Hallo, sengaja publish cerita ini di luar jadwal-Selasa dan Kamis. Sudah tiga minggu kita stay at home. Rasanya sangat bosan. Tapi, kita tetap harus melakukan itu demi semua.
Semoga cerita ini dapat sedikit menghibur di tengah kebosanan. Jangan lupa berikan bintang dan komentarnya ditunggu. Hatur nuhun.
Lea masih sedikit kecewa dengan keputusan Akbar menolak preschool untuk Marsha. Setiap kali mendengar Anna bercerita tentang aktivitas Dewa-anak keduanya-di preschool yang dulu mereka datangi bersama, terbesit sedikit kekecewaan dalam benaknya. Tapi, Lea mencoba menghargai prinsip Akbar.
Ia harus mengalah di bagian ini. Tidak semua keinginannya harus terpenuhi. Lea sadar tentang manfaat preschool ini. Bukan hanya soal Marsha yang akan belajar bersosialisasi dengan teman-teman sebaya. Balita lucu itu memiliki banyak teman sebaya setiap sore. Diajak Bu Siti ke taman dekat rumah. Ini soal gengsi pada teman-temannya.
Kedua anak Anna mengalami preschool. Lea paham alasannya. Anna dan suaminya pekerja. Mereka tidak memiliki banyak waktu memberikan pengajaran sosialisasi pada Tasya dan Dewa. Hanya weekend mereka memiliki banyak waktu dengan anak-anaknya. Sementara Lea? Ada Akbar yang memiliki banyak waktu luang seperti pengangguran.
Laki-laki itu pernah mengatakan soal komitmen 50:50. Ketika seseorang mengajukan sebuah usul, pasangannya memiliki peluang 50 persen untuk menyetujui dan 50 persen untuk menolak. Semuanya disertai alasan yang masuk akal. Akbar tidak pernah menganggap dirinya raja dalam sebuah rumah tangga hingga Lea harus mutlak menyetujui keputusan laki-laki itu. Lea selalu memiliki pilihan. Akbar selalu memberinya pilihan.
Soal hobi berbelanja. Lea tahu jika Akbar tidak terlalu suka dengan harga barang yang dibeli Lea-tidak masuk akal. Tapi, Akbar tidak pernah menolak secara terang-terangan. Laki-laki itu tahu jika berbelanja adalah hal yang membuat Lea bahagia. Ia menyingkirkan rasa tidak sukanya demi kebahagiaan Lea.
Mungkiin hal itu yang membuat Lea jatuh cinta pada suaminya sendiri. Perasaan mengalah demi pasangan yang selalu dilakukan Akbar. Kebebasan yang diberikan Akbar bagi Lea yang ingin tetap bekerja. Itu adalah berkomitmen sesungguhnya bagi Akbar. Komitmen untuk saling percaya dan membahagiakan.
"Bengong aja," seruan Anna membuyarkan isi pikiran Lea yang sudah ke mana-mana.
Bagi Akbar, Lea selalu butuh me time. Perempuan itu butuh waktu untuk memanjakan dirinya sendiri. Lakukan aktivitas apapun yang membuatnya rileks. Bagi Lea, Akbar memberikan waktunya untuk rileks setiap saat Lea mau. Seperti sekarang. Lea berniat berbelanja dengan Anna sepulang kerja. Nyatanya, tidak hanya berdua.
"Tante Lea, ayo kita ke sana," Tasya sudah menarik tangannya memasuki gerai pakaian anak-anak.
Siang tadi, Tasya dibawa ke kantor selepas anak itu pulang sekolah. Makanya, sore ini, anak itu ikut pergi ke Kota Cassablanca. Di mall mewah ini, mereka ingin menyalurkan berbelanjanya.
"Mama, beliin ini buat Dewa, ya?" Tasya mengambil pita bergambar kupu-kupu cantik.
Anna menggeleng. "Enggak, Kakak Tasya. Dewa laki-laki. Masa dipakaikan pita gitu."
Tasya memberenggut. Anak itu tidak membantah dan langsung menaruh pita itu di tempatnya.
"Makanya, aku mau punya adik perempuan kayak Dedek Marsha," desisnya.
Tasya masih gigih merayu ibunya memiliki adik perempuan. Menurut Tasya, ia ingin memiliki teman bermain bersama. Setiap kali bermain masak-masak, Anna melarang mengajak Dewa. Bermain salon-salon, dilarang. Bermain barbie, juga dilarang. Dewa bermain mobil-mobilan dan robot. Tasya tidak suka bermain seperti Dewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Rasa Menyambut (Selesai)
General FictionAkbar mencintai istrinya, Lea. Sejak kali pertama bertemu, ia sudah menambatkan hati pada sosok cantik itu. Meski akhirnya berhasil menjadikan Lea istrinya setelah percobaan lamaran yang berkali-kali, ia tidak juga membuat perempuan itu jatuh cinta...