#5 Dreamer

2K 116 0
                                    

" Cut kesini deh loe!" Teriak Noe dari lantai bawah.

Teriakan Noe ngga kedengaran oleh Cut yang sudah terlena dengan Xbox Noe saat itu.

" Pa, thanks ya! Lang seneng bgt!" Noe memeluk papa nya dengan erat.

" Its ok baby, kamu pantas mendapatkan apa yang kamu mau, terkecuali satu hal itu!" Papa melepaskan pelukannya dari Lang yaitu Noe.

" Oke deh, Pa Lang boleh nyobain motor nya ngga? Cuma keliling komplek residen doank aja!" Pinta Noe.

" Pergilah!" Papa melemparkan kunci moge Hurley ke Noe.

" Pergilah!" Papa melemparkan kunci moge Hurley ke Noe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ngeng...ngeng.... Noe segera menghidupkan motornya dan langsung tancapkan gas tanpa ampun, hahaha, Noe sedikit ngebut diarea komplek, untunglah ngga ada tetangga yg merasa terganggu oleh tingkah Noe yang kebut-kebutan ngga jelas gitu.

Tapi Noe tetap savety kok, tenang aja, tak berapa lama kemudian Noe kembali lagi ke istana nya, "home sweet home is my home" kata Noe.

Saat Noe memasuki istana nya itu, ia mencium bau aroma masakan kesukaan nya, tak khayal Noe langsung ke dapur, terlihat 2 sejoli sedang memasak bersama, siapa lagi kalau bukan Mama dan Cut. Mereka begitu dekat dan akrab bahkan mama dan papa udah nganggep Cut sebagai anaknya sendiri, tapi Noe biasa aja melihat kedekatan mereka wajarlah, dan Noe tidak cemburu juga kok tapi hanya iri aja, ehhhh apa bedanya ya? Sama aja, hahahaha.

Noe yang dari tadi berdiri bersender di pintu dapur yang besar bagaikan gerbang rumah itu hanya menatap kesibukan mereka dan tidak berniat ingin jahil lagi, saking sibuknya masak mama dan Cut tidak menyadari kehadiran Noe disana.

" Nuy, sejak kapan loe berdiri disitu?" Cut kaget saat ia membalikkan badannya untuk membawa Makanan ke meja makan.

" Udah setahun yg lalu gue disini!".

" Nuy, duduk lah!" Mama.

" Okey, Papa mana Ma?" Tanya Noe sambil duduk di kursi.

" Papa tadi keluar bentar!" Mama mengambil kan makanan untuk Cut sedangkan untuk Noe ngga. Kasihan...

Noe POV

" Awas ya loe Cut,!" Gue sedikit panas sambil menatap sinis si Bocil itu yaitu Cut.

" Nuy, ambil sendiri ya!" Ucap Mama.

" Iya Ma!" Nada suara gue sedikit naik.

Rasa-rasanya akan ada perang dunia ke 10 nih, gue saling tatapan dengan Cut kami sama-sama memasang wajah kemarahan kami.

" Hei ada apa dengan kalian berdua?" Mama heran melihat tingkah gue ke Cut.

" Ngga ada Tant!" Cut.

" Biasalah ma!" Jawab gue dengan santuy nya.

Setelah selesai makan Cut segera pulang, syukurlah Cut cepet pulang kalau tak? aduhh bisa-bisa kompor gas gue akan meledak nanti.

" Nuy, besok loe ada waktu ngga? Kita wara-wiri di Dufan!" Tawar Cut yang kini tengah ada di dalam mobilnya.

" Liat nanti deh, ntar gue kabarin habis pulang sekolah!".

" Gue balik dulu!" Pamit Cut.

Lega rasanya, Cut dah pulang tapi saat gue mau masuk ke kamar gue....????

" Astaga, ni kamar udah macam kapal pecah aja nih?".

Kamar gue dibuat berantakan oleh Cut, yang awalnya bantal ada di ranjang jadi di lantai semua, dan juga bungkus Ciki-ciki yg gue simpan di lemari habis kosong dan bergeletakan di lantai.

Gue kaget saat gue liat hanya 3 botol obat gue terpampang rapi dan bertuliskan jangan lupa minum obatnya, tertanda Cut yang diletakkan diatas Xbox gue.

" Apaan sih, lebay amat!" Gumam gue.

Gue segera pindah ke kamar sebelah yaitu kamar kedua gue, karena kamar utama gue sedang dibersihkan serta dirapikan oleh bibi baru.

Gue masih memegang 3 botol obat tadi, gue teringat tulisan yang dibuat oleh cut untuknya.

" Yaudahhh, demi menghargai usaha loe yg maksa gue tuk minum obat! Jadi gue akan minum obat gue!" Gue segera mengeluarkan obat-obatan itu dan meminumnya.

Gue heran dalam 2 hari ini tumben sakit yang ada di kepala gue tidak muncul padahal biasanya gue hampir mengalami kesakitan setiap hari Bahakan setiap jam sebelumnya, gue positif thinking aja, mungkin gue udah mulai membaik atau justru....?

"Noe jangan berfikir begitu, ngga baik, sekarang waktunya loe harus istirahat!". Gue mulai rebahan tapi ngga jadi tidur karena ntah apa yang merasuki gue saat ini, kenapa? Laras yang ada dipikiran ku selama ini... Ehh itu lagu ya... Sorry...

Teringat Laras, gue berfikir gimana Laras saat ini, apa yang sedang ia lakukan?, Udah makan apa belom?, Udah mandi atau belom?, Mmmm... Tapi ada satu hal yang belum gue tau, gue langsung bangkit.

" Eh, Noe! Loe kan temen sebangku nya Laras kan? Jika loe pengen tahu tentang Laras langsung aja loe cari profil nya atau kontak hp nya gitu!" Terlintas dipikiran gue hal itu membuat tidur gue sedikit tidak nyaman.

Guling kesana kesini hingga kepala jadi kaki, kaki jadi kepala, gue memikirkan bagaimana cara melakukan hal tersebut, sebab Laras kan orangnya pendiam bgt, dan bahkan super Pendiam, pastinya lah mana mau Laras ngomong ataupun ngasi kontaknya seenaknya gitu sama gue.

Laras POV

Udah enak nyenyak tidur gue, tiba-tiba datang sebuah dream yang membuat gue panik dan cemas serta ketakutan, mimpi itu tak biasanya hadir di tidur gue, mimpi yang tak asing itu memperlihatkan pada gue seseorang yang Deket sama gue sedang berada dalam masa kritis dan ia meminta tolong kepada gue.

Seseorang yg didalam mimpi gue itu adalah si bocah pecicilan itu, gue sontak kaget kenapa gue mimpiin itu.

" Apa-apaan ini? Kenapa mimpi gue gitu?" Gue keringat dingin dan gemetaran, rasa khawatir gue timbul dan gue mulai cemas, keringat sebesar kacang polong berjatuhan yang membuat baju gue basah just like orang yg baru selesai mandi saja.

Gue segera cuci muka dan mengganti pakaian gue sebelum melakukan tidur gue lagi. Sesudahnya...

" Kenapa Noe seperti itu dalam mimpi gue? Apa ada sesuatu? Kenapa gue khawatir padanya?" Pikir Laras sambil berbaring kembali di ranjang nya hingga gue tak sadar kalau gue sudah tertidur mendekur karena kepikiran Bocil Pecicilan itu.

Cieee udah mimpiin Nuy ajah nih si Ayas, kapan mimpiin gue nya donk,..? Hehehe sorry author berhalusinasi 🤭

Next komen👇

Best Friends? [Noe Laras] S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang