• jangan berekspetasi terlalu tinggi pada cerita ini📌
Happy Reading♡
.
.
.
.
.
.
Roda kendaraan besi pembuat polusi itu melaju lamban di bawah legam hampir tengah malam. Pengemudinya sedang gencar menekan pedal gas dan rem bergiliran setelah mendapati jalanan kota yang cukup lengang.
Raut panik kentara tercetak pada iras menawan si pemuda bersurai pekat. Benaknya bergemuruh hebat hingga dirasa telah berkali-kali disambar kilat. Bagaimana tidak? Adik gadis satu-satunya belum bisa ia temukan di tiap-tiap ruas jalan terdekat.
Pemuda Kim itu menarik napas dalam-dalam beberapa kali dan menjadikan mulut sebagai titik pembuangan karbon monoksida. Teliti sepasang netranya mengawasi trotoar jalanan protokol kota. Berharap dapat menemukan entitas gadis yang membuat gempar rumah dengan kabar hilangnya.
Rahang si pemuda mengeras, tangan kanannya bergerak mengusap paras tampannya yang berekspresi tak karuan, sementara tangan kiri masih memegang kendali kemudi kala ia menambah kecepatan.
Beruntungnya ia bisa membujuk sang bunda untuk tidak turut dalam pencarian, meminta wanita paruh baya itu agar tetap di rumah seraya merapal doa demi putrinya diberkati keselamatan.
Rasa was-was sudah menggerogoti habis kepercayaan diri si pemuda. Jika sebelumnya ia bisa percaya pada pemuda Huang yang berikrar menjaga adiknya, kini semuanya juga telah hangus manabila gadis manis itu belum bisa ia temukan dimana-mana.
"Jika terjadi sesuatu pada Nina, maka kau harus membayar semuanya Huang Renjun!"
Tepat setelah gumam itu tersirat, kecepatan kereta besi bertambah kian pesat. Anggap saja pemuda Kim sudah hilang akal seperti beberapa waktu sebelumnya, mengebut di ruas lain jalanan ibu kota, tak peduli lengang telah diambil alih oleh beberapa kendaraan pribadi seperti miliknya.
Nalarnya dipenuhi nama sang gadis yang seharusnya bisa ia lindungi, namun kini keberadaannya malah tak bisa ia jumpai. Kemana sebenarnya gadis itu pergi?
Bukannya Taehyung tak mencoba untuk menghubungi Nina, sebab itu sudah ia lakukan lebih dari kali ke lima puluh dua. Tapi tetap saja tak ada jawab darinya, hanya nada sambung yang terdengar, bahkan sebelumnya ponsel gadis itu sempat tak aktif hingga membuat pemuda Kim jadi gentar.
Takut-takut sesuatu yang buruk tengah menimpa sang adik saat ia lengah, bila itu sampai terjadi maka yang patut disalahkan adalah—
"Huang Renjun?"
Taehyung kembali bersuara lirih selepas netranya tak sengaja melirik pada layar kecil di hadapannya, sebuah panggilan masuk beserta nama pemuda yang tengah ia maki-maki dalam angan tertera.
Ia mendecak, mengabaikan panggilan lantas menekan tombol berma* pada layar, memutus sambungan sebab Taehyung memang tak berniat menjawab panggilan. Biar saja pemuda itu bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.
*berma : berwarna seperti darah/merah
Namun berselang empat sekon sebuah panggilan kembali menghiasi layar persegi, membuatnya merasa jengah harus menekan tombol merah itu untuk menolak panggilan yang baginya terlalu mengganggu konsentrasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta √
Fanfictionft. 黄仁俊 ; 황 런쥔 ❝coba jelajahi polanya, yang mengawang antara pelik dan bahagia❞ ❨ fantiction | school life ❩ ps : typo bertebaran, bahasa semi baku, maafkan jika terjadi kesalahan karena semua yang ada di cerita ini hasil pemik...