Mohon baca notes di bawah ya 😽
~♥~
Na Jaemin melangkahkan tungkainya gontai memasuki ruang kelasnya yang tampak lengang. Sepersekian sekon kemudian, maniknya membulat bersamaan dengan langkahnya yang terhenti di daun pintu ruangan.
Irisnya menangkap sosok gadis yang tengah duduk terlungkup dengan tangan yang terlipat diatas meja, menumpu kepalanya.
Laki-laki Na itu berjalan mendekat, menilik wajah si gadis yang nampak pucat. Jemarinya bergerak menepuk pelan lengan gadis cantik itu.
"Nina." Panggilnya.
Gadis itu perlahan membuka kelopak matanya, mengerjap beberapa kali, memperjelas penglihatannya. Sorot matanya sayu dengan bibir mengering dan suaranya yang terdengar redam.
Laki-laki Na itu menempelkan punggung tangannya pada dahi Nina yang sedikit berkeringat. "Astaga kau demam! Ayo aku antar ke UKS," pekiknya.
Mata Nina kembali mengerjap sebelum kepalanya menggeleng dengan samar. Melihat itu Jaemin mendengus, menggaruk surai kemerahannya hingga sedikit berantakan. Ia menoleh kesana sini, tak ada siapa pun dikelas kecuali Nina dan dia sendiri.
Tentu saja. Mana mungkin ada siswa yang berkeliaran saat jam makan siang. Mereka semua pasti tengah mengantri untuk mengambil lauk pauk serta menyantapnya di kantin.
Jaemin menghela napas dalam, sesungguhnya ia sangat paham bahwa Nina pastilah enggan untuk merepotkan. Padahal bila saja tadi langkah Jaemin tidak berbelok ke kelas, maka bisa jadi Nina akan di temukan dalam keadaan pingsan.
Jaemin menggigit ujung kukunya ragu-ragu, lekas memutar otak untuk membujuk Nina agar bersedia ia bawa ke UKS.
Ia mendekatkan kepalanya pada Nina, "Nin, kau harus minum obat dan istirahat. Ayo ke UKS, biar aku bantu." Tangan Jaemin bergerak memegang kedua bahu gadis itu, hendak membantunya berdiri.
Namun gerakannya terhenti kala menatap Nina mengulas senyum simpul di bibir pucatnya. Gadis itu menatap tepat pada sepasang obsidian milik Jaemin.
Nina menghela napas singkat, "Sudah sangat lama ya, Na." lirihnya.
Jaemin mengerjap, sejurus kemudian tangannya tak lagi berada di bahu Nina. Beralih mengusap tengkuknya dengan canggung.
Bola matanya bergetar bersamaan dengan hatinya yang bergemuruh hebat. Kalimat yang dilontarkan Nina dengan mudah membuatnya berubah pikiran. Jika sebelumnya ia ingin membantu gadis itu dengan tangannya sendiri. Kali ini ia membutuhkan tangan orang lain untuk melakukannya.
Alasannya??
Jaemin bilang, tidak perlu mengatakannya sekarang.
Laki-laki Na itu menatap ke sekeliling lagi, berharap ada seseorang yang lewat dan bisa membantunya untuk membujuk gadis di hadapannya itu.
"Nin, aku tidak tahu kau bicara apa. Tapi, -" Laki-laki itu tercekat, memilih untuk tidak melanjutkan kalimat. Tampaknya ia enggan membahas hal yang tak penting di saat seperti ini.
Na Jaemin mendengus samar sebelum memilih untuk berlalu pergi. Meninggalkan Nina yang masih terlungkup di bangkunya seorang diri.
Laki-laki itu keluar kelas dengan langkah lebar. Sedetik kemudian ia berlari kecil dengan napasnya yang mulai tak beraturan.
"HUANG RENJUN!" Jaemin memekik lantang. Suaranya menggema, memenuhi tiap sudut koridor yang lengang.
Yang terpanggil mengernyit keheranan bersamaan dengan langkahnya yang memelan. "Ada apa?" Tanya Renjun kala Jaemin telah mendaratkan telapak kaki dengan sempurna di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta √
Fanfictionft. 黄仁俊 ; 황 런쥔 ❝coba jelajahi polanya, yang mengawang antara pelik dan bahagia❞ ❨ fantiction | school life ❩ ps : typo bertebaran, bahasa semi baku, maafkan jika terjadi kesalahan karena semua yang ada di cerita ini hasil pemik...