Boarding pass kuremas saking gugupnya memikirkan kemungkinan-kemungkinan kami berada di satu tempat yang sama.
Pesawat,dengan tujuan yang sama.Bagaimana kalau ia melihatku?
Bagaimana kalau ia menyapa?
Apa yang akan kukatakan ketika melihatnya
Bagaimana kalau tanpa sengaja ia......duduk disebelahku di pesawat nanti?Ah,Aku benar-benar gugup.
Seorang Pria berjaket navy mengawasi ku yang sedang memilin-milin ujung selendangku,entah atas dasar apa aku memakai selendang kali ini.Aku beralih mengorek-ngorek stiker huruf 'M' yang menempel di koper coklat yang senada dengan sepatu kulitku.
Aku nyaris melempar koperku ketika mendengar pemberitahuan bandara yang menyuruh untuk bersiap-siap,sembari terus meminta maaf kepada orang yang terlelap di sebelahku karena sudah mengagetkannya dengan suara bantingan koperku.
Ini kali kedua Aku bepergian keluar kota sendiri,bagaimana dengan izinku?
Belakangan kita urus ya..hehehe.Langkahku mulai menyusuri kabin-kabin pesawat setelah mengurus koperku.
Jujur,Aku takut.
Sangat takut!
Mungkin bagi kalian ini hal biasa tetapi bagiku tidak,sebab aku keluar kota sendiri dan ....belum izin.
Jangan dicontoh ya? Hehe gak baik.Aku mulai duduk di kursiku harap-harap cemas tidak duduk bersebelahan dengan Zain.
Meskipun yah peluangnya memang kecil untuk duduk bersebelahan dari sekian banyak kursi di pesawat ini.
Selang beberapa menit,hamparan rumah penduduk yang terlihat dari bawah mulai berganti dengan gumpalan awan putih bagai sekumpulan kapas,beruntung sekali seat ku dekat dengan jendela jadi aku tidak perlu repot-repot memerdulikan kiri kananku demi menghalau kebosanan selama di pesawat.
Pramugari menawarkan Pastry Tuna hangat yang tentu saja membuat cacing di perutku meronta-ronta.
Pria di sampingku memilih Pastry keju,Aku tidak sadar ternyata ia pria berjaket navy yang di bandara tadi.
Dia tidak terlihat mencurigakan selain masker yang terus ia pakai dan headset yang bertengger manis di telinganya serta mata yang terus tertuju ke arahku,tepatnya ke selendangku.
Apa mungkin aku yang aneh? Ah sudahlah.
Aku mengecek pesan yang terakhir Zain yang menanggapi pertanyaan randomku tentang bagaimana jika kita terlahir sebagai kucing.
Setibanya di bandara tujuan,Aku langsung berlari sembari mendorong koper yang isinya hanyalah beberapa potong pakaian dan buku yang mungkin bisa mengatasi bosan di pesawat,Aku tidak merencanakan apapun bahkan penginapan ketika sampai disini sebab aku memang akan berangkat lagi sebentar.
Aku hanya ingin mengantar Zain sebab ia akan mengabdi di pesantrennya selama kurang lebih 2 tahun.
Seiqa bilang kalau tindakanku terlalu alay dan berlebihan sampai harus ikut mengantarnya begini padahal yang diantar tidak tahu-menahu.
Aku hanya ingin melihat Zain lebih lama,memerhatikannya tanpa diketahui olehnya.
Memangnya apa salahnya?
Sekarang,Aku hanya berputar-putar tidak jelas di bandara ini seperti orang kurang kerjaan di negeri orang.
"Mai?"
•••
Holla,My dear readers,
First of all,Saya mau berterima kasih atas doa dan dukungan kalian,Alhamdulillah Saya lulus SBMPTN 🥺 dan saat ini saya sedang sibuk-sibuknya kuliah,yah.... kalian tahu lah ya,mahasiswa baru.
Maka dari itu saya neminta maaf sebesar-besarnya sudah menangguhkan part kisah ini.
Rencananya saya bakal update sedikit-sedikit tapi sering,saya akan mengusahakan seminggu 2-3 kali update:).
Saya janji akan menyelesaikan kisah ini:)Tetap semangat dan jangan berhenti membaca ya?
With Love,
s.e.m
KAMU SEDANG MEMBACA
Humaira!
SpiritualDia yang terbakar lebih dulu sebelum api menyentuh kulitnya. Dia yang tenggelam lebih dulu sebelum Air melakukan perannya. Dia yang rumit serta menakjubkan. Dia yang tidak mampu berdamai dengan segala keputusan-Nya. Humaira yang bodoh sekaligus pere...