Perfect

125 23 177
                                    

• segala sesuatu yang ada di cerita ini adalah 10000% hasil pemikiran penulis.
• jika ada kesalahan, perbedaan pendapat, sudut pandang atau apa pun yang berkenaan dengan latar tempat dan suasana dalam cerita ini, harap dimaafkan atau silahkan lewati ke bagian lain.
• saya harap pembaca menikmati cerita ini tanpa harus membawa watak serta karakter setiap tokoh ke dunia nyata, karena cerita ini hanya FIKTIF.
• jangan berekspetasi terlalu tinggi pada cerita ini📌








Happy Reading♡

.

.

.

.

.


Petang merayap naik ke luas dirgantara, menggantikan peran surya yang telah seharian terjaga. Walau siang sempat diberi bumbu berupa buliran air yang jatuh bak pertanda hujan akan lebih sering tiba kedepannya.

Sudah terhitung rentang ke tiga sejak saat dimana Renjun menyatakan perasaannya. Sebenarnya tak ada yang jauh berbeda, hanya saja mereka sekarang berangkat atau pulang sekolah bersama. Dengan berbagai alasan, salah satunya Jimin yang mengambil cuti dan si pemuda Huang memutuskan membawa motornya sendiri untuk menjemput dan mengantar Nina.

Tapi hari ini ada hal yang lebih buat bahagia. Kenapa? Karena gadis Kim mengundang Renjun untuk makan malam bersama di rumahnya. Ah, tidak. Lebih tepatnya undangan itu dikirim langsung oleh bunda melalui Kim Nina.

Weekend memang menjadi waktu yang pas untuk dihabiskan bersama keluarga, bukan? Dari itu bunda —Han Ga in—mencuri waktu libur di tengah kesibukannya menyusun proyek baru di perusahaan. Faktanya Ga In memang wanita karir bahkan sebelum usaha Jae Wook mengalami kebangkrutan. Memang hanya sebagai karyawan, tapi posisinya sudah cukup tinggi hingga punya beberapa bawahan.

((untuk selanjutnya, Han Ga In aku tulis bunda aja ya~))

Baiklah kembali ke topik perbincangan, Renjun sudah tiba di rumah si gadis lepas sepuluh menitan. Sekarang tengah duduk dengan canggung di meja makan, sementara bunda dan gadis Kim sibuk menyajikan menu makan malam.

"Renjun," sontak kepala mungil pemuda itu mendongak usai panggilan, "Sini," Kim Nina mengirim sinyal lambai lewat tangan, meminta si pemuda untuk mendekat padanya yang sibuk dengan satu panci seolleongtang*.

*sup tulang sapi

Walau ragu nyatanya si pemuda tetap menghampiri, menilik sup yang tampak lezat dengan aroma yang menyeruak masuk ke penciuman. Belum sempat mengetahui maksud panggilan dari gadis Kim, ia sudah lebih dulu dihadiahi satu sendok kecil sup dari tangan si gadis yang berniat menyuapkan.

"Cicipi," ujar Nina saat tampak rupa Renjun yang beku sedetik lamanya.

Nina, mohon sadar. Ada bunda di samping kananmu ya~

Sendok yang menggantung di udara itu sudah masuk ke dalam mulut si pemuda, setelahnya ia mengerjap kala labiumnya tersenyum selaras acungan jempolnya muncul tertera.

"Sudah enak, tapi—"

Sepasang netra si gadis masih memerhati, menunggu opini yang kiranya akan Renjun beri.

"— sepertinya kurang asin sedikit."

"benarkah?" Langsung saja Kim Nina menyesap setetes sup yang tersisa di sendok yang masih ada digenggamannya.






















Semesta √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang