Semoga cerita ini bisa menemani kaum rebahan dalam menikmati aktivitas rebahannya. Jangan lupa klik bintang dan komentarnya. Hatur nuhun.
"Hahaha...."
Suara tawa Lea menggema di kamar mereka. Oh, bukan. Ini kamar Akbar sewaktu laki-laki itu belum menikah. Mereka berkunjung ke Jagakarsa. Kunjungan dua mingguan seperti biasa. Akbar berkata kalau ia ingin mengunjungi ibunya setidaknya dua minggu sekali. Itu yang Akbar ajukan pada Lea. Akbar tidak memaksa Lea ikut. Hanya saja, sejak pertemuan pertamanya dengan ibu, membuat Lea betah berlama-lama di rumah khas tradisional itu.
Akbar baru saja dari toilet untuk membersihkan diri. Seharian ini tubuhnya menempel pada tanah basah. Ia, Aidan, dan bapaknya baru saja membangun kolam ikan kecil di belakang rumah. Mereka padahal sudah memiliki kolam ikan yang cukup besar dengan hiasan air terjun mini. Ide itu muncul begitu saja ketika Aidan cerita mengenai kegiatan di sekolahnya. Mereka membuat lubang biopori.
Ya, kabar gembira. Bapak tidak perlu lagi menggunakan tongkat jemuran untuk membantunya jalan. Pengobatan dan terapi yang dijalani bapak membuah hasil. Tidak cepat. Perlahan tapi pasti, bapak bisa lagi menggunakan kedua tangan dan kakinya dengan baik.
"Ya Tuhan," kata Lea lagi. Matanya fokus menatap ponsel di dalam genggamannya.
Akbar menaikkan alisnya bingung. Ia menghampiri Lea dan duduk di samping perempuan itu. Kakinya diluruskan ke depan dengan pundak menyender di ujung kasur. Kepalanya ia arahkan ke Lea.
Lea membuka Instagram.
"Lihat deh, Bar," kata Lea menyerahkan ponselnya pada Akbar.
Sebuah foto perempuan berusia hampir kepala empat yang dikenalnya. Perempuan itu menenteng sebuah tas dengan merek tas yang diarahkan ke kamera. Senyum merekah terlihat jelas dari bibir perempuan itu.
Thank, Ganteng, tas made in USA-nya.
Oh, kalau ia tidak salah ingat, perempuan itu adalah bos Lea di kantor. Tas yang dipegangnya... itu tas yang dipilihkan Lea untuk oleh-oleh atasannya di kantor. Dan ganteng? Siapa yang dimaksud.
Akbar membuka kolam komentar. Ia melihat belasan pesan masuk mengomentari foto itu. Akun-akun yang fotonya tidak terlalu terlihat.
Akbar tidak memiliki akun media sosial apapun kecuali Instagram. Itu juga dibuat Lea untuk men-tag foto-foto mereka. Ia tidak pernah memposting apapun. Bahkan, membukanya saja tidak pernah. Itu buang-buang waktu baginya. Akbar membaca koran di waktu pagi dan menonton berita untuk tahu informasi.
"Akhirnya udah go public," itu suara Lea. Kepala perempuan itu menyender di dada Akbar. Lea membaca sebuah komentar.
Kenalin ke kita, dong.
Ganteng? Hmmm, aku tahu siapa dia?
Siapa?
Yang foto berdua di pabrik, ya?
Setiap kali membaca komentar, Lea tidak pernah berhenti tertawa. Ya Tuhan, ternyata bosnya seperti ini. Tingkat imajinasinya luar biasa sekali. Foto berdua di pabrik. Padahal itu adalah Beni, teman satu divisinya. Foto yang tidak sengaja diambil. Dengan angle membelakangi kamera. Ia ada saat itu. Mereka melakukan pengecekan rutin ke pabrik. Agenda bulanan.
"Ternyata dia juga ratu halu," kata Lea.
"Halu?"
"Halusinasi. Kamu kudet, Bar."
"Apalagi itu?"
"Kurang update, Akbar," Lea setengah kesal. Akbar yang pintar teknologi. Menciptakan aplikasi pencari jodoh tapi istilah zaman now masih tidak mengerti. Lea kembali mengambil ponselnya. Perempuan itu asyik berselancar di dunia maya. Kepalanya juga masih betah menyandar di dada bidang suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Rasa Menyambut (Selesai)
Ficción GeneralAkbar mencintai istrinya, Lea. Sejak kali pertama bertemu, ia sudah menambatkan hati pada sosok cantik itu. Meski akhirnya berhasil menjadikan Lea istrinya setelah percobaan lamaran yang berkali-kali, ia tidak juga membuat perempuan itu jatuh cinta...