Diungkap dan Terungkap

114 24 168
                                    

jangan berekspetasi terlalu tinggi pada cerita ini📌










Happy Reading♡

.

.

.

.

Semilir angin segar menerjang surai kemerahan pemuda pemilik senyum secerah surya. Tapaknya bergerak melangkah di tempat sembari sesekali menghempas karbon monoksida ke udara, kala menunggu pintu rumah di hadapannya terbuka.

Entah sudah berapa lama ia berdiri di sana, namun tampaknya belum ada tanda-tanda pemiliknya akan lekas menyapa. Begitu sadar kalau hari memang masih terlalu pagi untuk sekadar bertamu padahal semalam antara ia dan gadis itu telah sempat bersua.

Sepasang netra bening miliknya mencuri lirik pada arloji di selangka kiri, memilih bungkam bersama bosannya menanti. Seharusnya di jam sekarang gadis itu sudah harus pergi untuk menghindari gerbang sekolah yang terkunci. Tapi kenapa gadis itu tak muncul hingga kini?

Ia bernala untuk meninggalkan saja tempat itu dan kembali ke rumahnya. Mengingat ia masih harus menjalankan hukuman untuk belajar di rumah yang tinggal tersisa dua hari lamanya. Namun baru saja langkahnya hendak beranjak, pintu rumah itu terbuka lebar selaras dengan terlihatnya entitas gadis berasma Kim Nina.

"Na?" Suara si gadis, berjalan ke arahnya.

Terserang kikuk mendadak si pemuda tak tahu harus bertingkah bagaimana. Pikirnya ia tak akan bisa lagi mendapati senyum manis gadis Kim padanya, pula nyatanya gadis itu tetap terlihat ramah seperti biasanya.

"Kenapa tidak masuk dan malah menunggu di luar?"

"A-aku—"

"Aigoo! Kau siapa, sih?" Sepasang manik netra pemuda membola sempurna, sedikit terhenyak dengan tanya Nina pun perlakuannya —menghantam pelan dada bidang pemuda Na dengan kepalan tangannya.

"Nana yang kukenal itu tinggi percaya diri, bukan yang seperti ini." Gelak tawa gadis Kim pecah usai mendapati perubahan ekspresi si pemuda. Lantas tangannya menangkup bahu lebar Na Jaemin setelah beberapa kali menepuknya.

Sama seperti sebelumnya, raut muka tampan itu masih terlukis abstrak. Terlampau lamban mencerna sebab serangan tadi ampuh buat hatinya berserak. Sifat Nina yang ini adalah satu dari banyak sifat gadis itu yang bisa membuat batinnya tergerak, meminta pertanggung jawaban atas susunan kardianya yang telah acak.

Namun pada kenyataannya itu bisa saja tak akan pernah terjadi, sebab sudah ada pemuda lain yang berhasil memenangkan perkara hati. Pemuda Huang ialah orang yang telah dipatri gadis Kim agar tetap berada di sisi. Sangat di sayangkan posisi Jaemin kini sudah terganti.

"Na, kau mau masuk? Tapi, aku harus segera pergi."

Lamunan si pemuda berhambur kala labiumnya mengukir senyum canggung. Sekadar mengusap tengkuk berusaha meredakan jantungnya yang nian bergemelutuk.

"Tidak. Aku ingin bicara di sini saja."

Persetujuan dari gadis Kim sudah didapat sebagai tahap awal, sekarang harusnya Jaemin mulai menyerukan suara-suara yang menggenang dalam akal. Tapi rasa takut menjalar akan ungkapan yang nantinya malah membuat Nina terpingkal. Ia hanya tak ingin gadis itu melangkah terlalu cepat dan membuatnya semakin tertinggal. Paham kan maksudnya?

"Aku minta maaf—"

Lengang, bahkan pemuda Na enggan merampungkan ujaran.

Tetiba gadis berbola mata legam itu turut bungkam, digerogoti rasa canggung yang sejak tadi susah payah ia redam. Ia pikir akan mudah memaafkan Jaemin— sahabatnya, ternyata dirinya masih didominasi oleh perasaan kecewa.

Semesta √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang