.

"Tangan kamu luka," lirih gadis itu sembari meringis.

Ia hanya diam saja. Menatap gadis itu datar tanpa berniat membuka suara sedikitpun. Bahkan saat gadis itu membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah sapu tangan berwarna biru serta menarik pelan lengannya, ia hanya diam saja.

"Aku gak punya tisu. Adanya cuma sapu tangan ini. Tahan ya, kayaknya ini sedikit perih deh," jelas gadis itu.

Gadis itu nampak fokus sekali dengan kegiatannya. Dimana ia kembali membuka tas dan mengambil air mineral yang selalu ia bawa dalam botol, membersihkan luka yang ada di tangannya dengan air itu, dan mengelapnya dengan sapu tangan biru itu. Ia sangat fokus sekali, tanpa menyadari bahwa sepasang mata didekatnya terus menatapnya intens.

"Aku juga gak punya plester. Hmm ... kamu pake sapu tangan ini aja deh. Gak papa 'kan?"

Akhirnya gadis itu mendongak. Tatapannya langsung bertemu dengan tatapan tajam lelaki dihadapannya. Lelaki itu terdiam. Mata gadis itu sungguh indah, berwarna coklat terang. Sangat menyejukkan siapapun yang bertatapan dengannya. Terlebih tatapan yang diberikan oleh gadis itu adalah tatapan polos.

"Cuma tangan aja 'kan yang luka? Gak ada yang luka lagi 'kan?" Tanya gadis itu lagi.

Kali ini, ia menjawabnya. Namun, hanya dengan gumaman dan satu anggukan kepala.

"Ya udah, aku pulang dulu ya. Lupa kalo lagi buru-buru," pamit gadis itu.

Sekali lagi, ia menganggukkan kepalanya. Matanya terus menatap gadis itu yang sudah membalikkan badannya dan mengendarai sepeda yang dibawa oleh gadis itu. Ia terus menatapnya sampai gadis itu hilang dari pandangannya.

Ia mengalihkan pandangannya pada sapu tangan biru yang melingkar di lengannya. Entah karena apa, sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyum tipis.

"Woy!" Seruan itu membuatnya tersadar dari lamunannya. Ia menatap malas pada dua orang lelaki yang kini dengan santainya duduk di kasur king size-nya.

"Lo kerasukan ya? Senyum-senyum sendiri?" tanya salah satu di antara dua orang tadi dengan bergidik ngeri.

Dia adalah Aksa Aryasatya. Sahabatnya. Mempunyai wajah tampan yang mampu membuat para gadis terpesona dengan ketampanan itu. Sifatnya yang humoris semakin membuatnya digilai oleh para gadis di SMA Pelita Harapan.

Satu lagi sahabatnya. Arkano Alfan. Sahabatnya ini sangat ketus dengan perempuan. Ia bahkan tak segan membentak perempuan itu jika berani menyentuhnya. Namun, saat bersama dengan keluarganya, ia sangat ramah.

"CK, berisik!" ketus Rendy.

Lelaki yang sedang melamun tadi adalah Rendy Aditya. Lelaki berwajah tampan yang sayangnya sikapnya terlalu dingin. Wajahnya bisa dikatakan sangat sempurna. Rahang tegas, bibirnya yang tipis, hidung mancung, alis yang tebal, bulu mata lentik, dan yang sangat mengagumkan adalah iris matanya. Iris mata itu berwarna abu-abu. Keturunan sang ibu yang juga memiliki iris mata berwarna abu-abu.

Aksa berdecak sebal. Ia mengelilingi kamar itu dengan matanya sampai sesuatu menarik perhatiannya. Bangkit dari kasur, ia mendekat ke arah meja belajar Rendy.

Sapu tangan? gumamnya bertanya dalam hati. 

Ia menoleh pada Rendy yang saat ini sedang fokus dengan ponselnya. Kembali ia beralih pada sapu tangan itu. Sapu tangan itu terlihat sangat minimalis. Namun, ia yakin itu bukanlah milik Rendy. Model sapu tangan itu lebih cocok untuk seorang gadis.

My Cold Stalker (COMPLETED✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang