Syawal

9 3 0
                                    

Roti canai dan Kari ayam.

Menu lebaran super mewah yang tersaji itu hanya ditatap kosong oleh Maiwa.

Zakiyah yang hendak mengambil roti canai keduanya terhenti ketika melihat makanan Maiwa yang belum tersentuh.Ia menghela napas berat.

"Gak dimakan,Mai? Aku ambil,nih?"

"Hm,serah." Maiwa menyahut cuek meneguk teh manisnya yang mulai mendingin.

"Yaudah." Zakiyah mengedikkan bahu cuek dan mulai menyantap makanan Maiwa.
Maiwa hanya menatap jengah sepupunya yang makin gak ada akhlak.

"Gauswah dupikir—"

"Makan dulu yang bener." Potong Maiwa langsung sebelum Zakiyah tersedak.

Zakiyah menunjukkan cengiran konyolnya dan menyelesaikan makannya dengan cepat kemudian meminum teh manisnya hingga tandas.

Ia bersendawa pelan,"Alhamdulillah,mantap abiz."

Melihat itu Maiwa sudah cukup kenyang.

"Gak usah dipikirin,Mai."

"Pikirin apa?"

"Mikirin siapa yah?"

Maiwa memutar bola matanya malas kemudian mencomot kue kering buatan mamanya.

"Kalau ada orang yang mau pergi kita harus ngucapin apa?"

"Fii Amanillah." Jawab Zakiyah cuek menonton film kartun yang sedang tayang.

"Terus balasannya apa?"

"Ma'assalamah."

"Okesip."

Maiwa segera beranjak terburu-buru meninggalkan Zakiyah yang menatapnya penuh tanya kemudian kembali ke 'mode cuek' nya.

Maiwa terburu-buru menelpon seseorang yang membuat pikirannya kalut sejak bangun tidur.

Terdengar Nada sambung yang cukup lama sebelum terdengar salam dari seberang sana.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam,Zain."

"Kenapa,Mai?"

"Eh...um...Kamu udah berangkat?"

"Belum.Ini baru selesai packing,lima menit lagi berangkat."

"Oh..iya."

"Kenapa? Udah rindu?"

"Ish!"

"Heheheh...Canda,Mai."

"Um...Fii Amanillah?"

"Harusnya saya yang bilang begitu,Mai."

"Eh?"

"Fii Amanillah,Humaira."

Hening.

"Mai? Kok gak dijawab?"

"Ma-ma'assalamah.."

"Kaku banget kek kanebo kering." Kekehan di seberang sana makin membuat Maiwa salah tingkah.

"Kenapa kamu yang bilang 'Fii Amanillah'? Katanya sepupu aku,
harusnya aku yang bilang seperti itu."

"Kamu tau artinya?"

Mampus.Malu-maluin lagi.

"Coba tanya sepupu kamu arti kalimat itu.Aku berangkat dulu ya? Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Tut....tut....tut.

Maiwa segera menepuk pelan pipi Zakiyah yang tertidur dengan posisi santuynya di depan tv.

"Zaki.."

"Mm..." Zakiyah menggaruk pipinya pelan dan menatap Maiwa dengan mata sayunya.

"Arti 'Fii Amanillah' apaan?"

"Semoga dalam lindungan Allah."

Maiwa mengerutkan kening,masih tidak mengerti dengan letak kesalahan kalimatnya kepada Zain hingga dering telepon memecah lamunannya.

Eh?

Zain menelponnya.

Apa sudah sampai?

"Kamu udah sampai?"

"Belum.
Pesawatnya baru mau take off."

Eh?Pesawat?
Kenapa harus pakai pesawat?
Memangnya pesantren Zain dimana?

Pikiran Maiwa bergejolak.
Belum tuntas dengan 'Fii Amanillah' sekarang Zain menambah kebingungannya lagi.

"Udah tau artinya?"

"Hm.Kenapa harus kamu yang bilang?"

"Karena saya akan pergi dalam waktu yang tidak sebentar."

"Lalu,korelasinya?"

"Tidak ada yang bisa melindungimu sebaik Allah."

•••

Humaira!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang