bismillah
Nafilah menghela nafas panjang. Sebentar lagi ujian mata pelajaran terakhir dimulai. Bohong kalau bilang gadis itu baik-baik saja. Bahkan sampai detik ini ia masih gelisah.
Yah, untuk sekarang perasaanya sedihnya berubah menjadi kecewa bercampur marah kesal dan lain-lain. Nafilah berharap untuk tidak bertemu dengan laki-laki itu hingga liburan nanti.
Sayangnya harapannya tak terkabul begitu suara salam terdengar.
"Assalamu'alaikum"
Gadis itu langsung mendudukkan kepala. Tak berani untuk sekedar menegakkan kepala .
'Ck! Kok pengawasnya jadi ustadz Ahmad sih?!' keluh Nafilah dalam hati. Yah sudahlah anggap aja laki laki itu tak ada.
Kertas soal dan jawaban dibagikan. Nafilah yang berada di bangku paling depan langsung menerima kertas soal dari ustadz Ahmad. Sekilas gadis itu bisa melihat senyum tipis milik laki-laki itu padahal dari tadi ustadz Ahmad hanya memasang wajah datar.
Hal itu tak digubris Nafilah. Ia hanya memasang wajah datar tanpa emosi. Memilih fokus pada kertas di tangannya.
Ia memfokuskan diri untuk mengerjakan soal.Berusaha sekeras mungkin untuk tidak melirik ke meja di depannya. Sayangnya, Nafilah sedari tadi merasa gerak-geriknya di perhatikan. Membuat gadis itu tidak nyaman. Tapi sebisa mungkin ia tidak bergerak gelisah.
Saking tak nyamannya akhirnya Nafilah langsung menatap tajam laki-laki didepannya. Akibat dari kelakuannya tadi adalah kontak mata yang langsung di putus oleh Ahmad dengan memalingkan wajah.
Nafilah masih menatap tajam lelaki itu.Kesal setengah mati dengan Ahmad yang bersikap biasa saja.Yang di tatap masih tak mau membalas kontak matanya. Mungkin laki-laki itu malu ketahuan memperharikannya?. Entahlah, Nafilah hanya mengangkat bahu memilih kembali pada kertas ujiannya.
Ckrek!
Nafilah langsung menegakkan kepalanya saat mendengar suara kamera yang kecil tapi terdengar jelas. Dia menatap tajam Ahmad yang sedang fokus pada handphonenya.
'Sumpah?! Tadi suara kamera?! Ustadz motret aku?!' serunya dalam hati. Melihat laki-laki itu yang berpura-pura tidak melakukan apapun membuat Nafilah muak.
Ingin rasanya melabrak laki-laki itu. Tapi tentu saja tidak bisa. Mengingat ia masih berada di kelas.Nafilah mengenggam ballpointnya erat-erat, menyalurkan perasaan kesal yang bersemuayam dalam hatinya.
Netra gadis itu bergerak melihat keadaan kelasnya. Semuanya masih fokus pada kertas ujian dan beberapa bahkan ada yang tidur.Nafilah mengetuk mejanya pelan. Membuat Ahmad menatap ke arahnya.
Langsung saja Nafilag berkata tanpa suara. Tentu saja dengan menatap tajam.
"Ustadz motret aku?"
Yang ditanya hanya tersenyum miring, tak mengangguk ataupun menggeleng. Membuat gadis itu mendengus kesal.Sudahlah biarkan saja laki-laki itu bertindak semaunya. Otaknya sudah terlalu lelah untuk marah kepada laki-laki itu. Daripada buang-buang tenaga lebih baik ia tidur saja.
***
TEEET!TEEET!
Bel berbunyi, menandakan selesainya ujian hari ini yang berarti selesai juga Ujian Akhir Semester ini. Nafilah yang terbangun masih mengumpulkan nyawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Hingga Akhir Nanti
RomanceCinta itu ibarat samudra luas yang penuh misteri dan ujian. Sementara hati kita adalah kapal yang sedang mengarungi samudera untuk mencari tempat singgah. Entah itu hanya sekedar pelabuhan atau pulau. Karena itu aku berharap kapalku sudah tepat saat...