Menangis

181 58 91
                                    



Happy reading ♡

























~♥~











BUGH!!!!





















Sebuah pukulan mendarat tepat di pipi kanan Renjun. Laki-laki itu terhuyung ke belakang hingga punggungnya menambrak meja, membuat meja itu bergeser sebelum akhirnya ia terjatuh kelantai.

Nina menjerit tertahan di tempatnya, agaknya ia tak mendengar lagi suara gaduh siswa siswi yang terkejut. Spontan tangannya yang terbebas hendak membantu Renjun berdiri. Karena sebenarnya Renjun masih mencekal tangan kanan Nina, bahkan saat laki-laki itu terjatuh.

"Jangan bantu dia!!", Mark berseru dingin, mencekal tangan kiri Nina.

Nina membuang napas, lantas melempar tatapan tak suka pada Mark. Disituasi seperti ini bagaimana ia bisa tidak membantu seseorang yang butuh pertolongan.

Astagaaaaaa, tolong sadarkan Nina sekarang juga. Katakan padanya bahwa ia sudah bertekad untuk tidak membantu Renjun lagi semalam. Tapi bagaimana pun ia juga masih berperikemanusiaan.

Kim Nina ini orang yang sangat menghargai sebuah hubungan, keluarga, pertemanan, juga persahabatan. Ia menghargai setiap pendapat orang lain dan tak pernah memilih-milih dalam berteman.

Ia juga dikenal sebagai pribadi yang bukan hanya cantik tapi juga ramah dan cerdas. Tentu saja alasan itu sudah cukup untuk Mark menyukainya, bukan?

Tapi memang dasarnya Kim Nina adalah orang yang cukup keras kepala. Ia terus saja menolak Mark dengan dalih tidak ingin pacaran, tidak ini tidak itu, bla bla bla, dan alasan lainnya.

Seperti sekarang, ia menepis tangan Mark, membuat laki-laki bule itu tertegun dengan air muka masam. Apa Mark ditolak Kim Nina, lagi?

Gadis itu membantu Renjun berdiri, lantas meringis melihat wajah Renjun yang babak belur. Ia mengira pukulan Mark tadi pastilah cukup kuat. Bagaimana tidak? Pukulan itu meninggalkan lebam di pipi serta membuat ujung bibir Renjun sobek hingga berdarah.

"ADA APA INI?!", Seseorang yang baru saja datang, berteriak, membuat kelas yang gaduh menjadi hening seketika. Siswa siswi yang tadinya bergerombol segera kembali ke bangkunya masing-masing.

Nina melangkah mundur, hendak kembali ke mejanya. Tapi tangan Renjun masih menggenggam pergelangan tangannya dengan kuat.

"Lepas, Ren!" pintanya.

Sementara Renjun bersikap acuh, tak mengindahkan permintaan Nina.

"Maaf, tapi laki-laki ini baru saja memukulku. Aku harus ke UKS untuk mengobati lukaku"

Renjun bersuara pada seseorang itu, yang tak lain adalah Pak Kim Seokjin, guru olahraga. Laki-laki bersurai coklat gelap itu menunjuk Mark dengan dagu, ekspresinya selalu saja datar.

Pak Kim berjingkat di tempatnya dengan mata membelalak, "Kau putra Pak Pr--"

"Beri aku izin atau kau akan dipecat!!", Renjun berujar cepat, memotong kalimat yang belum sempat dirampungkan Pak Kim.

Seisi kelas itu menahan napas, mulai berbisik-bisik membicarakan perkataan tak masuk akal yang baru saja Renjun ucapkan.

Tentu saja itu kalimat tidak masuk akal, bagaimana bisa murid pindahan 'kemarin' seperti dia memecat Pak Kim yang notabene-nya adalah Guru Wali kelas mereka sendiri. Memangnya Renjun itu siapa?

Semesta √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang