Unpredictable.

11 1 0
                                    


"Tidak ada yang bisa melindungimu sebaik Allah."

"Lalu?...itu fakta."

"Itu fakta sekaligus solusi yang saya butuhkan."

"Aku.....gagal paham.Hehehe..."

"Allahuakbar,Humairaa...."
Zain menghela napas frustasi.

Maiwa hanya menggaruk kepalanya miris,merasa makin hari otaknya makin bodoh saja.

"Fakta kamu selalu sendirian membuat saya risau,masalahnya saya harus pergi dalam waktu yang lama,saya tidak janji bisa terus menemani kamu."

Hening

Ada bagian dari dirinya merasa senang mengetahui Zain merisaukannya.

"Mai?"
"Jangan baper...pfft."
Zain terdengar menahan tawanya sengaja.

Seketika rasa senang itu tergantikan oleh rasa ingin menghancurkan sesuatu.

"Zain."
"Aku tidak se-ansos itu dan Aku.Gak.Baper!"

Maiwa benar-benar kehilangan kesabaran berbicara dengan Zain,sedikit saja ia akan mengeluarkan kata-kata santunnya alias makian dan umpatan spesial untuk Zain.

"Hehehehe,canda,Mai.Peace." Zain tertawa kemudian tiba-tiba terdiam, "Mai? Kamu punya ponsel lain?"

"Hu'um."
"Tetapi sudah agak lalod,kenapa?"

"Saya tidak bisa menelponmu dengan nomor ini disana,terlalu terpencil,kamu punya nomor lain yang bisa dihubungi?"

"Tidak ada."

"Oh...eum baik—"

"Nanti aku beli kartunya dan memberitahumu."

"Maaf merepotkanmu.Saya akan menggan—"

"Gak apa-apa.Take it easy."

Keheningan kembali mendominasi suasana diantara mereka.

"Mai,sepupu kamu pernah menghubungi saya sekali."

Deg.

Sepupunya?
Zakiyah?
Rianti?
Siapa?

Seingatnya hanya Zakiyah dan Rianti yang mengetahui tentang Zain.

"Siapa?"

"Saya lupa namanya."

"Lalu?"

"Dia menanyakan hubungan kita."

"HAH?!?"

Zain terkekeh pelan.

"Santai Mai santai."

Maiwa menelan salivanya tegang.
Keringat dingin mulai mengucur di keningnya,rasa malu itu bertumpuk menjadi satu hingga membuatnya ingin mengubur dirinya sendiri.

"A-aku gak ada cerita
apa-apa sama mereka.Suer..."

Maiwa mengangkat dua jarinya membentuk huruf 'v' seakan Zain melihatnya.

"Saya jawab cuma teman,gak lebih.Memang begitu kan?"

"Eh...i-iya.."

Cuma teman ya?

Fakta itu membuat moodnya hari ini makin ambyar.Bukan,bukan ia tidak ingin menjadi teman Zain.Hanya saja ia merasa.....tidak terima?

Maiwa cepat-cepat menepis perasaan itu dan menyadarkan dirinya kembali.

Humaira!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang