Mukhoyyam (2)

406 31 1
                                    

ببسم الله الرحمان الرحيم

"Karena saya menyukai senyuman kamu dan saya ingin menjaga senyuman itu dengan cara yang Allah ridhoi"



Hening menyelimuti perjalanan mereka. Hanya terdengar desau angin dan sesekali suara jangkrik.

'canggung banget sih?! Ngomongin apa ya? Ya kali aku nanya soal fisika?!'
Nafilah berpikir keras agar bisa memecahkan keheningan ini.

"Ustadz" panggilnya memecah keheningan.

" Hm?" Respon Ustadz Ahmad dingin.

" Boleh nanya nggak ust?"

Ahmad terkekeh, " bolehlah"

" Mmmm ustadz nggak menyesal menikah sama aku?" Entah hanya pertanyaan itu yang terpikirkan di otaknya.

"Enggak, kenapa?" Ada perasaan lega muncul di benak Nafilah.

" Yaaa kan aku punya banyak kekurangan , masih labil, suka bikin ustadz marah, terus nggak bisa jadi istri yang...baik" gadis itu mendaftar semua kekurangannya.

" Bukan 'enggak' hanya 'belum' semua itu butuh proses, nggak ada orang yang tiba-tiba pandai di suatu bidang tanpa proses terlebih dahulu dan juga tidak ada namanya 'sempurna' semuanya memiliki kekurangan nya masing-masing"

Nafilah terdiam saat mendengar penuturan laki-laki yang akhir-akhir ini mengusik hidupnya.

"Gantian saya yang tanya, boleh?"

"kok jadi tanya jawab gini sih ust? Ngapain juga ustadz izin?" balas Nafilah setengah tertawa.

"Jadi boleh nggak ni?"

"Hahahaha...boleh asal jangan tanya nilai fisikaku ya ust" Gadis itu tertawa kecil.

"Apa kamu malu punya suami kayak saya? Kenapa kamu minta saya untuk merahasiakan pernikahan kita?"

DEG! Nafilah terkejut mendengar pertanyaan yang keluar dari gurunya tersebut.

"Aku pernah baca di sebuah buku, isi kutipannya gini 'kalau kamu menikahi perempuan yang lebih muda anggap saja kamu menikahi Aisyah kalau kamu sama perempuan yang lebih tua anggap saja kamu menikahi Khodijah-"

Gadis itu merangkul leher Ahmad. Meletakkan dagunya di bahu lebar laki-laki itu. Membuat empunya tersentak kaget.

"-Jadi perempuan mana yang malu memilki pria seperti Muhammad?'* Jangan merendah...bagiku ustadz adalah laki-laki terbaik yang Allah pilihkan diantara semua laki-laki di dunia ini"

Jawaban Nafilah membuat Ahmad tersenyum hangat.

"terus soal aku minta ustadz ngerahasiain pernikahan kita karena....ustadz tu nggak sadar apa?! banyak akhwat yang nge fans sama ustadz! Bisa-bisa aku babak belur kalo mereka tahu ustadz nikah udah nikah sama aku!" seru Nafilah, nada bicaranya mendadak berubah mebuat Ahmad terkekeh sendiri.

Nafilah kembali meletakkan dagunya di bahu Ahmad.

"Terus...alasan ustadz milih aku apa ust?" katanya sembari merapatkan rangkulannya.

"Beneran mau tahu?" goda laki-laki itu.

"Iiiih ustadz! Bikin penasaran!" protes Nafilah sambil memukul bahu laki-laki itu.

Bersamamu Hingga Akhir Nanti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang