28 - Pergerakan

282 15 0
                                    

Semenjak acara kejutan ulangtahun yang di berikan Galih untuk Puput hubungan mereka semakin romantis. Malam ini bahkan mereka tengah peluk pelukan. Posisi Puput memungungi Galih, Galih memeluk Puput tangganya ia pakai untuk mengelus elus perut Puput. Usia kandungan Puput saat ini 25 minggu, sudah cukup besar perut Puput, pada saat itulah bayi bisa berinteraksi dengan cara menendang nendang perut Puput. Puput memang sudah merasakan tendangan kecil bayinya sejak usia kandunganya meninjak 19 minggu.

"kapan si Put dia lahir?" masih mengelus elus perut Puput

Puput membuka matanya "Gal kan aku uda bilang berkali kali, ini masih 6 bulan ya masih 3 bulan lagi"

"aku engak sab.." tiba tiba Galih duduk dan merasa horor dengan perut Puput.

Puput ikut bangun dari tidurnya "ngapain?"

"perut kamu kok gitu?" menunjuk nunjuk perut Puput.

Puput mengambil tangan Galih dan meletakanya di atas perutnya "punya ponsel pake napa buat searcing jangan main game mulu kamutu"

"dia tu ngerespon ucapan kamu dengan cara ngasih tendangan, sejak usia kandungan ku 5 bulan kemarin dia emang udah ngasih respon tendangan kecil sama aku makanya aku juga sering ngajakin ngobrol sama dengerin dia musik" jelas Puput

Galih mengaga tak percaya tapi pergerakan yang Galih rasakan di tanganya sungguh nyata di lakukan oleh anaknya "gilak, ngaktau aku kalo anak aku udah bisa main bola di sana"

"siapa yang main bola?" tanya Puput

Galih mendekatkan dirinya dengan perut Puput "hai anak papa, kamu sekarang udah besar ya? lagi ngapain? pasti main bola? besok kalo uda keluar papa ajarin main bola, apa main basket apa mau main game aja"

"gaboleh ya nak, jangan mau di ajak main game sama papa" ujar Puput

Galih tertawa "yang jelas kamu sehat sehat ya di sana, makan yang banyak biar cepet ketemu papa sama mama, kita sayang sama kamu" Galih mengecup sayang perut Puput.

Puput tertawa sekaligus geli melihat perilaku Galih dan interaksi Galih dengan anak mereka.

"kok kamu ketawa?" tanya Galih

"gapapa, gak nyangka akutu kamu bakalan jadi bapak bapak" kata Puput

Galih mengangkat alisnya "iya juga, tapi aku masih tetep keren"

Puput memutar bola matanya malas, melanjutkan tidurnya yang langsung di susul oleh Galih.

****

Pulang dari kampus sore ini Galih langsung menuju caffenya, biasa dia akan mengecek caffe di temani oleh Bagas.
"giamana Gas ruko di Bandung jadi kita beli?"

Bagas menatap Galih yang sedang serius memperhatikan keuangan caffenya "kalo gue ya ambil aja, lokasinya deket SMA dan di sana juga belum banyak caffe"

Galih menganguk angukan kepalanya "okesih tapi harganya agak malah juga"

"ntar gue bisa tawar, lagian rukonya lumayan gede" ujar Bagas.

Jadi mereka inggin mengembangkan bisnis caffe dengan membuka cabang baru di Bandung, Bagas yang akan mengelola cabang di Bandung karna Galih tak mungkin untuk bolak balik Bandung mengingat kondisi Puput, mugkin kalo ada urusan mendadak Galih akan ke Bandung.

"berarti kita trima" ucap Galih

Bagas memeriksa ponselnya dahinya mengkerut mendapat chat dari Reza.
"Gal, Baron bikin ulah lagi"

Galih meletakan kertasnya di atas meja "kali ini ngapain?"

"gue barusan dapet chat dari Reza si Baron minta balapan sama lo ntar malem" kata Bagas

"gimana gue ijinya?" ujar Galih

"Reza bilang mau gantiin lo tapi Baron nolak, kalo lo nolak dia ngancem" jelas Bagas

Galih menatap Bagas "ngancem apa?"

"si Puput" kata Bagas

Galih mengebrak meja di sampingnya "bangsat emng tu orang gak habis habisnya musuin gue"

"lo jangan ngomong Puput mending" saran Bagas

"gue keluarnya gimana Gas?" tanya Galih

Bagas memegang dagunya memikirkan bagaimana cara Galih supaya Puput tidak curiga "lo gausah pulang aja Gal"

Galih mengerti "gue telfon Puput dulu lah"
Galih berjalan keluar ruangan, mengambil ponselnya dan mulai menelfon istrinya, tindakannya ini mungkin sangat berbahaya dan jahat karna tak bercerita dengan Puput. Galih hanya takut kalo dia bercerita Puput tak mengijinkanya. Walau mengijinkan mugkin ia akan kawatir dan itu akan berdampak untuk janinnya.

"Hallo Put"

"...."

"malem ini aku gakbisa pulang ya"

"...."

"gak usah, kamu di rumah aja apa mau aku anterin ke rumah Bund apa Mama aja dulu?"

"...."

"maaf ya"

"instirahat ya, jangan lupa makan"

"iya"

Galih megakhiri dengan hembusan nafas panjang, untung ia tadi memakai motornya jadi tak perlu pulang untuk menganti. Bagas menepuk bahu Galih.
"gimana Gal?"

"gue udah bilang, Puput gacuriga tapi gue takutnya dia nyari tau sama Gita" ujar Galih

"gue bakalan nyuruh Reza pergi sama Gita aja" usul Bagas.

"oke" kata Galih

Bagas menuju tempat janjian dengan Baron dengan Galih mereka mengunakan motor masing masing.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang