Part 7

3.2K 238 41
                                    




Jimin POV


Setelah turun dari bus, aku segera berjalan menuju mansionku yang berada tak jauh dari halte bus tempatku turun tadi. Sebenarnya aku biasa naik motor sport milikku ke sekolah, tetapi sedang di service. Akhirnya inilah yang terjadi, aku naik bus.

Mau tau kisah hidupku?

Hidupku memang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhanku. Bahkan tersisa. Karena keluargaku memang salah satu keluarga terpandang dari sekian banyaknya keluarga. Tapi aku merasa belum puas. Bukan, bukan masalah harta yang kumiliki. Tapi kasih sayang yang kian menghilang tertutup lembaran-lembaran berkas yang membuatku muak.

Lihatlah sekarang! Aku kesepian.

Aku menghela nafas kasar dan mengusak rambutku dengan kesal. Sial! Kenapa itu lagi yang ku fikirkan.

Kemudian, entah kenapa kejadian tadi terlintas di fikiranku tiba-tiba. Pertemuan dengan bocah menggemaskan tadi sampai kita berpisah dengan perkataan yang keluar dengan mudahnya dari mulutku. Mengingat itu, dia jadi berfikir sendiri.


'Kenapa aku sebijak itu?'


Entah, aku merasa jika dia mempunyai banyak masalah yang menjadi beban. Tapi dia tidak mau-ah bukan, dia tidak tahu cara mengungkapkannya. Terlihat dari caranya bermain dengan samsak nya tadi.

Senyumku tiba-tiba tersungging dengan manisnya. Saat melihat mata doe yang suka melotot itu. Lucu sekali.

"Hmm, aku harap kita bisa dekat." Ucapku pada diri sendiri.

Jimin Pov end







Saat senang-senangnya Jimin melamun, dia tidak sadar jika dia sudah sampai rumahnya. Senyumnya luntur, berganti dengan muka datar tanpa ekspresi. Jimin langsung masuk ke rumahnya dan segera bergegas ke kamar. Sesampai di ruang makan, langkahnya terhenti saat mendengar seseorang memanggilnya.

"Jimin-ah!! Kemarilah, kita makan bersama." Ajak eomma nya.

"Tidak perlu, eomma. Aku sudah makan tadi, sudah kenyang." Jawab Jimin.

"Darimana saja kau? Pulang malam seperti berandal. Appa sudah susah payah menyekolahkanmu! Kau harusnya belajar agar masa depanmu terjamin." Ucap appa nya dingin.

Jimin hanya menatap appa nya dengan malas.

"Aku bukan bonekamu, appa! Jadi berhentilah mengaturku." Jawab jimin datar.

"JIMIN-AH!!" Teriak appa Jimin.

Jimin tidak menghiraukan teriakan itu dan bergegas menuju kamarnya. Dia langsung melemparkan tasnya ke sofa dan merebahkan dirinya di ranjangnya. Dalam hatinya dia terus melontarkan kata 'aku muak' berkali-kali. Kemudian, dia menenangkan dirinya dengan cara menutup matanya. Namun seakan dia teringat sesuatu, dia langsung beranjak menuju sofa dan mengambil ponsel di dalam tasnya. Dia segera menekan sebuah nomor, dia menelepon seseorang.

"Yeoboseyo, Jin hyung!!" Ucapnya mengawali.

"Yakk, jimin-ah!! Kenapa kau meneleponku malam-malam begini? Kau menggangguku!! " Ucap seseorang diseberang sana dengan kesal.

"Hehe, mianhe hyung." Jawab jimin.

"Ada apa kau meneleponku?"

Brother JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang