The Goodbye

12 0 0
                                    

Aku hanya ingin mengantar  Zain sebab ia akan mengabdi di pesantrennya selama kurang lebih 2 tahun.

Seiqa bilang kalau tindakanku terlalu alay dan berlebihan sampai harus ikut mengantarnya begini padahal yang diantar tidak tahu-menahu.

Padahal Aku hanya ingin melihat Zain lebih lama,memerhatikannya tanpa diketahui olehnya.

Memangnya apa salahnya?

Sekarang,Aku hanya berputar-putar tidak jelas di bandara ini seperti orang kurang kerjaan di negeri orang.

"Mai?"

Aku hanya terdiam mematung tanpa berniat untuk berbalik dan melihat dengan jelas orang yang membuat moodku seperti Roller Coaster.

"Aku memerhatikanmu sejak tadi,Mai.Aku tahu itu Kamu.Tidak sulit menemukan orang sepertimu di lautan manusia,Mai."

H-hah?
A-apa dia pria berjaket biru navy yang memerhatikanku sejak tadi?
Aku mencengkeram Latte dengan gugup menunggu kelanjutan kalimatnya lagi tanpa harus berbalik menatap kedua bola matanya yang mengingatkanku tentang hutan belantara yang hijau dan menyesatkan.

"Apa Firasatku benar kalau kamu sampai melintasi pulau demi mengantarku?"

iya...

"Hahahah...Kamu...Tidak sepenting itu,Za."

Nyatanya Aku tersiksa karena menahan diri untuk tidak menyandarkan kepalaku di dada bidang itu,

Dia mengenakan setelan kemeja putih dipadukan dengan jeans longgar.....Aku menghela napas lega,ternyata dia bukan pria berjaket navy itu.

Lalu siapa pria berjaket navy yang juga terus menatapku saat di bandara?

Ah nanti saja kupikir.

Zain mengangkat alisnya menggoda,"Lalu ada urusan apa Kamu kesini?"

"It's not your business."

"Of course my business,Saya tidak melihat siapapun bersamamu sejak di bandara kecuali pria berjaket navy itu yang entah mengapa terlihat membuntuti mu sejak di bandara dan sialnya itu membuat saya khawatir."

Zain berbicara tanpa sempat mengambil napas dan masih terus melirik pria berjaket navy yang baru kusadari hanya berjarak 10 meter dari kami dan tampaknya sedang menunggu namanya dipanggil oleh barista.

"Maiwa......"

Aku menatap Zain lekat-lekat,Dia tidak pernah memanggilku Maiwa kecuali sedang serius atau marah? entahlah saat ini tatapannya menyiratkan seperti itu.

"Saya..sangat berterima kasih atas keberanianmu datang kesini sendiri yang entah mengapa intuisiku mengatakan kamu datang untuk Saya......"

Zain menarik napas sejenak,memikirkan kalimat-kalimat yang pas untuk dikatakan dan selalu membuatku di ambang keraguan tentang perasaannya dan perasaanku sendiri.

"Saat ini,Saya merasa penting buat Kamu dan yah begitupun Kamu.....Kamu penting,Mai."

Aku hanya terdiam menanggapi dan tak lagi berani menatap matanya,Ia menghela napas terus-menerus seolah telah melakukan sesuatu yang melelahkan.
Berbicara denganku memang melelahkan saat ini.
Sifat keras kepalaku selalu muncul di saat yang tidak tepat.Saat ini Aku benar-benar tidak ingin mendengar ceramah apapun darinya.
Aku hanya ingin melihatnya yang terakhir kali.

Ya.Terakhir kali.

Setelah ini Aku akan pulang dan melupakannya.

Mematikan perasaan yang begitu kusyukuri adanya.

Ini bukan kali pertama Aku merasakan perasaan seperti itu,tapi ini kali pertama Aku merasakannya dengan orang yang meruntuhkan logikaku,yang membuatku lelah memikirkan apa jadinya diriku bila tidak bersamanya kelak?

Untuk kesekian kalinya Aku harus selelah ini menyingkirkan perasaanku sendiri demi cita-cita.

Egois,ya?

Rasanya seperti Aku tidak memikirkan perasaan Zain,setelah dulu telah begitu egois mengabaikan telponnya dan sekarang akan mengabaikannya di saat-saat ia membutuhkanku untuk menjadi pendengar setianya selama 2 tahun.

Tetapi,lagi-lagi.... Cita-cita atau Cinta?

Bahkan tatapan sendu pria yang lebih tinggi dari ku,yang rela melangkahi peraturan demi diriku,yang bahkan membuatku bersyukur Tuhan telah begitu baiknya memberinya kesempatan untuk hidup di dunia dan dipertemukan denganku tak juga membuatku memilih dan memperjuangkan 'Cinta' itu.

Aku Maiwa Humaira dan Aku sadar Aku masih terlalu mencintai diriku sendiri.

"Aku harus pergi,Zain.Ada banyak hal yang harus kulakukan disini.Terima kasih telah membuatku merasa sepenting itu....."

Zain hanya diam mendengarkanku,posisi kami masih tidak berubah sedari tadi,berdiri dengan canggungnya di tengah-tengah bangku kosong untuk para pelanggan coffeeshop.

Pemberitahuan Bandara seakan memanggilku untuk pulang meninggalkan Zain dan perasaanku disini.

Sampai di rumah nanti ingatan tentang Zain akan berada pada negative memory di otakku dan pada akhirnya akan kulupakan begitu saja.

"Terima kasih banyak,Zain.Fii Amanillah..."

Aku berjalan melewatinya yang masih berdiri menatap lantai yang mungkin saja lebih baik dibandingkan menatapku.

Aku terus berjalan masuk ke dalam bandara,melakukan serangkaian pemeriksaan sebelum menjejalkan pantatku di kursi nyaman pesawat yang tetap saja tidak nyaman dengan pria berjaket biru navy yang sama disampingku.

Aku benar-benar tidak peduli,jika dia ingin menghipnotis dan mengambil semua isi koperku.

Ambil saja,barangkali beberapa buku yang kubawa bisa berkontribusi membuka jalan pikirannya agar lebih baik.

Tepat saat pesawat take off dan berada beberapa meter diatas permukaan bumi,Aku mengalihkan pikiranku dengan menatap pemandangan indah di bawah sana hingga gelombang air laut datang menyapu rata pulau terbesar di indonesia itu dalam sekejap.

Teriakan frustasi penumpang pesawat menyaksikan itu semakin membuatku menyadari bahwa ini bukan bunga tidurku.

Apakah Zain benar-benar sebaik itu hingga Engkau tidak membiarkannya merasakan sakitnya kesepian? hingga Engkau benar-benar mengambilnya dan menghilangkannya dari hidupku tepat di depan mataku?

Mengapa Kau tidak mengambilku juga agar tidak perlu menyaksikan ini semua dan kenangan terakhir yang aku lihat hanyalah air laut yang biru?
Bukan dengan duduk tenang disini seolah-olah tidak menyadari bahwa sedang ada acara pencabutan nyawa dibawah sana.

Apakah Engkau masih ingin menyiksaku lebih dari ini hingga membuatku hidup lebih lama dengan mimpi buruk menyaksikan mayat mengambang di bawahku setiap hari?



•••

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Humaira!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang