Sepercik Pertanyaan

392 25 6
                                    

Assalamu'alaikum temen-temen!!!

Aku kembali lagi setelah bebas dari penjara suci. Jadi guys aku minta maaf karena udah lama banget nggak update karena kemarin2 aku masuk pondok dan aku lupa pasang tanda hiatus. Maaf banget yaaaa. Dan ini aku udah pulang ke rumah jadi alhamdulillah bisa lanjut.



Bismillah





Setelah keluar dari kamar Nafilah. Ahmad bergabung dengan keluarganya di meja makan. " Gimana keadaan istrimu mad?" tanya Abah begitu Ahmad duduk di kursi. "Udah mendingan kok bah" jawab Ahmad.

Netra laki-laki itu berpindah ke arah Azka." Kata Nafilah makasih buburnya enak" ucap lelaki itu menyampaikan pesan istrinya.Yang di tuju hanya mendengus samar tak tertarik untuk bertanya lebih lanjut.

Ahmad hanya menghela nafas melihat sifat dingin adik lelakinya itu. Terlihat dari raut wajah remaja laki-laki itu tak menyukai Nafilah sebagai kakak iparnya.

***

Matahari sudah berada di ufuk barat membuat langit terlihat berwarna jingga. Nafilah yang sudah bosan tinggal di kamar terus. Tergoda untuk keluar rumah sekedar menghirup udara segar. Gadis itu berjalan ke pintu kaca yang membatasi ruang keluarga dengan pekarangan.

Ia melihat Ahmad tengah menyirami bunga-bungan yang berwarna-warni. Kontras dengan pakaian laki-laki itu yang berwarna monokrom. Senyum kecil tersunggi ng di bibir Nafilah . "Ustaaaaadz eh! Mas Ahmaaad" seru Nafilah sembari menghampiri lelaki itu.

Ahmad menoleh. "Kenapa?" tanya lelaki itu sabil tersenyum. Membuat jantung Nafilah berdebar-debar. "Enggakapa, Cuma lagi bosen di kamar hehehe" jawab gadis berjilbab itu sambil memamerkan deretan giginya.

Set! Ahmad tiba-tiba meletakkan punggung tangannya di kening gadis pendek di depannya.U

"Masih pusing?"

"U-udah enggak kok" jawab Nafilah. Jujur, ia belum terbiasa dengan sikap Ahmad yang 180 berbeda dengan yang ia kenal dulu.Gadis itu cepat-cepat mengalihkan pandangannya pada tanaman di sampingnya guna mengalihkan rasa gugup.

"Ini mas Ahmad semua yang nanem?

"Sebagian besar Fatma sih yang nanem, tapi ada beberapa yang saya tanem sendiri" jawab Ahmad. Laki-laki itu mengerutkan kening saat mendengar Nafilah tertawa. "Kenapa malah ketawa?" tanya Ahmad tak merasa ada kelucuan pada jawabannya.

"Hahaha enggak ,tapi lucu aja banyangin Mas Ahmad yang dingin kayak gini nanem bunga"

Ahmad hanya mengangkat bahunya "gini-gini saya telaten ya orangnya"

" Terus bunga kesukaan mas apa?"

Ahmad berpikir sebentar. "Bunga yang paling saya suka, yang ini"

Nafilah menoleh ke arah Ahmad dan mendapati bahwa dirinyalah yang di tunjuk oleh laki-laki berobsidian hitam legam itu. Sontak wajah Nafilah bersemu merah.g

"Ih apaan sih mas! Aku serius lho nanyanya!" seru Nafilah

"Saya juga serius kok njawabnya"

"Tsk! Serah mas ajalah!"

"Oke-oke saya jawab yang beneran, saya paling suka mawar putih"

"Apa alasannya?" tanya Nafilah. Ia menatap pada laki-laki yang berdiri di sampingnya. Laki-laki itu manatapnya balik. Membuat dirinya terpaku pada sepasang obsidian legam itu.

Bersamamu Hingga Akhir Nanti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang