Hoverboard Biru Muda

114 29 160
                                    

• jangan berekspetasi terlalu tinggi pada cerita ini📌

















Happy Reading♡

.

.

.

.

.

Melesat pada rentang ke dua setelah dibuai duka. Gadis Kim kini terduduk di bangkunya, tengah membaca buku yang entah apa. Hari itu tampak seperti biasa, hanya saja ia belum sempat bertegur sapa dengan si 'semesta.'

Derit tungkai kursi yang bergesekan dengan lantai membuat atensinya berpindah pada si pelaku pergerakan. Sosok pemuda bersurai kemerahan tengah melayangkan senyum menawan di dahapan. Agaknya ia mencoba mendekatkan awak meski meja di antara keduanya jadi pemisah.

Si pemuda mulai menilik gurat wajah gadis Kim. Jika dari kejauhan ia tampak biasa, berbeda saat dicerna dari kedekatan posisi mereka. Sorot mata yang tak secerah hari-hari sebelumnya bisa menjadi titik awal ditemukannya rasa cemas juga duka.

'Ada apa?' Batin si pemuda.

"Aku tidak apa-apa, Na. Bisa jangan ganggu aku dulu? Aku sedang ingin konsentrasi membaca."

Pemuda Na tersentak pada pikirnya. Sedikit menjauhkan awak dari posisi sebelumnya. Lantas tangannya tergerak, menempelkan punggung tangan pada kening si gadis yang sebelumnya abai kembali mendongak.

"Kau sakit?"

Kim Nina menggelengkan tempurungnya. Mendorong pelan lengan Jaemin yang mulai menyadari telah membuat gadisnya risih akan perlakuannya.

Usai penolakan tanpa suara itu tertera, pemuda Na akhirnya memilih bungkam saja. Menumpu kepala dengan lengan kanan, memerhati wajah gadis jelita yang menjadi dambaan diam-diam.

Katanya, biar saja. Toh Nina tidak menolak keberadaannya. Gadis itu hanya menyuruh untuk tak mengganggunya, kan?

Namun sayang, berlalunya menit ke enam Jaemin sudah tampak bosan, lengannya sudah terasa pegal menjadi tumpuan kepala bergantian. Nina sendiri seperti belum ingin beralih hamparan.

Memangnya buku apa sih yang dia baca hingga berani menjadikan pemuda tampan sebagai pajangan?

"Nin, masih lama ya?" Jaemin kembali bertanya, tampak mengantuk sepertinya.

Lengang.

Tak ada jawaban apa pun dari gadis Kim yang masih memfokuskan netranya pada jajaran kata dalam pustaka.

Tetiba saja, sebilah tangan dengan berani menutup buku itu tanpa permisi. Pemuda Na yang semula hampir memejamkan mata, kini memaksa membuka kelopaknya. Lekas menjatuhkan tatap pada pelaku yang lancang mengerjai gadisnya.

Berbeda dengan Jaemin yang memiliki refleks cepat, gadis Kim memilih mengangkat kepalanya dengan perlahan. Sekejap langsung disapa oleh sepasang netra teduh pemuda yang tak lain adalah si semesta.

Huang Renjun, menilik gadis Kim dengan sedu kala mendapati netra gadis itu telah basah hingga ke pipi. Sorot matanya menajam, segera ia layangkan pada pemuda Na yang sejak tadi duduk di sisi kanan.

"Kau apakan dia?!" Desisannya diarahkan untuk Jaemin yang tampak mengerutkan dahinya kebingungan.

"A-aku aku tidak tahu apa-apa!" Jaemin membela diri, sebab ia sendiri tidak menyadari sejak kapan si gadis mulai menangis.

Semesta √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang