Sebuah Temu ; King

226 78 121
                                    





Akhirnya aku up lagi huhuhu~
Ada yang rindu ga nih?

Btw hari ini karena lagi mood, aku bakal double up ya. Tapi mungkin chapter selanjutnya bakal up agak siang atau sore. Jadi aku harap kalian beneran nungguin cerita ini wkwk

Dan makasih banyak buat yang udah vote dan komen. Buat yang belum vote dan komen, ayo dong hargai jari aku yang capek ngetik, juga otak aku yang kerja keras buat mikirin alurnya. Ehehe ✌🤭

Happy reading ♡

























~♥~






Seseorang mengetuk pintu kamar saat Renjun baru saja selesai mandi. Ia menghela napas, kemudian berseru menyuruh orang itu untuk masuk.

Seorang pemuda bersetelan jas masuk dengan senyuman khasnya.

"Selamat pagi, Tuan", ia menyapa.

Renjun meliriknya sekilas, kemudian melewatinya menuju lemari pakaian yang pintunya terbuat dari kaca. Ia berkaca sembari mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil yang sejak tadi sudah bertengger di bahunya.

"Ada apa?", Renjun mulai bersuara.

Pemuda bersetelan jas itu melangkah mendekatinya, membuka salah satu pintu lemari kemudian tangannya menarik sebuah pakaian yang ternyata adalah seragam sekolah.

"Ini seragam sekolah Tuan yang baru", ia berujar, tangannya mengulurkan seragam itu pada Renjun.

Renjun menghela napasnya berat, "Dimana?", ia kembali bersuara tanpa menerima uluran seragam itu.

"Yayasan milik Tuan Huang Sendiri, anda akan bersekolah disana"

Renjun bedecih kemudian membuang muka setelah mendengar penuturan si pria bersetelan jas.

"Kenapa dia terus saja mengatur hidupku!", gumamnya.

Renjun terdiam sejenak, kemudian melangkah ke kamar mandi, melempar handuk kecil itu ke dalam keranjang pakaian kotor. Sementara si pria bersetelan jas masih berdiri di tempatnya, memperhatikan setiap pergerakan Renjun.

Renjun kembali berjalan menuju sofa kecil di sudut kamarnya, menyalakan televisi. Ia berusaha mengabaikan pemuda bersetelan jas itu, tapi sepertinya tidak bisa.

"Bilang padanya aku tidak mau", ujar Renjun dingin, matanya tak beralih dari televisi yang menayangkan acara kartun anak-anak.

Pemuda bersetelan jas itu tertegun, air wajahnya memelas. Kemudian berbalik pasrah, "Kenapa dia mempersulit pekerjaanku? Apa susahnya dengan memakai seragam ini dan pergi ke sekolah", ia bergumam sembari melangkah menjauh.

"Paman", suara Renjun menghentikan pergerakannya.

Ia berbalik, mendapati Renjun yang menatapnya tanpa ekspresi. Ia melangkah mendekat dengan takut takut, mengira Renjun mendengar gumamannya. Ia pikir ia akan segera mendapat hukuman atas ucapannya itu.

"Nama?", Renjun bertanya. Tangannya masih sibuk mengganti chanel televisi.

Pemuda bersetelan jas itu ragu-ragu, menelan ludah.

Semesta √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang