Dua puluh delapan

736 46 0
                                    

Assalamu'alaikum readers! Alhamdulillah kita masih bertemu bulan Ramadhan kembali ya🙏 Berarti udah 1 tahun lebih cerita ini aku publish, aku inget banget publish cerita ini sebelum Ramadhan tahun kemarin hehe

Maaf banget ya aku jarang update, maaf banget, kalau kalian udah lupa bisa dibaca ulang dulu hehe

Selamat membaca☺

🍁🍁🍁

Author point of view

Gadis manis berkerudung panjang itu melangkahkan kakinya pelan, lalu membuka pintu kamarnya perlahan. Ia menghela nafas sejenak sebelum akhirnya masuk dan menutup pintunya kembali. Ia membanting tubuhnya di atas kasur.

Mata cantiknya mengerjab, memandangi langit-langit kamarnya. Siang itu ia baru selesai membantu bundanya, jadi sekarang sudah bisa rebahan. Dan itu membuatnya merasa jenuh. Ujian selama seminggu yang menjenuhkan telah usai, sekarang ia sedang menikmati libur panjang akhir semester.

Ia baru hendak memejamkan matanya ketika ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk. Ia kemudian merogoh ponsel miliknya yang memang sedari tadi ia kantongi.


Zaina Maheswari

Adiba?

Gadis itu, ya dia Adiba. Ia mengernyit bingung ketika membaca pesan dari sahabatnya itu, pasalnya Zaina tidak terlalu sering mengiriminya pesan. Apalagi tidak didahului salam, seperti orang yang sedang terburu-buru.

Iya Za? Kenapa?

Kak Azmi, sekarang dia
sedang di rumahku, dia
hendak berpamitan

Hari ini dia berangkat
ke luar kota untuk kuliah

Maaf aku tidak tahu jika dia
berangkat sekarang, aku juga
kaget, apa kau mau menemuinya?

Cepatlah, dia masih disini

Membaca isi pesan beruntun dari Zaina itu jelas membuat Adiba panik, ia langsung terduduk dengan pikirannya yang blank. Dia ingin segera berlari dan menghampiri pangeran bermata teduhnya itu. Namun tiba-tiba dia sadar, apa dia punya keberanian untuk melakukan itu? Adiba merasa ingin menangis sekarang.

Za, aku ingin, ingin sekali
tapi alasan apa yang harus
kugunakan ketika bertemu
Kak Azmi nanti? Aku tidak
berani Za, untuk kesana:(

Aku akan mendoakannya
dari sini, semoga dia selamat
sampai tujuan, Aminn


Adiba, kamu yakin? Kamu
Gak bisa ketemu dia lagi loh
setelah ini

Aku tidak bisa, Za


Ya sudah jika itu pilihanmu
Aku mengerti, yang kuat ya
sahabatku:)

Adiba tidak membalasnya. Ia menjatuhkan ponselnya dengan pelan di atas kasur. Bibirnya mengulas senyum tipis, namun pipinya basah. Ya, dia meneteskan air matanya. Dia yakin hari ini akan terjadi, namun ia tidak tahu jika akan se menyakitkan ini.

Beberapa minggu kemarin ia tidak pernah bertemu Azmi lagi. Namun entah mengapa perasaan itu justru semakin kuat menguasai dirinya. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan lentiknya. Dan terisak dalam diam.

Jodohku, Cinta Dalam Diamku [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang