Insecurity

14 2 0
                                    

"Mai,bisa minta tolong?"

Aku menandai halaman novel yang kubaca lalu memfokuskan pendengaranku.Entah apa yang Zain ingin Aku lakukan kali ini.

"Minta tolong apa?"

"Mm..Cek intogramnya Khayana?"

Sejenak perasaan aneh itu muncul lagi,akhir-akhir ini Khayana sering menjadi topik perbincangan Kami.

Tepatnya hanya Aku yang mengangkat topik itu dan Zain selalu terdengar enggan tetapi juga ingin tahu.Pretty weird.

Permintaannya kali ini semakin mempertegas perasaannya terhadap 'mantan kesayangannya' itu.

Aku membuka aplikasi Intogram mulai scrolling postingan Khayana.

Great!

Zain membuatku merasa seperti stalker handal sekarang.

"Dia lagi di luar negeri,sepertinya di...Singapore? bersama teman-temannya.Terakhir aktif 2 menit yang lalu..Eh! ada unggahan baru di intostory-nya!"

Zain tidak merespon dan fokus mendengar,sekepo itukah?

Aku segera membuka unggahan terbaru Khayana dan nyaris menyesal.
Apa waktu bisa diputar kembali?

"Kenapa,Humaira?"
Tanyanya setelah terdiam lama.

"Kamu masih sering chat Dia,ya?"

Aku merasakan debaran jantungku seiring menunggu jawaban Zain.

Masalahnya,Dia bukan siapa-siapa dan Kami bukan apa-apa.
Solusinya......nanti saja kupikirkan.

"Tidak."

"Unggahan terbaru Khayana itu screenshoots pesan mu yang bisa dibilang.....spam."

"HAH?!"

Refleks tanganku mengecilkan volume sebelum Zain menghancurkan speaker ponsel kesayanganku.

"Pasti ada yang bajak akun Saya!"

Semoga ya semoga...

"Um...Apa Dia terganggu,Mai?"

Hening.
Ada yang jatuh tapi bukan daun.

"Menurutku,terganggu sekaligus menyukai itu.Seharusnya kalian baikan saja."

Baikan ya bukan balikan.Plis.
Setidaknya Aku sudah memberi saran yang cukup bermutu  sebagai 'teman curhat' yang baik.

Tiba-tiba saja atmosfir kamarku menjadi semakin panas.

"NO!"

"Santai aja kali!"

"Dia yang mulai duluan! Untuk apa coba hal seperti itu harus di unggah...bla..bla..bla...."

Aku mengecilkan volumenya,Zain tidak berhenti nyerocos.
Mulutnya Zain tuh lebih parah dari ciwi-ciwi yang sedang bergosip ria.

"Gausah sok jengkel gitu,bilang aja kalau Kamu senang."

"Senang kenapa lagi,Mai?Kenapa?"

Cih.

"Yaa...Senang aja,because perjuangan kamu menarik perhatiannya gak sia-sia."

Aku mencomot asal buku di rak dan fokus membaca,malas menanggapi celotehan Zain tentang Khayana,Khayana dan Khayana.

Entah itu kegiatan,perilaku sampai model pakaian yang Khayana kenakan pun dibahasnya dan berujung mengatakan 'Ah sudahlah masa lalu gajelas!'.
Heh?
Gajelas darimana,Bang?
Itu aja udah dikupas tuntas macam acara Silet.

"Mai? Kamu masih disana kan?"

"Masih napas kok ini,Alhamdulillah."

Aku merubah posisi dudukku menjadi lebih nyaman untuk menetralisir detak jantung serta mengusir perasaan-perasaan tidak nyaman yang hinggap di relung hatiku.

Ceilah bisa aja kamu,Mai.
Aku cekikikan sendiri.

"Mai!!!"

Panggilan Zain menyentakku ke alam sadar.

Inhale....
Exhale...

"Iya kenapa?" Sahutku kalem bak putri keraton.

"Cemburu,ya?"

"Mimpi!"

Kata Dilan,cemburu hanya untuk orang-orang yang tidak percaya diri.
Aku akui itu tidak salah tetapi juga tidak sepenuhnya benar.

Untuk orang dengan kepedean kelas kakap sepertiku,cemburu itu tidak berlaku.Akan tetapi,jika dibandingkan dengan Khayana yaa....Aku memang tidak semenarik itu.

Siapa sih yang gak tertarik dengan wajah bak Barbie lokal ditambah setelan modis tiap saat?

Jangan lupakan fakta bahwa Khayana juga model berbagai barang branded dan pastinya menghasilkan pundi-pundi cuan alias duit di saat remaja seumurannya masih berkutat dengan berbagai macam rumus serta praktikum yang tidak ada habisnya.

Wajar saja kan Zain gagal move on?

Kamu Insecure parah,Mai.
Iya,tahu kok.Sudah lama.
Insecure,sampai-sampai tidak ingin menampakkan apapun di sosial media.

Berbeda halnya dengan orang-orang seperti Khayana,yang harus mengais rupiah dengan menampakkan kelebihannya.

Dulu kami bersahabat dan harus berpisah saat ia pindah ke negeri asalnya.
Aku mengenalnya dengan baik dan menjadi model seperti sekarang ini bukan keinginannya sedari dulu.
Entah apa yang terjadi di balik senyum cantiknya yang terpampang di mana-mana.

Tidak selamanya yang terlihat baik itu baik.Tidak ada orang yang menampakkan keburukannya di sosial media sekalipun dunianya sedang hancur.

Ini mungkin terdengar aneh,tapi Aku benar-benar bersyukur sebagai pengidap insecure akut.

Ditampakkan atau tidak,
tidak menghalangi bahagia itu sendiri kan?

Lagipula menjaga perasaan orang lain yang tidak seberuntung kita juga tak kalah penting.

Tentang lovers maupun haters
Itu pasti ada,sudah hukum alam.

Sosial Media memang se-toxic itu bagi mereka yang hanya melihat dari satu sudut pandang saja.

•••

Hi,my dearest readers.
Jangan bosan menunggu ya,meskipun gak ditunggu-tunggu amat sih.
Akhir-akhir ini lagi sibuk banget udah kek presiden.
Memperjuangkan masa depan yang cerah.Ehe.

-s.e.m

Humaira!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang