Saingan.

2.6K 341 39
                                    

Jam 14.30 sore.

Minho dan Felix sedari tadi dengan sabar menunggu kedatangan sepupunya yang hanya ingin ditemui Minho saja tidak dengan Felix. Sekadar mengobrol dan melepas rindu karena mereka memang sudah lama tidak bertemu pikir Minho.

Jangan ditanya soal Felix, dia terlampau tidak suka dengan sepupunya itu. Dari dulu diantara mereka sudah tidak pernah berbasa - basi, hanya tersenyum satu sama lain pun tak pernah.

"Lama sekali si anak mamih itu! Mau sampai kapan kita disini Hyung?" Keluh Felix kepada Minho. Mereka sekarang duduk berdampingan di dekat tempat resepsionis.

"Bersabarlah, dia mungkin masih sibuk, kau tahukan seorang CEO pasti selalu sibuk!" Pungkas Minho dengan pandangannya yang masih berkutat dengan benda canggih persegi panjangnya, tak lupa dengan kamera boba yang membuat handphone-nya itu terlihat mewah.

"Jangan lupa jam lima sore kita harus ke bandara! Hyung ingin ketinggalan pesawat huh?" Keluh Felix lagi entah keberapa kalinya.

"Iya, bawel sekali kau!"

"Permisi! Apa kalian saudaranya Lee Jeno sajangnim yang ingin bertemu dengannya hari ini?" Tanya seorang lelaki dengan perawakan tegap dengan jas hitam yang membalut tubuhnya.

"Ah iya, apa kami bisa bertemu sekarang?" Jawab Minho kemudian berdiri dan diikuti Felix.

"Tuan Jeno sedang menunggu kalian berdua diruangannya, mari kuantar!" Ucap sang namja dengan senyum yang menghiasi wajah garang itu.

"Tidak usah! Kami tahu ruangannya,"

Kali ini Felix yang menjawab dengan wajah cueknya dan langsung menarik Minho menuju ruangan yang dituju.

"Yak! Kau tidak diajarkan etika oleh orang tuamu? Jangan berkata seperti itu pada orang yang lebih tua!" Omel Minho.

"Kalau dia lebih muda dariku bagaimana Hyung?"

"Memang kau sekarang berumur berapa tahun? Kau ini lulus kuliah saja belum dan jelas - jelas aku lebih tua darimu!" Kesal Minho sedikit menaikan volume suaranya.

"Kaukan sudah tua Hyung jadi maklum saja!" Gumam Felix yang masih bisa didengar oleh Minho.

"Dasar bocah kurang aja, awas kau!" Gerutu Minho tak terima disebut tua.

Beberapa menit berjalan, mereka sudah didepan ruangan itu dan membuka pintu yang bertuliskan "CEO's room" perlahan.

Netra kelam Minho mendapati seorang lelaki tengah berkutat dengan laptopnya, tak menyadari kedatangan mereka.

"Jeno - ya!" Panggil Minho, tak lama sang empu pun mendongakkan kepalanya.

"Hyung!" Teriak Jeno tak kalah antusias dengan Minho.

Mereka pun berpelukan, melepas rindu karena tak bertemu beberapa tahun ini. Dengan alasan Jeno yang sibuk belajar diluar negeri waktu itu, ditambah sekarang ia harus mengurusi perusahaan ayahnya yang sudah diwariskan untuknya.

Felix memutar bola matanya malas, ia sudah cukup muak dengan muka sok baik Jeno.

"Hai Felix! Kau disini juga?" Sapa Jeno yang dibalas anggukan sekenanya.

"Kau masih membenciku huh?" Goda Jeno.

"Tidak, aku tidak membencimu, hanya kurang suka saja dengan sikap capermu itu!" Jawab Felix dengan nada yang cukup kejam.

Jeno terkekeh geli, ia tidak tahu apa kesalahannya sampai - sampai saudaranya itu sangat benci padanya.

"Tenang saja aku tak akan merebut kekasihmu lagi kali ini!"

Setelah berkata begitu, Jeno melipatkan kedua tangan didepan dada bidangnya.

Felix tersenyum sinis.

"Tak perlu! Aku tak butuh pengakuan palsumu, dan satu lagi aku sudah tak peduli dengan wanita itu!"

"Sudahlah, kalian memang tidak pernah akur! Kau tadi sepertinya sibuk ya?"

Minho mulai mengawali obrolan ringan dengan Jeno.

"Ahh.. iya tadi aku sedang mengurusi pegawai baru yang baru saja diterima,"

Felix melirik Jeno, ia ingat kalau Chaewon memakai baju kemeja khas orang yang melamar pekerjaan. Apakah orang itu Chaewon? Itulah pertanyaan yang pertama kali menghampiri benaknya.

"Siapa? Kenapa selama itu?"

"Aku hanya penasaran saja dengan identitasnya, karena dia cukup berbakat karena memang banyak prestasi yang didapatnya ketika duduk di bangku sekolah dan tak dipungkiri dia sangat cantik!" Pungkas Jeno dengan nada seperti orang kasmaran.






















"Kim Chaewon?"

Minho dan Jeno menghentikan aktivitasnya kemudian menoleh.

"Apa nama pegawai barumu itu Kim Chaewon?" Tanya Felix tiba - tiba.

"Kenapa kau sangat penasaran sekali Felix - ssi?"

Jeno kembali bertanya pada Felix karena lelaki berdarah Australia - Korea itu yang asalnya acuh tak acuh, menjadi sangat ingin tahu soal bahasan mereka.

"Iya, namanya Kim Chaewon! Apa ada masalah?"

Mendengar itu hati Felix entah kenapa merasakan hal aneh, tapi tidak tahu persis dengan apa yang ia rasakan.

Felix menggelengkan kepalanya.

"Tidak! Aku hanya bertanya, lanjutkan saja obrolan tak penting kalian!"



































:::::::::::::

Jam 16.00 sore.

"Hyung, aku masih ingin dikorea, kau pulang sendiri tak apa?"

Minho menghentikan mobilnya dengan tidak etis, ia terkejut mendengar penuturan itu dan segera menoleh kepada Felix.

"Wae?"

"Ani, hanya ingin lebih lama menikmati udara Korea aja"

Minho tak percaya dengan ungkapan Felix, bagaimana bisa seorang Lee Felix yang sangat ingin kembali ke Negera kangguru secepatnya beberapa waktu lalu dan lihatlah sekarang dengan mudahnya dia berkata ingin tinggal karena hanya untuk menikmati udara Korea lebih lama saja.

"Apa yang harus aku katakan pada Appamu?"

"Bilang aja aku masih ada urusan disini!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Gimana guys? Rame gak nih wkwk, hope you all enjoy this story, Dan jangan lupa vomment yaa Annyeong😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘✨✨✨✨

-author.

Young Mother {Chaewon - Felix}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang