بسم الله الرحمان الرحيمMatahari mulai menyinari area perkemahan. Pucuk-pucuk pohon menghangat, kabut mulai menguap. Burung-burung berkicauan. Ikut meramaikan suasana.
"Eh guys! Nafilah mana?" Tanya Butet. "Nggak tahu, tadi waktu senam aku juga nggak liat" Fina hanya mengangkat bahu.
"Kamar mandi kali" jawab Sania. "Tadi aku udah cek! Nggak ada!" Butet mulai panik.
"Kenapa ribut-ribut?" Tanya Syahda yang baru kembali dari dapur umum untuk mengambil jatah sarapan regunya.
"Nafilah ngilang!" Seru Butet. "SUMPAH?!" Pekik Syahda. Hampir saja nampan di tangannya jatuh.
"Ngggg...pertama jangan panik dulu" kata Fina berusaha menenangkan suasana.
"Coba kita cari ke tenda regu lain, mungkin aja Nafilah ke tiduran disana apa gimana"
Usul Fina langsung di terima.
Segera mereka berpencar. Sementara Sania pergi ke tenda komando, bertanya pada panitia.
***
Di tenda panitia sepi tidak ada orang. Sepertinya semua panitia sedang berada di dapur umum.
Sania kebingungan harus bertanya pada siapa. Lalu retina gadis itu menagkap seseorang.
"Ustadz!" Panggil Sania sambil berlari mendekat.
Ahmad menghentikan langkah kakinya. " Ustadz liat Nafilah nggak?"
"Oh anak itu...ada di tenda kesehatan" jawab laki-laki itu sambil menunjuk tenda berwarna putih menggunakan dagunya.
"Hah? Nafilah sakit ust?"
" Bukan urusan saya" jawab Ustadz itu sambil berlalu pergi.
Gadis berjilbab hitam itu segera berlari menuju tenda kesehatan.
"Naf!" Nafilah menoleh.
" Kenapa San?" Tanya Nafilah memperlihatkan wajah tanpa dosanya.
"Dicariin tahu! Untung aja aku belum lapor kamu ilang! Huh! Temen-temen yang lain udah pada panik banget! Apalagi Butet!"
"Kamu sakit apa sih?! Kemarin kok nggak bilang?! Kalo sakit bilang! Malah langsung ngilang" omel Sania.
" Hehehe sorry... kejadiannya tadi malem, aku habis dari kamar mandi eh terus keselo yah daripada aku ke tenda yang jauh banget dan kaki ku juga udah sakit banget ya udah aku ngungsi di tenda kesehatan aja" jawab Gadis berjaket abu-abu itu setengah tertawa.
"woo dasar!" Sania memberi pukulan ringan pada kawannya itu.
"kamu dah sarapan belum?" Nafilah menggeleng. "Aku ambilin dulu, tunggu ya" ujar Sania.
***
"NAFILAH!!!"
Nafilah tersentak kaget mendengar teriakan yang memanggilnya. Rupanya teriakan itu berasal dari kawan-kawan seregunya datang.
"Kalian ngapain kesini?"
"Jenguk kamulah!...kita udah panik tahu!" Semprot Butet sembari meletakkan piring berisi sarapan untuk sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Hingga Akhir Nanti
RomanceCinta itu ibarat samudra luas yang penuh misteri dan ujian. Sementara hati kita adalah kapal yang sedang mengarungi samudera untuk mencari tempat singgah. Entah itu hanya sekedar pelabuhan atau pulau. Karena itu aku berharap kapalku sudah tepat saat...