Ridiculous

37 8 0
                                    

Zain Hayyan?

Zain..

Zain Ha-...

Oh My God!

Ini gak mungkin Zain yang itu kan?

Maiwa sigap membuka pesan itu.

Zain Hayyan : Maiwa itu begini ميوا

Seketika ia malu setengah mati.Zain mengeritik penulisan namanya dengan huruf hijaiah atau abjad Arab yang ia pasang di username account salah satu media sosialnya.

"Gini nih jadinya kalau sok-sok-an pake huruf Arab pasti udah banyak yang liat!"

Maiwa menepuk jidatnya malu kemudian membenamkan dirinya di selimut.

Oke Maiwa harus stay cool,bangun dan balas pesannya!
Suara pikiran Maiwa menyugesti.

Ok.Terima kasih,Ustadz.

Zain Hayyan : Amin.

Libur,ya?

Zain Hayyan : Yes

Oh.Okay.

"Kok awkward,ya?" celetuk Maiwa berbicara sendiri.Ia memutar ingatannya tentang Zain,sebenarnya Maiwa ini remedial kalau mengingat sesuatu.

Zain Hayyan.
Teman Sekolah Dasarnya.
Juara satu mengejek orang.
Tukang rusuh.

Hmm....

Ketua Kelas paling absurd.
Kurus banget like sapu lidi.
Lumayan Pintar (?)
Tatapannya lucu dengan mata yang besar,kulitnya kuning langsat.

Hmm..

Banyak teman-teman Maiwa yang diam-diam mengaguminya,ia selalu pakai topi anywhere anytime.

Gotcha!

Kabar terakhir yang  didengarnya,Zain melanjutkan sekolah nya di pesantren di daerah yang sama dengan Maiwa.

Ting!

Zain Hayyan : Apa kabar,Mai?

Alhamdulillah,
kamu dimana sekarang?

Zain Hayyan : Rumah,kenapa?

Tersadar akan kebodohan yang kesekian kalinya Maiwa menepuk-nepuk pundak kirinya sembari berbicara sendiri,
"Aduh,Maiwa..Maiwa bertanya saja tidak lulus."

Maksudku,
kamu sekolah dimana sekarang?

Zain Hayyan : Pesantren.

Masih di pesantren rupanya.

Pesantren.Tempat paling mengagumkan bagi Maiwa,ketika mengetahui bahwa ada orang terdekatnya yang melanjutkan pendidikannya di sekolah yang terkenal akan kedisiplinannya itu,ia langsung mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.

Mayoritas sepupunya juga bersekolah di pesantren dan ada beragam cerita menarik dari mereka ketika pulang dari pesantren.

Bahkan,ia seringkali datang menginap di pesantren sepupunya ketika masa liburan tiba,kawan asrama sepupunya hanya menatapnya dengan pandangan 'Manusia macam apa nih yang liburan ke pesantren?'.

Sepupunya hanya menggelengkan kepala setiap melihatnya datang dengan tas besar dan cengiran lebar depan pintu asramanya.

Tatapan intens yang sarat akan keingintahuan dari kawan asrama sepupunya tak membuatnya malu sedikitpun.

Humaira!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang