Jembatan Penyeberangan

130 31 150
                                    










Happy Reading♡

.

.

.

.

Lima sekon setelah menghilangnya Pak Jung, semua murid berhambur keluar kelas. Mengikis jarak dengan lorong-lorong yang semula sepi dengan langkah beringas. Tentu saja rumah adalah tujuan utama mereka yang merasa penat. Berjam-jam dihantam materi membuat tubuh mereka meminta istirahat.

Gadis Kim mendengus samar, lepas memasukkan buku materi pada ransel hitamnya, ia mulai bangkit berdiri, bermaksud meninggalkan ruang kelas yang bisa dibilang sepi. Walau masih ada segelintir orang yang sibuk dengan kegiatannya sendiri.

Langkahnya memelan kala labiumnya terangkat naik membentuk lengkung tipis. Netranya menangkap entitas gadis berkacamata bulat yang tersenyum manis, tengah berdiri di daun pintu kelasnya dengan sebuah kotak di tangan berwarna cokelat tua bermotif garis.

"Hai, kak Nina." Gadis yang juga adik tingkatnya itu menyapa.

Nina mengangguk dengan tangannya yang melambai pelan. "Cari Mark, ya?" Tanyanya kemudian.

Gadis berkacamata bulat - Lee Mira menggeleng, susah payah meredam antuiasme batinnya yang segera ingin jumpa pemuda yang ia puja. "Kak Jaemin," ia berbisik, "Aku ingin beri ini pada kak Jaemin." Lanjutannya lagi sembari mengangkat kotak tadi.

Gadis Kim kembali menjawab dengan rentet anggukan, menilik ekspresi gadis Lee yang tampak tidak sabar. Agaknya, persepsi diri akan gadis Lee yang menyukai sahabatnya - Na Jaemin itu memang benar.

Tetiba saja, sebuah tangan melingkari ceruk leher Nina. Sontak kepalanya menoleh, mendapati pemuda yang baru saja menjadi bahan bincang telah melempar senyum di sampingnya.

Jika siang tadi mereka tampak canggung, maka kali ini berbeda. Pemuda itu malah bersikap biasa saja. Persis seperti lampau warsa saat ia tak pernah hilang dari sisi Kim Nina.

"Ayo pulang bersama, Nin." Ajak pemuda Na.

Entah disadari atau tidak, ada satu hati yang retak. Menatap mereka nyalak dengan amarah yang hampir meledak.

Gadis Lee menggenggam erat kotak di tangan sebagai pelampiasan, buru-buru menyembunyikannya di balik badan. Semata takut kedua insan di singgungan menyadari benaknya yang remuk redam.

"Kak Taehyung sudah menjemputku, Na. Lagipun sepertinya kau akan pergi kencan setelah ini." Terang gadis Kim saat tangannya bergerak meluruhkan lengan Jaemin dari leher dan bahunya. Tak lupa mengedipkan sebelah kelopak mata pada Mira yang layangkan senyum paksa.

"Aku duluan ya." Menepuk sekilas lengan atas Jaemin, gadis Kim lantas mengurai jarak perlahan, mengirim sinyal lambai tanda perpisahan.

Sepeninggalan Kim Nina, pemuda Na mendengus tanda kecewa. Hendak melanjutkan langkahnya, tapi urung kala sebuah tangan menjulurkan sebuah kotak berwarna coklat tua.

Ia mendongak, baru menyadari eksistensi gadis berkacamata bulat. Sebelah alisnya terangkat, tampak memangut keheranan. Maniknya bergulir dari menatap gadis Lee hingga kotak coklat tua, bergantian.

"Untuk aku?" Ia bertanya memastikan, segera dibalas Mira dengan anggukan.

Tanpa ragu membuat kotak itu berpindah tangan, Jaemin mengulum senyum kemudian. "Terima kasih."

Detik berikutnya awak seseorang telah sempurna menghadang, membuat niatnya kembali urung beranjak pulang.

Pemuda Na menghela dalam, menatap kawannya yang malah menghujamnya dengan pandang tak suka. Jaemin bukan tak tahu alasannya, ia hanya enggan membahas perihal yang telah jelas adanya.

Semesta √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang