Kelas berlalu dengan cepat,menyisakan Maiwa dan Haina yang tengah memasukkan barang-barang ke dalam tas mereka."Mai."
"Yeps?"
"Gimana sama yang di pesantren?"
Maiwa berhenti sejenak berusaha mencerna pertanyaan Haina lalu melanjutkan kegiatannya kembali tanpa menatap Haina.
Terkadang Ia lupa telah memberitahu Haina perihal Zain."Gimana apanya?"
"Dia udah hubungin kamu?"
Pertanyaan Haina selanjutnya membuatnya menghela napas.
"Belum,kenapa?"
"Gak kenapa-napa sih,cuman kepo aja." Haina mengedikkan bahu cuek, "Duluan ya,Mai?"
"Barengan aja,ini udah selesai kok."
"Oke."
Jam telah menunjukkan pukul 4 sore,matahari sedang tertutupi awan hitam tebal bersiap membasahi bumi diikuti semilir angin kencang yang sanggup meliukkan pepohonan di sekeliling sekolah.
Suara langkah kaki mereka mengisi keheningan di koridor yang mulai sepi,Haina merapatkan jaket dan memasukkan tangannya ke kantong jaketnya.
Akhir-akhir ini cuaca sedang tidak menentu,terkadang panas lalu beberapa menit kemudian turun hujan lalu kembali panas lagi.
Maiwa merasakan getaran dari dalam tasnya.
Ponsel lamanya!
Ia segera membuka resleting tasnya kemudian meraba ponselnya.
Unknown Number.
Maiwa menatap Haina canggung,yang ditatap mulai menaik-turunkan alisnya menggoda
"Cepetan angkat!" Haina mendesak tak sabar, "Gue duluan ya,selamat telponan! Hihihi."
Haina menerobos hujan menuju parkiran motor,kemudian melesat mengabaikan butiran-butiran air yang mengenai tubuhnya.
"Assalamu'alaikum,Hai?"
"Hello."
Zain terkekeh pelan, "Bagaimana kelas barunya?"
Maiwa berpikir sejenak, "Hmm...Seru?"
"Disini juga seru,seperti biasanya."
"Aku gak nanya apapa."
"Yah,cerita aja.Siapa tahu kamu perlu.Kamu kan orangnya pemalu plus gengsian."
"Sok tahu."
"Bukan sok tahu,tapi memang tahu."
"Bicit."
"Btw,kamu masih di sekolah?"
"Yeps."
"Kenapa belum pulang? Belum dijemput? Gak dijemput? Emang ada yang mau jem—"
"Aku matiin,ya?"
"Hehehe,damai-damai.Btw,awalnya saya pikir kamu gak akan angkat teleponnya karena yah you know...kamu kan orang tersibuk sealam."
"Kamu beruntung,ini jam pulang."
"Hmm..." Gumam Zain.
Keheningan kembali mengisi jarak antara mereka,suara langkah Maiwa bergema di koridor yang lengang dan sepi.
Hujan mulai mereda menyisakan gerimis serta aroma petrichor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Humaira!
SpiritualDia yang terbakar lebih dulu sebelum api menyentuh kulitnya. Dia yang tenggelam lebih dulu sebelum Air melakukan perannya. Dia yang rumit serta menakjubkan. Dia yang tidak mampu berdamai dengan segala keputusan-Nya. Humaira yang bodoh sekaligus pere...