Dua Irama Duka

114 26 135
                                    

disarankan membaca part sebelumnya jika lupa hehe✌
• jangan berekspetasi terlalu tinggi pada cerita ini📌











Happy Reading♡



















semesta, lekas kirim bahagia pada mereka

.

.

.

.


"Kim Taehyung! TAE?! Ada apa, Hey?!!"

Derap langkah terdengar gusar menghentak di atas marmer sirius cafe di malam yang sama. Kim Taehyung, pemuda berparas tampan itu menghiraukan deru serak sang kawan yang memanggilnya dari sekat dalam. Ditilik dari air muka, tampaknya pemuda Kim tengah dikungkung rasa cemas batinnya.

Dua jam yang lalu, Huang Renjun memintanya untuk pergi menemui Jimin di cafe tersebut. Bilang akan mengantar Nina, dan ia hanya perlu percaya pada si tuan muda.

Kini rasa percayanya telah luruh lantak, bukan semata karena Jimin berkata salah-salah tentang pemuda Huang. Tapi, sebab mata kepalanya sendiri baru saja menangkap entitas seseorang yang sungguh tak ingin ia jumpai lagi. Alih-alih masih duduk berbincang dengan Jimin serta sang adik, ia memilih cepat-cepat undur diri dengan tidak etik.

Debam kuat menguar lepas Taehyung menutup pintu mobil cukup keras, segera menyalakan mesin lantas menginjak pedal gas. Darahnya bedesir, meninggalkan pelataran cafe yang acap disapa ruang mampir.

Napasnya memburu disusul deru mobil yang tak mau dikalahkan. Dua kali dua roda berputar cepat, melintas di bawah langit pekat. Lengang jalanan kota membuat Taehyung semakin menekan laju kendaraan besinya.

Pikirnya melayang pada sosok gadis yang merangkap sebagai adik kandungnya. 'Apa dia sudah sampai di rumah?', cicit benaknya. Desahan berat mengalun dari indra penciumnya, membuat kecemasan itu dapat di tengok dengan kentara.

Telapak kakinya kian menekan pedal gas tak sabaran. Mengemudi dengan kecepatan penuh seolah kesetanan. Apalagi kini gurat sang adik menguasai pikiran. Barangkali ia lupa bahwa hidup adalah suatu kenikmatan.

Tak sampai menit ke lima belas, mobil legam yang ia kendarai telah memasuki pelataran rumahnya dan terparkir bebas. Kembali mengentakkan langkah, Taehyung mengurai jarak dengan pintu utama rumah.

Membukanya lebar-lebar lantas melintas masuk ke dalam, kiranya dapat menemukan wujud gadis Kim di tiap sekat ruang.

Nihil.

Benaknya berkecamuk, takut-takut si gadis belum juga tiba di rumah padahal malam hampir larut. Tungkainya lekas menapak pada anak tangga, bermaksud menengok bila saja Nina berada di balkon sana.

Lorong balkon meremang, sebab memang hanya ada sedikit pencahayaan. Kamar Taehyung di sisi kiri, sedang kamar Nina berada di sisi kanan, telah ditilik olehnya namun kosong tak ada tanda kehidupan.

"Kak."

Taehyung dibuat terkesiap dengan suara si gadis yang bergema di ujung balkon dekat kamarnya. Langkahnya melebar, menapak tepat di hadapan sang adik dengan pandangnya yang berubah nanar.

Lengannya terangkat, menarik gadis Kim untuk membaur dalam dekap. Tetesan liquid meluruh samar dari netranya, di terpa lentera redup serta gelap cakrawala.

Semesta √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang