Pernahkah kamu kelaparan hingga akhirnya jatuh sakit? Dan sekarang di diagnosa maag kronis?
Naruto menghela napas panjang, kedua matanya mengedar memperhatikan semua pasien rumah sakit yang ada di taman. Mereka bersama perawat dan keluarga masing-masing. Sudah dua hari ini Naruto masuk rumah sakit dan hari ini dia memaksakan diri untuk duduk di taman. Nanti sore dia harus segera pulang karena uangnya sudah tidak cukup lagi meski dokter akan melarang, Naruto tidak peduli.
Untunglah rumah sakit selalu memberinya bubur setiap jam makan. Perutnya belum bisa makan makanan yang keras untuk lambung.
Dia kelelahan karena setiap hari kerja sampai larut malam, ia tidak berhasil mendapatkan beasiswa karena di fokuskan untuk mahasiswa yang cerdas saja.
Naruto kembali bangkit untuk kembali ke ruangan rawat inap umum. Semua orang terlihat sibuk apalagi semua dokter.
"Awas!"
Tak!
Naruto segera menyingkir dan ia terfokus dengan ponsel yang terjatuh dari kantong sang dokter yang berlari sambil mendorong ranjang pasien.
Naruto mengambil ponsel tersebut dan mengejar sang dokter yang masuk ke ruangan bedah. Naruto duduk di kursi tunggu, sesekali menoleh ke pintu ruangan hingga operasi selesai.
Seorang dokter dengan rambut hitam kebiruan keluar bersama beberapa perawat.
"Maaf dokter." sapanya dan dokter dengan kedua mata tajam itu memperhatikannya penuh selidik.
"Milik anda." Naruto mengembalikan ponsel sang dokter yang refleks memeriksa kantung pakaiannya sendiri.
"Oh terima kasih." ucapnya.
"Saya permisi dokter." Naruto mengangguk dan berlalu pergi.
Kedua mata tajam sang dokter memperhatikannya pergi, tubuh yang kurus ringkih bahkan tangan gadis itu pucat dan sangat kecil.
Sang dokter langsung segera pergi tanpa peduli akan apapun lagi. Sementara Naruto kembali ke ruangan rawatnya untuk membereskan tasnya.
"Kamu sudah mau pulang?" tanya seorang pasien.
"Iya bibi." Naruto tersenyum tipis, "Aku akan pulang setelah infusnya habis." lanjutnya memperlihatkan tabung infusnya yang sebentar lagi akan habis.
"Tapi kamu masih sakit."
"Aku nggak punya biaya lagi." jawab Naruto.
"Ah bibi mengerti, bibi pun tak akan berada disini jika tidak karena bantuan keluarga."
Keluarga? Naruto ingin mendapatkan keluarga juga tapi siapa keluarganya? Kedua orang tuanya sudah lama meninggal dan semua harta orang tuanya sudah di rebut sang paman meninggalkan Naruto yang harus bekerja keras.
Naruto berbaring di ranjang rumah sakit, dia sangat mengantuk dan mungkin dua jam lagi cairan infusnya akan habis dan dia bisa pula.
.
.
.
"Kamu belum bisa pulang, kamu masih sangat lemah."
"Saya akan istirahat di rumah saja dokter, saya tidak punya uang lagi." Naruto menangkup kedua tangannya di depan dada meminta untuk di kasihan ni.
Sang dokter menghela napas panjang, ia mengangguk dan memberikan Naruto nasehat seperti obat yang harus di minum, makanan yang tidak boleh dimakan dan lainnya.
Naruto senang akhirnya bisa pulang, ia berjalan dengan tenang menuju administrasi dan membayar perawatannya. Naruto meringis pelan melihat angka nol yang tertera setara gajinya selama dua bulan menjadi pelayan di restoran. Ia menghabiskan uang sebanyak itu dalam kurun waktu dua malam di rumah sakit.
"Seharusnya kamu belum boleh pulang, kenapa pulang?" kata petugas administrasi.
"Nggak punya uang lagi hehehe ...." Naruto tertawa canggung.
"Bisa kamu cek data pasien yang siang tadi keluar?"
Deg!
Naruto terdiam saat ia merasakan ada seseorang di belakangnya.
"Oh baik Dokter Uchiha."
"Eh?" gumam Naruto pelan saat nota di tangannya di tarik, ia refleks berbalik dan melihat dada bidang berbalut kemeja maroon dan jas putih.
"Kenapa kamu keluar di waktu yang belum di perbolehkan?" kedua manik itu menatap tajam Naruto yang terlihat ketakutan seperti anak kecil.
"Eto ...."
"Maksud Dokter pasien bernama Itachi Uchiha?"
"Ya. Jam berapa dia keluar?"
"Jam sembilan pagi, Dokter."
"Maaf Dokter, itu milikku." Naruto mencicit pelan menatap sang dokter dengan kedua mata memohon.
Kedua mata sang Dokter lantas menatapnya tajam, "Ikut saya." sang Dokter menarik tangannya pelan untuk duduk di kursi tunggu.
"Kamu tahu, saya tidak suka melihat pasien yang masih sakit tetapi memaksakan diri untuk keluar."
Naruto menundukan kepalanya karena ketakutan, "A-aku tidak punya uang Dokter." ucapan Naruto begitu menusuk sang Dokter.
"Masuklah lagi, saya yang akan bayar."
"Ti-ti-tidak usah Dokter! A-aku akan baik-baik saja sungguh!" ujar Naruto panik.
"Kamu tidak dalam keadaan bisa menolak."
"Aku mohon dokter! Saya sangat baik sekali." ujar Naruto penuh permohonan.
"Terserah, pergilah." Dokter itu beranjak pergi begitu saja. Dia terlihat kecewa tetapi Naruto merasa sangat lega.
"Terima kasih Dokter, anda sangat baik sekali." Naruto tersenyum tipis, ia segera pergi namun sebelum itu ia kembali berbalik bersamaan begitu juga dengan sang Dokter, mereka saling menatap untuk sejenak dan Naruto membuang muka dengan cepat karena dia terlalu malu.
"Kenapa Dokter itu menoleh juga." gumamnya malu dan segera pergi dengan langkah cepat meski tidak mudah karena tubuhnya masih lemah.
"Setelah ini rumah sakitku akan selesai, dan tidak akan ada lagi yang keluar hanya karena tidak punya uang." ucap Sasuke lirih dan segera pergi untuk menyelesaikan tugasnya.
.
.
.
Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
SasuFemNaru Short Story 18+
Fiksi PenggemarSEBAGIAN SUDAH ADA VERSI PDF DAN BERBEDA DARI VERSI WATTPAD Kumpulan short story SasuFemNaru Di update hanya malam hari