keputusan

451 24 5
                                    

بسم الله الرحمان الرحيم

Esok paginya, begitu matahari bersinar lembut menyapa waktu Dhuha. Nafilah berangkat ke rumah sakit.

Ia membawa makanan, berupa masakan buatan umma dan dirinya. Tak lupa ia m juga membawa pakaian ganti untuk ummi.

Umma dan Abah tak bisa datang karena harus bekerja dan mengurus adik-adik Ahmad.

***

Greeek! " Ummi!Abi!" Sapa Nafilah ceria. "Assalamualaikum" di susul Ahmad di belakangnya. " Waalaikumsalam" jawab ummi.

" Naf, harusnya kamu itu kalau masuk ruangan salam dulu" nasehat ummi pada putri semata wayangnya. " Hmm, iya mi iyaaa" balas Nafilah.

" Ummi ini makanan dari umma sama baju ganti" ujar Nafilah sambil menyorongkan kotak makanan. " Alhamdulillah, kamu udah sarapan naf? Ahmad juga udah?" Tanya ummi sambil menerima kotak makan dari Nafilah.

" Udah dong mi!" Jawab Nafilah tanpa menghilangkan senyumnya.

Ummi pun sarapan sendiri karena abi mendapatkan sarapan dari rumah sakit. Nafilah terlihat mengobrol dengan abinya sambil sesekali di sela ummi.

Sementara itu Ahmad entah hilang kemana. " Naf ummi mandi dulu, ntar kalau kenapa-kenapa pencet tombol ini ya" kata ummi sambil menunjuk sebuah tombol. Nafilah mengangguk.

" Abi jadinya pulang kapan?" Tanya Nafilah. Abi tersenyum, " doakan saja ya nak" jawab lelaki itu sambil mengelus puncak kepala Nafilah.

***

Tok!Tok!Tok! bunyi pintu di ketuk. Nafilah beranjak dari duduknya. GREEEK! '' NAFILAAAAAAAH!!!!!'' begitu membuka pintu ia langsung disambut teriakan 2 sahabatnya di sertai pelukan.

'' Ya allah ........kalian itu.....'' kata Nafilah. Ternyata Butet , Nasywa, dan juga ustadzah Nurha datang menjenguk. '' ini ada munasoroh ''kata nasywa sambil menyerahkan amplop. ''wah masya allaaah....ini dari temen-temen ?'' tanya nafilah begitu menerima amplop di tangannya.

''iyalah, kita kan langsung gercep kalau ada yang kesusahan, semoga abi mu cepet sembuh ya'' doa butet. nafilah tersenyum dan mengangguk, mengamini doa butet.

nafilah pun berbincang ringan dengan dengan mereka. nafilah bersyukur ahmad tidak berada di kamar inap abi saat butet, nasywa, dan ustadzah nurha menjenguk. ia belum siap memberitahu mereka tentang perubahan statusnya.

begitu adzan dhuhur berkumandang. ustadzah nurha, butet, serta nasywa pamit pulang. nafilah mengantar mereka hingga pintu keluar rumah sakit. setelah itu ia pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat dhuhur.

nafilah asyik dengan gadgetnya sementara abi tengah tertidur pulas. GREEEK!!!! pintu terbuka. nafilah menoleh untuk melihat siapa yang masuk, ternyata ahmad. '' nih, kamu belum makan kan?'' kata laki -laki itu sambil menyerahkan bungkusan makanan.

" Makasih....ngngng....mas" kata Nafilah di sertai senyum canggung karena ini pertama kalinya ia memanggil lelaki itu dengan sebutan ' mas'. Ummi yang sedang membaca buku di pojok ruangan terkekeh pelan.

Ahmad terdiam saat mendengar Nafilah memanggilnya dengan sebutan ' mas'. Mata lelaki berkemeja biru muda itu terpaku menatap Nafilah.

Gadis berjilbab putih itu menelan ludah karena tatapan Ahmad membuatnya salah tingkah. " Eeenngng....mas Ahmad udah makan?" Tanya Nafilah berusaha mencairkan suasana.

" Ngggg....mas?" Tanya gadis itu sambil menepuk pelan tangan Ahmad karena lelaki itu tak kunjung merespon. " Ah! Iya saya sudah makan" jawab laki- laki itu sedikit gelagapan karena ketahuan melamun.

Nafilah tertawa pelan." Makasih ya mas" kata gadis itu dengan senyum manis terukir. DEG! Jantung Ahmad terkejut begitu melihat senyum perempuan di depannya.

Tapi laki-laki itu hanya merespon dengan senyum tipis. Lalu memalingkan wajahnya.

***

Selesai menyantap makan siangnya Nafilah hendak membeli minum. " Abi naf beli minum dulu ya" izin gadis itu.

Gadis itu segera keluar kamar mencari mesin minuman. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Nafilah kembali ke kamar inap abinya.

Gadis itu berjalan riang menuju kamar inap abinya. Tapi tiba-tiba kakinya berhenti melangkah. Ia melihat di depan pintu kamar abinya ada seorang dokter tengah berbincang dengan ummi dan ustadz Ahmad.

Nafilah merasa pembicaraan mereka sangat serius. Terlihat dari raut wajah ummi yang mengerut seperti sedang berpikir keras.

Gadis berjilbab putih itu berjalan pelan mendekat. Sekarang ia bisa mendengar penjelasan dokter. " Harus di Operasi karena obat - obatan sudah tidak berpengaruh lagi, tapi operasi ini lebih beresiko dilihat dari usia pasien dan juga pasien menderita diabetes ".

" Hah! Abi harus operasi?!" Seru Nafilah shock. " Dokter! Abi saya harus beneran harus operasi transplantasi ginjal?! Nggak ada pilihan lain dok?!" Tanya Nafilah dengan raut wajah seratus persen khawatir.

Dokter hanya tersenyum simpul. " Tidak ada, hanya ini satu-satunya jalan dan saya tidak menjamin operasi ini sukses" kata- kata dokter membuat Nafilah lemas.

" Semisal keluarga sudah setuju silahkan tanda tangani kertas ini dan berikan kepada suster, terimakasih saya permisi dulu" pamit dokter tersebut.

" Gimana?" Tanya Ahmad begitu dokter pergi." Ayo bicarakan dengan Abi" ajak ummi.

Selama diskusi Nafilah lebih banyak diam. " Abi pilih operasi, semustahil apapun itu Abi percaya Allah tahu apa yang terbaik untuk hambanya"

Alhamdulillah

Maaf banget lama nggak up

Dikit juga

Maafmaafmaafmaafmaafmaafmaaf

Aku jahat banget emang


Bersamamu Hingga Akhir Nanti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang