Teman?

190 61 106
                                    

Happy reading ♡


























~♥~








"Selamat pagi, Tuan", Jimin menyapa dengan senyum sumringah saat Renjun baru saja keluar dari rumah.

Tuan mudanya itu tampak rapi dengan balutan seragam sekolah. Kemeja putih dengan logo yayasan berwarna emas di bagian sakunya, dibalut lagi dengan jas berwarna merah maroon, dipadukan sentuhan dasi yang melingkar di kerahnya  berwarna senada.

Renjun tak menggubris sapaan Jimin. Ia terus saja melangkah melewati pria yang lebih tua darinya itu, lantas memasuki mobil tanpa suara.

Jimin segera menyusul dibelakangnya, duduk di kursi kemudi. Ia melajukan mobil dengan kecepatan normal, seperti biasanya.

"Bisa kau lajukan mobilnya lebih cepat? Aku sedang buru-buru", itu adalah suara pertama Renjun pagi ini.

Tentu saja mendengar suara Renjun itu menjadi kelangkaan tersendiri bagi Jimin. Mengingat Renjun sangat jarang berbicara, sekalinya bicara ia malah mengeluarkan kata-kata yang bukan hanya menusuk telinga, tapi juga menusuk hingga ulu hati.

Jimin meliriknya sekilas, "Ada apa?", tanyanya.

Tampak oleh Jimin raut muka Tuan mudanya itu tengah gusar. Seperti ada yang mengganggu pikirannya, namun Jimin sendiri tak mengerti ada apa.

Jimin menghela napas, lagi dan lagi Renjun tak menggubrisnya. Alih-alih menjawab pertanyaan Jimin, Renjun malah memainkan ponselnya, lantas memasang earphone menutupi telinganya. Sepertinya Jimin memang harus bersabar menghadapi sikap Tuan mudanya yang dingin itu.

"Semalam kau diantar siapa, Ren?" Jimin kembali bertanya walau ia tahu earphone menutupi telinga Renjun dengan sempurna.

"Bukan urusanmu"

Berhasil.

Ya. Jimin berhasil membuat Renjun bersuara. Tapi lihat, bagaimana dinginnya laki-laki itu menjawab tanya yang Jimin lontarkan. Sungguh arogan.

Ingin rasanya Jimin menendang Renjun keluar dari mobil, bila saja ia lupa bahwa laki-laki yang lebih muda darinya itu adalah atasannya. Jimin masih waras tentu saja, ia sadar bahwa ini adalah suka duka pekerjaannya. Tapi kenapa harus Renjun yang ia layani. Kenapa ia harus mendapatkan atasan yang dingin dan arogan seperti Renjun.

Sebenarnya Jimin tahu bahwa Renjun berbohong perihal tugas sekolah. Jimin tahu Renjun tak mengingat jelas jalanan kota, untuk itu Jimin menyusulnya tapi Renjun sudah menghilang dari tempatnya semula.

Semalam Jimin yang membukakan gerbang untuk Renjun. Jimin juga tahu bahwa ada yang mengantar Renjun, tapi ia tak tahu siapa orang baik itu. Siapa orang yang mau mengantar laki-laki arogan seperti Renjun pulang dengan selamat hingga ke rumah. Jimin hanya merasa penasaran.

~

Kim Nina memasuki ruang kelas dengan tergesa, lepas itu ia mengambil napas lega. Sepasang obsidiannya mendapati Mark yang sudah duduk dibangkunya.

'Baguslah, sepertinya yang terjadi kemarin hanya mimpi buruk', begitu pikirnya.

Ia segera melangkah menghampiri Mark dengan paperbag ditangan kanannya. Isinya sudah pasti jaket Mark yang ia pinjam kemarin lusa.

"Mark", panggilnya.

Si empunya nama menolehkan kepala, lantas tersenyum tipis di kursinya.

Semesta √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang