bismillah
"Hhhh.." gadis itu menghela nafas.
Sudah dua hari ini ia tak bertukar sapa dengan dua sahabatnya. Iya kalau mereka masih menganggapnya sahabatnya. Nafilahmendengus kesal. Ia sudah menanyai beberapa temannya yang lain. Tapi mereka semua tidak ada yang tahu.
"Ck ah!" serunya frustasi sambil menendang kerikil di dekat kakinya.
Sedari tadi ia tengah memperhatikan Nasywa yang tengah menjemur baju. Nafilah menunggu hingga dia menyelesaikan pekerjaannya. Nafilah berniat meminta maaf, ia sudah frustasi dua hari ini tidak menemukan titik terang.
"Nasy..." panggilnya lirih.
Yang di panggil menoleh. Raut wajahnya berubah menjadi tidak enak membuat Nafilah bertambah gugup.
"Kenapa?" tanya Nasywa karena Nafilah tak juga membuka mulut.
"A-aku minta maaf"
Nasywa tersenyum miring "kamu minta maaf buat apa?"
"E-eh?"
"Emang kamu udah tahu salahmu dimana?"
"I-itu-" ucapan gugup Nafilah membuat Nasywa tersenyum sinis.Gadis itu sudah menduga Kalau Nafilah tak akan peka dengan kesalahannya.
"Kamu minta maaf buat apa kalo kamu sendiri belum sadar dimana letak kesalahanmu" ucap Nasywa langsung pergi meninggalkan Nafilah yang masih terdiam
'Kesalahan? Kesalahan apa?' batin gadis itu berkecamuk. Ia mencoba mengais-ngasi ingatannya. Meningat- ingat apa yang pernah ia lewatkan.
"Hhhh" lagi-lagi ia hanya bisa menghela nafas, tak bisa menemukan kesalahannya hingga membuat kedua sahabatnya itu marah besar.
Sekarang gadis itu tengah mencari Butet. Hendak bertanya. Mungkin saja Butet mau memberi tahukan? Siapa tahu.
Nafilah langsung berjalan cepat –setengah berlari-begitu melihat Butet tengah sendirian di gazebo. Begitu jaraknya menipis Nafilah berhenti unutk mengatur nafasnya.
"Butet" panggil Nafilah harap-harap cemas. Nafilah percaya sahabatnya ini akan membantunya karena selama ini memang Butetlah yang sering menjadi penengah antara ia dan Nasywa. Sifat dewasa yang tersembunyi di balik ketengilannya benar-benar membantu untuk memecahkan masalah.
Butet menoleh saat mendengar ada yang memanggilnya. Mendapat Nafilah tengah berjalan ke arahnya dengan senyum tipis.
"Butet,a-aku minta maaf buat kesalahanku" ucap Nafilah tanpa berani menatap mata Butet.
Ia mendengar Butet menghela nafas. "Emang kamu udah tahu apa salahmu?"
Satu kalimat dari Butet membuat harapan Nafilah pupus. "B-belum"
"Kamu belum tahu apa salahmu tapi udah mau minta maaf, lucu" jawab Butet di sertai senyum sinis.
"A-aku minta maaf buat tahu apa salahku! K-kamu nggak mau jelasin?... a-aku janji bakal berubah!" bela Nafilah, terbata-bata.
Butet menggeleng perlahan. "Cobalah untuk sedikit lebih peka, Naf" ucap gadis berjilbab navy itu sebelum pergi meninggalkan Nafilah yang lagi-lagi hanya bisa terdiam.
'Lebih peka? Peka gimana coba?!'
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Hingga Akhir Nanti
Roman d'amourCinta itu ibarat samudra luas yang penuh misteri dan ujian. Sementara hati kita adalah kapal yang sedang mengarungi samudera untuk mencari tempat singgah. Entah itu hanya sekedar pelabuhan atau pulau. Karena itu aku berharap kapalku sudah tepat saat...