Begitu sampai di rumah sakit. Suasana yang lumayan sepi karena masih pagi. Nafilah mengambil nafas. Dadanya mulai sesak saat tiba-tiba sekelabat bayangan abinya muncul.
Ada ketakutan menyusup di benaknya. Gadis itu mengepalkan tangannya. Berharap ketakutannya menghilang.
Puk! Tepukan lembut di sertai usapan singkat itu berhasil menyadarkan Nafilah. Ia mengerjapkan mata, sadar akan bayang-bayang ketakutannya.
Nafilah menoleh. Ahmad tersenyum seolah mengatakan ' tak akan terjadi apapun'. Gadis itu balas tersenyum. Ketakutannya hilang. Ia percaya Abinya sudah tenang.
***
Setelah menunggu antrian, akhirnya namanya di panggil juga. Nafilah meminta Ahmad menungu di luar saja. Toh, tak ada yang perlu di takutkan. Ia sudah besar dan hanya akan ronsen saja.
Nafilah membuka pintu ruang dokter. Di dalam ruangan ia melihat seorang suster tersenyum ramah padanya dan ada seorang dokter muda tengah fokus dengan rekam medis di tangannya.
Gadis itu mengucapkan salam dan duduk di kursi. Berhadapan dengan sang dokter yang terlihat jutek.
"kamu jatuh darimana?" tanya dokter ber-name tag Dita (bukan dita karang ya) itu saat menyentuh pergelangan kakinya.
"Nggg jalan setapak bumi perkemahan" jawab Nafilah.
Dokter Dita mengangguk. Tangannya bergerak membuka rok yang menutupi kaki kanannya. Saat terbuka lumayan banyak memar.
"Sakit?" Dokter menekan pergelangan kaki kanannya. Nafilah menggeleng.
Setelah Dokter Dita memeriksa kakinya, Suster megantar Nafilah untuk meronsen kakinya. Untung pasien yang datang bari sedikit jadi hasil ronsen Nafilah langsung bisa di lihat.
"Dari hasil ronsen, kaki kirimu retak sementara yang kanan hanya memar, lumayan parah untuk sekedar jatuh. Tapi untungnya lansung mendapat pertolongan pertama jadi nggak parah banget, kamu orangnya ceroboh ya?"
"Hehehe iya dok" jawab Nafilah, cengengesan.
Dokter dita melirik telapak tangan Nafilah yang masih di perban. Lalu menggeleng prihatin."Ini saya kasih resep obat sama salep, silahkan di tebus di apotek , untuk seminggu ini kamu bedrest total, dan saat sekolah nanti jangan ikut pelajaran olahraga dan kegiatan fisik lainnya, jangan lupa minggu depan kamu ke sini lagi" ujar sang dokter masih dengan muka juteknya.
Nafilah menerima kertas berisi nama obat yang tidak bisa ia baca.
Setelah berterimakasih Nafilah segera keluar dengan kruk di tangannya.
"Gimana?"
"Ya gitu di suruh bedrest seminggu, ke apotek dulu tadz nembus obat"Ahmad mengangguk.
***
"Lho tadz?! jalannya kan nggak ke sini?!" koreksi Nafilah saat sadar daerah rumahnya terlewat. "Harusnya belok tadz"
"Ini bukan ke rumahmu tapi ke rumah umma" jawab Ahmad santai.
"Lha kok?! ntar ngrepotin gimana? mana nggak bawa buah ato kue lagi!" Ahmad tetawa melihat Nafilah yang panik sendiri.
bayangin woi ke rumah mertua!
"Nggak usah panik gitu kali, umma nggak bakal masalahin kan kamu pulang karena sakit bukan silaturahim"
"Berarti nggak usah beli buah tangan nin?" Ahmad menggeleng.
"Tapi tadz ...kok nggak ke rumahku aja? kan ada ummi sama mpok ma'i"
"Ummi lagi sibuk, lagipula ummi juga banyak aktivitas di luar, mpok ma'i juga nggak nginep di rumahmu kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Hingga Akhir Nanti
RomanceCinta itu ibarat samudra luas yang penuh misteri dan ujian. Sementara hati kita adalah kapal yang sedang mengarungi samudera untuk mencari tempat singgah. Entah itu hanya sekedar pelabuhan atau pulau. Karena itu aku berharap kapalku sudah tepat saat...