"Barra!"Seseorang yang tengah fokus membaca jurnalnya menoleh ke arah lelaki berhoodie oranye yang tengah berlari kecil menghampirinya.
Sam.
"Huh...Here you are!"
Sam mengatur napasnya kemudian ikut duduk di samping Barra.Setelah merasa tenang,Sam menatap kesana kemari mencari sesuatu.
Melihat gelagat aneh orang disampingnya Barra mengangkat alisnya heran.Bukankah tadi Sam mencarinya?
"What're you looking for?"
"Your Asian girl." Jawab Sam tanpa menatapnya.
Barra memutar bola matanya malas.
"She is not my Asian girl.""Huh?" Sam menyahut tak percaya, "Is she okay? I saw her two days ago at the pharmacy."
"So?"
"I think she bought some medicine?"
Sam terlihat ragu-ragu dan bingung.Mendengar itu Barra memutar memorinya sehari yang lalu saat Maiwa mendatangi kedai kopinya dan ketika hendak pulang Maiwa hanya berdiri mematung di depan pintu.
Awalnya ia tak peduli karena terbiasa dengan tingkah Maiwa yang terkadang absurd.
Tetapi,Maiwa berdiri seperti itu selama hampir setengah jam!
Barra segera menghentikan kegiatannya dan berjalan menghampiri Maiwa yang sedang mengerutkan keningnya dan terus menatap kosong jalanan di depan kedai sembari menahan isakan dan tak henti-hentinya bergumam meminta tolong yang entah kepada siapa.
"Mai?",Panggil Barra pelan.
Tak ada jawaban.
"Mai? Are you okay?"
Maiwa seakan tidak mendengar atau melihat Barra.
Barra menepuk pundak Maiwa pelan dan seketika Maiwa jatuh tidak sadarkan diri hingga Barra menggendongnya ke dalam Kedai dan membaringkannya di Sofa Kedai yang tadi ia duduki.
Sungguh,Barra benar-benar kebingungan.
Ia langsung mencari kontak Dokter pribadinya dan memintanya datang memeriksa Maiwa.Selang beberapa lama,Dokter itupun datang dan menyatakan Maiwa baik-baik saja,ia hanya pingsan akibat suhu yang terlalu dingin.
Barra menghela napas lega meskipun kebingungannya belum juga sirna sebab baru kali ini ia melihat Maiwa seperti ini.
"Barra?"
Wajah Sam yang terlalu dekat membuat ia refleks memundurkan kepalanya."What's wrong,Bro?"
Sam menatap lekat-lekat wajah sahabatnya yang terlihat banyak pikiran.Barra menghela napas berat, "Nothing."
"Sure? You look out of focus."
Barra menggeleng pelan dan menoleh menatap Sam dengan sorot meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.
"Okay."
Sekali lagi Sam hanya menyahut tidak yakin dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"I know you think about her." Kata Sam tiba-tiba.
Barra hanya meliriknya sebentar dan kembali berusaha fokus membaca jurnalnya meski ia tahu itu sia-sia.
•••
Maiwa menatap sebotol obat yang dibelinya di apotek dua hari yang lalu,Barbital.
Pegawai apotek sempat melarang dan menunjukkan ekspresi anehnya sebab obat itu harus dengan resep dokter hingga membuat Maiwa terpaksa menunjukkan kartu identitasnya.
Meskipun masih sedikit tidak percaya dengan profesinya sebagai 'dokter yang sedang menjalani program S2' sesuai informasi yang tertera di kartu,pegawai apotek tetap membungkus dan mengizinkan Maiwa membeli obat itu.
Pikirannya berkecamuk.
Haruskah?
Ia tahu itu obat penenang.
Ia juga sangat mengetahui efek samping dan jangka panjangnya.Tetapi,akhir-akhir ini mimpi itu mengusik ketenangannya hingga membuat jadwalnya berantakan bahkan ia melupakan jadwal kuliahnya hari ini.
Ia memutuskan memasukkan obat itu ke dalam lemari obatnya ketika suara ketukan terdengar dari luar.
Maiwa segera mengenakan hijab instannya lalu membuka pintu.
"Hey,Ms.Humhum." Barra tersenyum mengangkat kantong berisi dua kotak makanan kesukaan Maiwa.
"Hey,Food!" Balas Maiwa dengan mata berbinar menatap makanan itu.
Ada sedikit kelegaan di hati Barra melihat gadis itu menyapa makanannya ceria seperti biasa."I waited for you in lobby and tried to call you, but no answer so.....here I am." Barra menggantungkan kalimatnya sejenak berpikir,"Um...selamat makan?"
Maiwa terkekeh pelan.
"Mari makan,Barra." Maiwa membenarkan.
"Oh,um...Mari makan..",
Barra menggaruk tengkuknya malu,"Makan di sini?""Of course di Lobby." Jawab Maiwa,"Wait,ya."
Maiwa buru-buru masuk mengganti bajunya dan meninggalkan Barra di depan pintu menatap interior apartemen yang cukup simple untuk gadis serumit Maiwa.
Barra mematung seketika tanpa sengaja netra kelabunya menangkap sebuah botol yang berada di antara berbagai macam kasa di dalam kotak obat yang sedikit miring di tembok.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Humaira!
SpiritualDia yang terbakar lebih dulu sebelum api menyentuh kulitnya. Dia yang tenggelam lebih dulu sebelum Air melakukan perannya. Dia yang rumit serta menakjubkan. Dia yang tidak mampu berdamai dengan segala keputusan-Nya. Humaira yang bodoh sekaligus pere...