Benar kata pak Dokter semalam, seharusnya Naruto istirahat dan bukannya keluyuran kerja. Pagi ini Naruto merasakan demam, kepalanya terasa pusing dan malas sekali untuk bangun hingga siang menjelang Naruto baru bisa bangun dan duduk untuk minum, Naruto terlalu malas untuk makan dan kembali berbaring.
"Naruto! Buka pintunya!"
Naruto membuka matanya yang terasa berat saat suara sang dokter terdengar, dengan susah payah dia bangkit dan membukakan pintu.
"Dokter." suaranya terdengar sangat lemah dan wajah yang pucat.
Sasuke lantas memeluk tubuh Naruto yang hampir saja jatuh ke lantai dan membawanya untuk kembali berbaring.
"Saya sangat khawatir sama kamu, maka dari itu saya datang dan benar saja."
Naruto memejamkan kedua matanya, ia tidak mampu lagi mendengar atau melihat ekspresi sang Dokter yang terlihat cemas terhadapnya.
Sasuke menelpon pihak rumah sakit tempat dia bekerja untuk mengabarkan bahwa dia tidak bisa lagi bekerja siang ini apalagi tadi Sasuke sudah memberikan surat pengunduran dirinya sebagai seorang Dokter bedah. Memang siang ini dia masih diminta untuk kerja tetapi melihat kondisi Naruto saat ini tidak mungkin baginya meninggalkan Naruto begitu saja.
Setelah cairan infus semalam habis, Sasuke menggantinya dengan yang baru. Terpaksa harus di infus karena Naruto sangat lemah dan pasti belum makan apapun sejak pagi tadi.
"Begitu sulitnyakah hidupmu selama ini bahkan untuk istirahat dan makanpun kau tidak punya waktu." gumam Sasuke pelan memperhatikan wajah Naruto yang sangat pucat.
🐤🐤🐤🐤🐤🐤🐤
Naruto membuka kedua matanya perlahan, tubuhnya terasa ringan tidak terasa nyeri atau sakit seperti pagi tadi. Ia melihat Dokter duduk di sebelah ranjang kecilnya dengan mata terpejam dan kepala yang bersandar di pinggiran ranjang.Wajah sang Dokter terlihat sangat lelah dan kantung mata yang menghitam. Dokter pasti lelah menangani banyak sekali pasien. Naruto tersenyum tipis, tangannya terangkat mengusap lembut kepala Dokter penuh kasih sayang. Entah mimpi apa Naruto bisa mengenal Dokter sebaik ini bahkan ingin menjadikan dirinya sebagai istri padahal mereka berbeda status dan kasta.
Sasuke membuka matanya dan melihat Naruto sudah sadar. Gadis itu tampak salah tingkah karena ketahuan sedang menyentuh kepalanya.
"Ma-maaf Dokter."
"Jangan panggil saya Dokter lagi, nama saya Uchiha Sasuke."
"Ba-baik Uchiha-san."
"Hanya Sasuke, saya tidak mau kamu panggil dengan marga."
"Sa-su-ke?"
"Bagus."
Naruto tersenyum kecil dan baru sadar Sasuke melepaskan jas Dokternya, hanya kemeja biru dongker yang di biarkan terbuka dua kancing teratas dan lengan di gulung sampai siku, terlihat sangat maskulin dan gagah. Tubuh Sasuke juga sangat besar sementara tubuhnya sangat kecil dan kurus.
Sasuke pergi keluar sebentar dan ternyata pria itu memesan makanan online untuk makan malam mereka, Naruto mencoba untuk duduk dan Sasuke mempersiapkan makan malam mereka.
"Bubur?"
"Hm kamu masih harus makan bubur dua minggu ke depan."
Naruto menghela napas panjang karena pasrah. Ia pun memakan bubur yang sudah Sasuke siapkan dengan susah payah karena terasa hambar di lidahnya.
"Setelah kamu sembuh, saya akan memperkenalkan kamu dengan orang tua saya."
"Dokter yakin?"
"Tentu dan jangan panggil saya Dokter lagi."
Naruto mengangguk patuh, "Tapi Dokter apa orang tua Dokter menerimaku?"
Sasuke mendelik tajam karena Naruto kembali memanggilnya Dokter.
"A-ada apa?" tanya Naruto dengan polosnya saat Sasuke mendelik.
"Jangan panggil saya Dokter lagi atau kamu saya cium."
Pipi Naruto merona hebat mendengarnya, ia mengutuk mulutnya sendiri karena selalu memanggil Sasuke Dokter karena sudah terbiasa dan pria itu memang Dokter.
"Orang tua saya tidak pernah mempersalahkan latar belakang karena yang terpenting itu saling mencintai."
Naruto mengangguk paham sambil mengaduk-aduk bubur di dalam mangkuk, dia sudah tidak kuat untuk makan lagi.
"Bagaimana keluargamu?"
"Um?" Naruto lantas menatap Sasuke sejenak dengan mata yang mengerjap polos, "Oh orang tauku sudah meninggal karena kecelakaan." jawabnya lirih.
"Maaf."
"Tidak apa Dokter."
Sasuke menghela napas panjang mendengar panggilan Dokter lagi.
"Jadi sekarang hidup sendiri?"
"Um!" Naruto menggangguk cepat, "Sambil kuliah juga." jawabnya.
"Kuliah? Studi apa?"
"Um Biologi."
"Bagus."
"Um ... Umur Dokter berapa?"
Sasuke meraih mangkuk di tangan Naruto dan di letakan di atas meja kecil begitu saja membuat Naruto bingung dan lantas wajahnya merah padam saat Sasuke menarik tubuhnya sehingga kini tubuh keduanya menempel tanpa ada jarak.
"Do-dokteeer ...." kedua manik biru terlihat polos, bibir pucatnya terlihat sangat mungil menggoda.
"Panggil saya apa?" tanya Sasuke menatap intens kedua manik Naruto.
"Dokter?"
"Hanya Sasuke."
Cup!
Naruto terkejut saat Sasuke menempelkan bibir mereka. Naruto tidak bisa melawan apalagi tangannya yang di infus Sasuke pegang erat sementara tangan Sasuke yang lain menekan tengkuknya.
"Umm ...."
Manis, bibir Naruto terasa sangat manis tapi Sasuke harus bisa menahan dirinya. Ia melepaskan ciumannya dan napas Naruto terengah karena ciuman mereka cukup lama.
"Kamu milik saya seorang."
"Akh!"
Naruto mendesah kecil karena Sasuke tiba-tiba mencium dan mengigit lehernya.
Sasuke menarik dirinya dan menjuah dari Naruto. Kini sebelah leher Naruto merah pekat karena ulahnya.
"Jangan panggil saya Dokter lagi, mengerti?"
Naruto mengangguk cepat, ia tidak akan memanggil Dokter lagi. Ingat Naruto jangan panggil Dokter lagi!
.
.
.
Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
SasuFemNaru Short Story 18+
FanfictionSEBAGIAN SUDAH ADA VERSI PDF DAN BERBEDA DARI VERSI WATTPAD Kumpulan short story SasuFemNaru Di update hanya malam hari