"MAIWA!"Fatma sejak tadi berteriak mengetuk pintu kamar salah satu anak perempuannya yang super kebo.
Si pemilik kamar yang masih asik menenggelamkan diri di kasur serta selimut ternyaman sedunianya hanya melirik pintu sejenak berusaha 'mengumpulkan nyawa' yang entah dimana.
"MANDI MAI! SHOLAT IEDNYA UDAH MAU MULAI INI! YA ALLAH!" Fatma mulai menggedor pintu ngegas.
Aratu yang sedang mengeringkan rambut hanya berdiri di pintu kamarnya menatap mamanya lelah.
"Udah,Ma.Maiwa pasti udah bangun kok cuman belum sadar aja,mama siap-siap aja nanti keburu telat." Saran Aratu.
Fatma menghela napas panjang menatap pintu kamar Maiwa sekali lagi kemudian beranjak dari sana.
Aratu mulai memakai baju terusan putih yang telah disiapkan mamanya di atas tempat tidur sepasang dengan pashmina berwarna senada.
"GILA!GILA!"
Teriakan sinting itu berasal dari kamar di sebelahnya dan tak lama kemudian keluarlah makhluk dengan rambut acak-acakan berlari kesetanan ke kamarnya.
"BAJU GUE....BAJU GUE MANA,RA?!YA AMPUN BELOM DISETRIKA!"
Maiwa histeris mengacak-acak tempat tidur Aratu dan menemukan baju yang kembar dengan yang Aratu kenakan tetapi masih kusut dengan bekas lipatan dimana-mana.
Aratu hanya menatap pantulan Maiwa sekilas di cermin kemudian melanjutkan kegiatannya yang lumayan sulit;memakai pashmina.
Merasa tidak ada suara terdengar Aratu kembali melirik pantulan Maiwa di cerminnya.
Maiwa masih berdiri meratapi bajunya."ASTAGFIRULLAH,MAI!" Teriak Aratu hingga Pou,kucingnya terbangun kaget.
Aratu menatap Maiwa jengah,yang ditatap pun hanya menoleh memasang wajah bodohnya.
Ya Allah sabarkan hamba di hari nan suci ini..
"Mandi Mai terus tolongin GUE PAKE PASHMINA!"
Aratu sekuat tenaga merendahkan suaranya meskipun di akhir kalimat ngegas dan tanpa sadar memakai kata 'Gue'.'Yang digas'pun kemudian tersadar akan sesuatu dan hanya berjalan santai ke kamar mandi dan tidak menghiraukan bola mata Aratu yang seakan mau keluar dari tempatnya akibat emosi memelototi kelakuan kakak sintingnya satu itu.
•••
Matahari mulai meninggi.
Takbir masih terdengar semangat meskipun sholat Ied telah usai sejak lima belas menit yang lalu dengan serangkaian kegiatan lainnya.
Masjid masih dipenuhi orang yang bersalam-salaman saling mendoakan,saling menebar senyum dan ada juga yang berfoto ria.
"Fotoin dong,Ra.Mumpung Mataharinya bagus nih."
Aratu memutar bola matanya malas kemudain mengambil ponsel yang disodorkan Maiwa. Maiwa segera berpose ala model majalah BOBO.Cekrek.
"Yang ikhlas dong,Ra." Keluh Maiwa menatap wajah Aratu yang datar.
"DIEM!"
"Anak-anak,ayo pulang.Foto-fotonya nanti di rumah aja,Granny udah nungguin kalian." Panggil Fatma berjalan setelah selesai bersalam-salaman.
Aratu bersorak ria kemudian mengembalikan ponsel Maiwa yang telah berisi ratusan foto selfie,satu badan,setengah badan maupun tanpa badan.
Maiwa menyembunyikan kesedihannya sedari beberapa hari yang lalu dengan ikut berfoto ria.
Ia menatap seluruh jamaah masjid yang masih tinggal bercengkerama dan tak henti tersenyum bahagia sedari tadi hingga salah seorang wanita setengah baya menoleh kepadanya dan melemparkan senyum yang langsung dibalas senyum oleh Maiwa.
"Taqabbalallahu minna wa minkum,Humaira."
Suara Zain yang terdengar amat ceria yang berasal dari ponselnya tadi pagi sukses menyadarkan Maiwa bahwa hari ini telah memasuki 1 Syawal.
Sontak seluruh kesedihan berkumpul menyesakkan dadanya.
Kepergian tidak pernah terasa biasa saja bagi apa yang ditinggalkannya.Bagaimana bisa orang-orang terlihat bahagia ketika bulan mulia itu telah pergi?
Ramadannya telah pergi.
Ia pergi tanpa pernah memberitahu apakah akan dipertemukan lagi atau tidak di tahun berikutnya.Selayaknya Ramadan,kepergian Zain lima hari lagi akan menjadi salah satu hal menyesakkan tahun ini bagi Maiwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Humaira!
SpiritualDia yang terbakar lebih dulu sebelum api menyentuh kulitnya. Dia yang tenggelam lebih dulu sebelum Air melakukan perannya. Dia yang rumit serta menakjubkan. Dia yang tidak mampu berdamai dengan segala keputusan-Nya. Humaira yang bodoh sekaligus pere...