__________________
Tidak selamanya cerita bisa ditebak dari
membaca bagian awalnya saja.
Sebab segalanya butuh proses dan yang namanya proses pastinya tidak sebentar.
Kita hanya harus sedikit bersabar dan menikmati tiap bagiannya.-s.e.m
___________________Selamat menikmati tiap bagian dari kisah ini.
•••
Maiwa membereskan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam laci,perutnya sudah memberontak sedari tadi,tiba-tiba tatapan Abi saat menyenderkan kepalanya berseliweran di depan Maiwa.
"Ck..tuh kan." Decak Maiwa sembari memegang kedua pipinya yang memanas.
Hampir 10 tahun Maiwa menyukai Abigail,sahabatnya sejak sekolah dasar hingga sekarang.
Pesona Abigail memang nyata dan tidak bisa dipungkiri,sikap yang cuek level wahid,kulit sawo matang,rambut yang sering acak-acakan,tatapan mata malas dan tajam ditambah bulu mata yang lentik menghiasi mata cokelat mudanya.
Ditambah fakta bahwa Abigail itu kapten basket di sekolah!
Bagaimana Maiwa bisa berpaling?
Meskipun banyak cowok yang bisa dibilang lebih 'perfect' dari Abigail di sekolahnya,entah mengapa Maiwa seolah dibutakan oleh pesona Abigail.
Tetapi,hingga sekarang tidak ada yang tahu perasaan Maiwa kecuali ia dan Tuhan tentunya.
Maiwa memang terkadang cuek kepada Abigail untuk menutupi dan menekan perasaannya agar tidak semakin dalam dan membuatnya berharap lebih.
Tetapi,Abigail tetaplah Abigail yang selalu mengganggu dan menyusahkan Maiwa dan Haina."Mai?"
"Maiwa." Tepukan di bahunya menyadarkan Maiwa dari lamunannya dan memfokuskan pandangannya pada perempuan cantik yang sedang mengerutkan keningnya bingung.
Natasya.
"Eh,Nat.Cari Abi ya?" Tanya Maiwa langsung.
"Hehehe..tau aja,Mai." Natasya terkekeh dengan wajah memerah malu.Maiwa mengukir senyum maklum.
"Abi lagi di kantin,Nat."
"Oh..gitu,yaudah makasih ya,Mai." Ucap Natasya kemudian berlalu pergi meninggalkan Maiwa sendirian berjalan di koridor.
Natasya cantik banget,lucu,baik lagi.
Pantas Abi suka.
•••
Di kantin Maiwa dan teman-temannya yang mayoritas cowok sedang duduk melingkari meja menyantap Bakso Mas Aji sambil sesekali bersenda gurau.
"Udah mangkok keberapa tuh,Lu?" tanya Faiz menepuk pelan punggung Galu.
Galu yang sementara melahap bakso di mulutnya hanya mengangkat 3 jarinya,sontak Faiz berdecak kagum semakin menepuk-nepuk punggung Galu bangga.
"Tiati ntar gak bisa napas,hayoloh." Kata Haina menakut-nakuti Galu.
"Tenang aja,Na.Selain lambung,paru-paru Galu juga karet kok.Gimana,Lu?"
Galu mengelap keringat yang menetes sedari tadi kemudian menaikkan kedua alisnya sekilas pertanda jawaban tanpa menoleh ke arah Faiz sedikit pun.
"Itu di meja sebelah pacaran mulu kerjaannya." Gerutu Haerul santai tanpa menatap meja yang di maksud sambil terus memasukkan potongan bakso ke mulutnya.
Sontak semua mata tertuju ke meja sebelah dan memperhatikan Natasya yang sibuk mengelap keringat Abigail yang berjatuhan akibat nikmatnya kuah bakso yang pedas dan panas menggunakan tisu.
"Lain kali jangan kebanyakan sambel nanti perut kamu sakit terus gak bisa main basket lagi." Omel Natasya
"Susah,Nat.Abi tuh sebelum jatuh cinta sama lu,dia udah cinta mati sama sambel." Celetuk Faiz asal.
"Kalau kamu gak mau dengerin aku jangan bicara sama aku lagi!" ucap Natasya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain tidak mau menatap Abi.
"Iya nanti Aku coba ya..udah dong ngambeknya ntar makin cantik loh." Goda Abi halus melontarkan gombalan mautnya sembari menoel pipi Natasya.
Natasya tidak bisa menahan ngambeknya lebih lama lagi dan seketika menarik senyuman hingga kedua lesung pipinya nampak.
Masya Allah,manis banget.
Batin Maiwa kagum.Tidak hanya Maiwa,Haerul pun diam-diam mengagumi Natasya sejak lama dan muak melihat kedekatan Abi dan Natasya.
"Dasar gombal!" geram Haerul pelan hampir berbisik dan hanya dapat didengar oleh Maiwa yang duduk tepat di sampingnya.
Refleks Maiwa berbalik dan menatap raut wajah hingga telinga Haerul yang memerah jengkel terbakar api cemburu.
Ada satu hal yang tidak Maiwa mengerti.
Mengapa ia tidak pernah merasakan apa yang dirasakan Haerul ketika melihat kedekatan Abi dan Natasya?
•••
3 hari lagi menuju Bulan Ramadan
Maiwa sedang menulis goals nya ketika Ramadan nanti hingga tiba-tiba terdengar bunyi pertanda pesan masuk dari ponselnya.
Maiwa mengalihkan tatapannya sejenak ke ponselnya.
(zainhaiyyan) mengirim pesan
Maiwa mengerutkan keningnya membaca nama si pengirim.
Zain Haiyyan?
Zain
Zain Hay—
Oh My God!
Ini gak mungkin Zain teman sekolah dasarku dulu kan?
•••
Sebelum menilai,bagaimana kalau lanjut baca dulu?
-s.e.m
KAMU SEDANG MEMBACA
Humaira!
SpiritualDia yang terbakar lebih dulu sebelum api menyentuh kulitnya. Dia yang tenggelam lebih dulu sebelum Air melakukan perannya. Dia yang rumit serta menakjubkan. Dia yang tidak mampu berdamai dengan segala keputusan-Nya. Humaira yang bodoh sekaligus pere...