~♥~
"Pakai ini."
Gadis itu menggeleng kukuh, menolak jaket kulit hitam yang dijulurkan oleh laki-laki dihadapannya.
Si laki-laki -Huang Renjun- mendecak, tangannya bergerak menyampirkan jaket itu secara paksa pada tubuh si gadis.
"Aku tidak mau dicerca kakakmu sebagai orang yang tidak bertanggung jawab atas adiknya!", ketus Renjun.
Si gadis hanya mendengus, irisnya mengikuti pergerakan Renjun yang baru saja menaiki motornya. Gadis itu membenarkan posisi jaket kulit yang kini sudah melekat pada tubuhnya dengan sempurna.
Selepasnya ia kembali menatap Renjun dengan malas. Renjun kembali mendecak, tangannya menggapai helm lantas memakaikannya pada tempurung si gadis. Gadis itu bergeming, sedikit tersentak atas perlakuan Renjun yang menurutnya terlalu tiba-tiba.
"Manja sekali!" Renjun menggerutu. Laki-laki itu kini memiringkan kepalanya sedikit, menunjuk jok belakang, meminta gadis itu untuk segera naik.
Gadis itu menaiki motor, ragu-ragu menggerakkan tangannya untuk memegang pundak Renjun yang mulai menyalakan mesin motornya.
Renjun menoleh sekilas, membuka kaca pada helm fullfacenya. "Kau tidak tahu cara berpegangan yang benar, ya?"
Gadis itu mengerjapkan mata. Sesungguhnya ia bukan tidak paham perihal apa yang Renjun maksud. Tapi kan -
"Aku sudah berbaik hati meminjamkanmu jaket, kau bisa kan membantuku hanya dengan melakukan itu! Aku juga tidak mau sakit, bodoh!"
.
.
.
.
.
.
.
.
Nina menepuk dahinya -entah sudah keberapa kalinya ia melakukan itu. Mulutnya terus saja merutuki kejadian semalam saat ia malah menurut untuk memel- akh sudahlah. Gadis itu sungguh ingin melupakannya.
Pandangannya mengedar kala tungkainya menuruni anak tangga. Rumahnya tampak sepi pagi ini, tapi itu adalah hal biasa. Bundanya pasti sudah pergi ke kantor sejak pagi buta. Kak Taehyung? Tidak mungkin laki-laki itu belum beranjak dari ranjangnya.
Gadis itu tampak terkesiap setelah membelokkan langkahnya ke arah dapur. Disana, seorang laki-laki dengan surai pirang tengah mengunyah sehelai roti yang diolesi selai blueberry. Laki-laki itu melayangkan senyum tipis yang membuatnya nampak tampan.
"Selamat pagi." Sapanya.
Nina mengerjap sebentar, "Kenapa kau ada disini?" Tanyanya. Ia melangkah mendekat, lantas menarik kursi pada meja makan untuk ia duduki.
"Kak Taehyung menghubungiku semalam, katanya akan berangkat kuliah pagi-pagi sekali. Jadi, dia memintaku untuk pergi ke sekolah bersamamu." Papar laki-laki bermarga Lee itu.
Nina mendengus sebal, batinnya menyumpah serapahi sang kakak yang bahkan tidak meminta ijinnya terlebih dulu. Padahal tak perlu tumpangan Mark pun ia masih bisa berangkat sekolah dengan bus, atau menumpang pada Jaemin yang notabene-nya adalah teman dan tetangganya sejak SMP. Yah, walaupun jarak rumahnya dengan Jaemin tak terlalu dekat juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta √
Fanfictionft. 黄仁俊 ; 황 런쥔 ❝coba jelajahi polanya, yang mengawang antara pelik dan bahagia❞ ❨ fantiction | school life ❩ ps : typo bertebaran, bahasa semi baku, maafkan jika terjadi kesalahan karena semua yang ada di cerita ini hasil pemik...